webnovel

Bab 7

Semoga kalian suka

***

Unedited

Xavier memperhatikan Cassidy dengan diam. Saat gadis itu memperkenalkan dirinya tadi, Xavier dalam hati tersenyum sedih. Sebegitu bencikah Cassidy dengan dirinya sampai wanita itu pura-pura tak mengenalinya?

Hal pertama yang Xavier perhatikan dari perubahan sahabatnya yaitu adalah rambutnya yang pendek sebahu. Rambutnya yang dulu lurus panjang sekarang sudah pendek.

Sejauh yang ia perhatikan, tidak ada yang berubah dari sahabatnya. Badan Cassidy yang dulunya kurus sekarang lebih berisi. Dia sekarang juga memiliki lekukan tubuh yang berada di tempat-tempat seharusnya.

"Oiya, Xav. Siapa tadi nama teman perempuan elo itu? Yah, siapa namanya tadi, gue gak sempat denger. Dia dateng juga kesini? Kalo iya, kenalin dong sama sepupu kesayangan elo ini. Gue pengen ketemu temen elo itu, Xav. Gue mau liat seperti apa, orang yang—"

"Dia gak ada di sini, Ad." sela Xavier cepat.

"Gak di sini? Dia gak dateng?"

Pertanyaan Adrian membuat Xavier serasa disiram air dingin. Dia melirikan matanya gelisaj pada mantan pacarnya itu. Xavier melihat Cassidy minggit bibir bawahnya dan berpura-pura mengamati orang di sekitarnya. Xavier tahu saat Cassidy menggigit bibirnya, itu bearti wanita itu sedang gugup atau sedang memikirkan sesuatu.

Cassidy merasa tidak nyaman dengan pertanyaan Adrian barusan.

'Teman perempuan Xavier? Siapa?' Batinnya menerka.

"Hmm. Dia gak bisa datang. Tiba-tiba ada urusan yang harus dia urusin. Gue datengnya sendirian, Ad. Elo datengnya sama siapa?" Balas Xavier memberi alasan, juga setengah ingin memastikan hubungan Adrian dengan wanita yang ada di hadapannya sekarang.

Sebenarnya perempuam yang diceritakan Xavier pada Adrian adalah Cassidy. Tadi, sebelum Cassidy menghampiri mereka, Adrian sempat bertanya padanya.  Apakah Xavier mau Adrian kenalakan dengan teman perempuan Adrian? Tetapi, Xavier menjawab bahwa dia juga memiliki teman perempuan. Jadi Adrian tak perlu mengenalkan teman perempuannya itu padanya. Saat ketika Adrian ingin bertanya siapa namanya dan di mana wanita itu berada, kemunculan Cass membuat mereka berdua menghentikan obrolan mereka.

"Gue dateng sama Cassidy, date gue. Elo udah kenalan kan tadi?" Jawab Adrian tersenyum sambil merangkul pundak Cassidy.

Dari cara Adrian menatap Cassidy, Xavier dapat menangkap sesuatu. Dan itu membuatnya tak menyukai hal itu.

Dia paham betul kalau Cassidy bukan 'flavor of the week-nya' Adrian. Dia tahu sekali arti dari tatapan sepupunya itu. Oh hell, dia tahu maksud dari tatapan Adrian karena sejujurnya sampai sekarang ini, Xavier juga tanpa sepengetahuan orang lain masih menatap Cassidy dengan tatapan sama seperti tapapan yang diberikan Adrian pada wanita itu.

"Kalian pacaran?" Tanpa Xavier sadari, Dia sudah mengatakan apa yang ingin ditanyakannya secara lantang.

"Mantan."

"Bentar lagi."

Cassidy dan Adrian menjawav Xavier secara bersamaan. Yang pertama adalah jawaban Cassidy dan yang selanjutnya adalah jawaban Adrian setengah berharap. 

Mendengar jawaban ngeyel Adrian itu, Cassidy tanpa sadar langsung memukul lengan Adrian. Xavier tak tahu mana yang lebih membuatnya terkejut. Jawaban Adrian atau jawaban Cassidy. Yang pasti jawaban kedua orang tersebut berhasil membuat perasaan Alex menjadi tidak karuan. Sementara Cassidy dan Adrian saling bercanda, Xavier malah memperhatikan mereka dengan sorot mata susah ditebak.

***

'Oh, sweet baby banana. Si Adrian tu emang udah kepengen mati kali ya? Ngapain juga dia pake jawab begitu. Dan ngapain juga gue pake ngejawab mantan segala, bego banget si elo Cass. Dodol. dodol.' Kata Cass mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

"Gue tinggal dulu gak lama, Xav. Nyokap manggil tuh." jelas Adrian pada Xavier kemudian ia mentap Cassidy. "Dan kamu, Cass. Kamu di sini aja sama Xavier. Nemenin dia ngborol. Bentar aku balik lagi kesini." Kata Adrian menyadarkan Cass dari pikirannya yang sedang merencanakan bagaimana cara membunuh pria itu.

Begitu Adrian meninggalkan Cassidy sendirian dengan Xavier, tiba-tiba suasana dan atmosfir di antara mereka berdua menjadi canggung.

Cassidy memilih melihat apa yang ada di sekelilingnya daripada harus menatap dan melihat Xavier. Sedangkan Xavier tidak tahu harus berbicara apa pada wanita yang ada di depannya itu. Semua yang ingin dikatakannya selama 9 tahun mereka tidak bertemu, entah kenapa, tak bisa diucapkannya.

Xavier sesekali melirik Cass tanpa mengatakan sesuatu. Melihat gadis itu terus menggigit bibirnya, hati Xavier pun merasa tidak nyaman. Akhirnya, desahan lemah pun keluar dari bibirnya. Ia mentap gadis itu lekat lalu membuka mulutnya.

"Don't bite your lips."

"Huh?"

"Jangan gigit bibir kamu."

"Ah.." seketika itu juga, Cassidy langsung melepaskan gigitannya dari bibirnya.

"Kamu gak nyaman sama aku?" tanya Xavier mengerutkan dahinya.

"Ha? Gak, gak kok." jawab Cassidy cepat sembari menggunakan bahasa tubuh dengan tangannya.

"Sudah berapa lama kenal sama Adrian?" Tanya Xavier mengalihkan pembicaraan mereka.

"Tiga tahun." Jawab Cassidy singkat.

Setelah itu, mereka berdua sudah tidak mengeluarkan sepata-kata apapun. Kebisuan pun terjadi kembali di antara mereka.

Sejujurnya, Xavier benci dengan situasi mereka ini. Topik dan bahan pembicaraan mereka dulu, tak pernah habis. Ada-ada saja yang dibecirakan mereka. Dari hal-hal kecil seperti masa kecil mereka sampai dengan mimpi mereka nanti, semua dibicarakan mereka. Tapi sekarang, 50 kata saja mungkin tak cukup jika dihitung dengan semua pembicaraan mereka yang baru saja mereka berdua lakukan.

Akhirnya Cass memberanikan diri untuk menanyakan pertanyaan yang selama ini ingin ditanyakannya kepada Xavier.

"Xavier.."

"Panggil aja Xavi. Sama kayak yang biasa kamu panggil sebelumnya, Di." Belum selesai Cass menyelesaikan ucapannya, Xavier sudah memotongnya terlebih dulu.

"Xavi? Di?"

Ucapan Xavier membuat Cass tertawa perih dalam hati. Biasa? Sebelumnya? Sesuatu yang biasa, jika seiring berjalannya waktu sudah tak sering digunakan lagi, entah itu barang atau sesuatu, lama kelamaan juga pasti akan terasa aneh dan jadi tak terbiasa.

"Sebelumnya? Maksud kamu sebelum apa, Xavier? Sebelum kita berpisah? Sebelum kamu ninggalin aku? Atau sebelum kamu melukaiku dan mencampakkanku tanpa penjelasan apapun? " Balas Cass sambil menatap Xavier berkaca-kaca.

Xavier tak bisa berkata-kata. Ia tak menyangka ucapannya akan membuka luka yang sudah lama ditutup Cassidy.