webnovel

Fons Cafe #2

Tatsuya Maruyama is a success lawyer. Alexander Kougami is genius physic teacher. Carlos Takamasa is the womanizer scriptwriter. Leonardo Shibasaki is the cold hand oncology surgeon. David Kajima is the funniest comedian of the year. Kris Aikawa is the funky business man. They all have the same problem about woman. --- Berteman sejak masa sekolah, menjadikan mereka berenam selalu paham satu sama lain, dan hingga pada akhirnya satu per satu di antara mereka pun memutuskan untuk mulai melangkah dan mencari pasangan hidupnya. Setelah Tatsuya, Alex dan Carlos menemukan tulang rusuk mereka. Mungkin kisah ini sudah selesai bagi mereka bertiga. Namun, tidak demikian bagi Leo, David dan Kris! Apakah Leo, David dan Kris mendapatkan kesempatan mereka juga untuk bahagia?

Abigail_Prasetyo · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
46 Chs

Episode 52

"Hah?! Sakit juga?!" Seruan Kris cukup keras di dalam Fons.

"Sssst!!" David langsung buru-buru menutup mulut ember Kris. "Aku bilang jangan keras-keras, Bodoh! Kenapa kau malah menyeruakannya keras-keras seperti tadi?!"

"Maksudku, ayolah, Eugene Anastasia, dia sehat, baik, dan berhati lembut. Orang sebaik Eugene tidak mungkin terkena penyakit terkutuk macam itu, Vid!" balas Kris dengan nada bicara yang sudah di turunkan. David dan Kris seperti dua orang homo yang sedang duduk berhadapan di salah satu meja di Fons, yang di desain untuk dua orang saja.

Kris datang pagi ini setelah dia selesai mengadakan rapat mingguan di kantornya. Sementara David memang sengaja datang ke Fons untuk sarapan, karena maklum saja, sebagai seorang lajang yang hampir memasuki kepala tiga, David tinggal sendirian, tanpa orangtuanya di kota metropolitan ini. Sehingga David selalu datang ke Fons untuk menikmati secangkir kopi hitam pekat favoritnya, di temani dengan suguhan English Breakfast atau club sandwich sebelum dia pergi ke lokasi syutingnya.

Mereka berdua kini saling meneguk tequila yang menjadi langganan mereka berdua, ketika Tatsuya, Alex, Carlos dan Leo tidak ada. Karena selama ada mereka berempat, Kris dan Leo tidak bisa meminum minuman yang mereka sukai itu dengan puas.

Alasannya pun bervariasi, yang pertama adalah karena mereka berempat lebih menyukai vodka dibandingkan tequila. Kedua, Tatsuya selalu mengatakan kalau minuman beralkohol termasuk dalam barang yang terkena cukai, dikarenakan dapat merusak kesehatan tubuh peminumnya, tapi bagi Kris dan David itu hanya pandangan sekilas saja. Buktinya, Tatsuya bisa meminum berbelas-belas gelas tequila dan vodka jika sedang berkumpul.

Kalau Alex memiliki alasan tersendiri karena profesinya sebagai pendidik. Tentu saja dia akan bersikap sebaik mungkin di hadapan siswanya, jadi oleh sebab itu, Alex selalu hati-hati jika ingin minum. Akan sangat merepotkan bila ada siswanya yang menangkap basah dirinya sedang mabuk. Lain halnya dengan Carlos, yang beralasan dia tidak akan bisa menulis naskah drama jika ia sedang mabuk.

Terakhir Leo, Si Dokter Suci, yang selalu melakukan apapun dengan pertimbangan kesehatan. Dia mengatakan kalau minuman alkohol hanya akan membuat kesehatan menurun, apalagi jika dikonsumsi terus menerus, maka akan menyebabkan hepatitis, dan bisa menjadi kanker pada kemudian hari. Walaupun begitu, Leo tetap meminum dua atau tiga gelas untuk sekedar seru-seruan bersama yang lainnya.

Jadi karena semua alasan itulah, Kris dan David lebih sering menongkrong di Fons dan menghabiskan waktu mereka berdua, bersama-sama dengan meminum tequila yang mereka sukai, sambil membicarakan kelakuan teman-teman mereka yang kini sudah memiliki keluarganya masing-masing.

"Oh ya, kau tahu kalau Rhea hamil? Sepertinya, Rhea dan Steffi akan melahirkan di waktu yang sama," kata Kris sambil menenggak habis segelas tequilanya lagi.

"Astaga! Jackpot!" seru David, "Itu berarti kita sudah tua sekali, Kris! Dan kenapa kita berdua masih saja seperti ini?"

"Jangan berlebihan, Vid! Aku baru 33 tahun kau tahu!?" balas Kris tidak terima.

"Kris... Sepertinya aku mulai menyukaimu. Dari awal kita bertemu sampai ...."

"Hei! Hei Bodoh! Kau sudah mabuk ya?"

"Mabuk?" balas David dengan mata yang mulai setengah terpejam. "Aku baik-baik saja. Mana mungkin aku mabuk di pagi hari seperti ini. Apa lagi jika itu di hadapan temanku yang sangat aku cintai sepertimu, Kris..."

Kris menepuk dahinya karena David memang sudah benar-benar mabuk. Tak lama setelahnya, David pun benar-benar tertidur di meja. "Apa kubilang? Kau ini selalu saja seperti anak kecil. Aku sudah bilang jangan minum tequila pagi-pagi! Dasar Bodoh!"

-----

"Oh ya? Selamat ya, Los! Aku bukan dokter kandungan!" Seru Leo dari sambungan teleponnya dengan Carlos. Baru saja Carlos memberitahu kalau Rhea positif hamil. "Ya sudah kalau begitu, aku akan cari dokter obgyn yang terbaik disini. Baiklah. Dah.."

Eugene yang sedang membuka laptop itu pun menghentikan aktivitasnya. Tadi pagi, Eugene sengaja meminta Leo untuk membawakan laptopnya agar Eugene tidak mati kebosanan di ruang perawatan ini.

Jadilah akhirnya Eugene membuka e-mailnya, dan melihat data pemasukan dari GAE bulan kemarin.

"Siapa yang mau di perika ke obgyn, Le?" Tanya Eugene.

Leo tersenyum. "Oh, Rhea hamil kata Carlos. Jadi dia memintaku untuk mencarikan dokter obgyn terbaik disini."

Eugene mengangguk-angguk paham. "Dokter Peter adalah obgyn yang terbaik kata Dad."

"Peter?" Ulang Leo. Bukan, bukan karena Leo tidak mengenal siapa Peter, tentu saja dia tahu siapa itu Peter. Dokter obgyn yang jenius dan terkenal dengan keramahannya. "Kenapa kau bisa tahu kalah Peter dokter obgyn terbaik disini, Eugene?"

Eugene mengulum senyumnya. "Dulu aku pernah mengalami masalah datang bulan, sehingga Dad menyuruhku untuk memeriksakannya ke dokter kandungan."

"Dan Presdir memilih Peter?"

"Exactly! Dad memilih Peter, lalu aku terpesona oleh keramahan dan ketampanannya. Jadi, aku dan Peter mencoba untuk mulai jalan bersama."

Leo mengembuskan napasnya berat. "Jadi yang ingin kau katakan adalah..?"

"Dia mantan kekasihku."

Telinga Leo langsung memanas mendengarnya. Ketika Eugene bilang kalau Peter tampan itu sudah biasa saja. Tapi kalau mantan kekasih... astaga, baru Leo tahu ternyata Eugene adalah mantan kekasihnya Peter yang menjadi di departemen obstetric and gynecology.

"Hei! Kenapa kau diam?" Tanya Eugene sambil memetikkan jarinya beberapa kali didepan mata Leo. "Dia hanya mantan kekasihku sebelum aku ke Amerika."

"Di Amerika kau memiliki kekasih dulu?"

Eugene tersenyum nakal lalu mengangguk cepat. "Yap! Aku punya seorang kekasih disana dulu."

"Kalian putus karena apa?"

"Hm... Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Jadi kurasa dia bukanlah orang yang aku inginkan untuk menjadi pendampingku," jelas Eugene.

Leo sedikit cemburu. Dia masih diam dan tak bergeming. Detik berikutnya dia menatap Eugene lekat-lekat, lalu mendekatkan bibirnya kepada milik Eugene.

"Aku baru tahu sedikit tentang dirimu Eugene. Sedikit sekali tentang dirimu. Setelah kau keluar dari rumah sakit, kau harus bercerita padaku. Oke?"

Eugene mengangguk. "Omong-omong katanya kau memiliki jadwal operasi di jam sepuluh. Sekarang sudah jam sembilan!"

"Astaga, kau benar!" Seru Leo, "Baiklah aku pergi dulu. Kau harus istirahat yang baik oke? Kalau tidak lihat saja nanti!"

"Siap Dokter Bawel!!!"

Leo keluar dari ruan perawatannya Eugene. Sementara Eugene masih masih di atas ranjangnya membuka laptopnya lagi dan mulai membuka youtube.

Cooking with Master.

Dia mengetik judul tersebut, lalu membukanya. Ada perasaan senang sekaligus terharu melihat acara itu. Ketika dia menjadi pembawa acara itu, dan mendatangkan berbagai bintang tamu yang hebat-hebat dari berbagai penjuru dunia.

Selain itu indra pengecap rasanya yang sangat sensitif membuatnya memiliki kemampuan memberi bumbu masakan dengan baik, bahkan terlalu baik. Namun sejak tumor otaknya muncul semuanya berubah, bahkan terkadang saat sedang syuting acara saja Eugene sering kehilangan rasa di lidahnya.

Davies.

Caller ID Eugene menunjukkan bahwa Davies meneleponnya. Mungkin ada hal penting di rumah? Eugene pun megangkatnya.

"Halo Davies?"

Suara Davies terdengar seperti menangis. Dia kebingungan, dan tidak jelas. Namun Eugene mengetahui apa maksudnya.

Eugene menutup ponselnya dan menata hatinya.

Dia harus pulang.