Leanore menghembuskan napas di ambang sadar. Sebelum benar-benar menutup mata, Leanore bergumam kecil.
"Mom, Dad, Abang, Sienore, kita akan segera berkumpul kembali."
Setelah mengucap kalimat itu Leanore pun memejamkan mata dan ambruk tidak sadarkan diri di lantai.
Jordan tersenyum menyeringai. Ia menatap pistol yang ada di tangannya seraya menggeleng-gelengkan kepala. Sebegitu takutkah gadis itu pada pistol?
Ia bahkan belum menembak gadis itu tapi Leanore malah sudah pingsan duluan. Jordan memang hanya menembak satu senti di atas kepala gadis itu.
Pria itu menggeleng-gelengkan kepala kecil, lantas berjongkok, menatap tubuh Leanore yang saat ini sudah terbaring tak sadarkan diri di ubin lantai yang dingin.
Jordan tersenyum menyeringai. Pria itu sedikit kecewa karena Leanore sudah pingsan bahkan sebelum ia benar-benar membunuh gadis itu.
Tapi tak apa, Jordan akan tetap membunuh Leanore walaupun gadis itu sudah pingsan. Jordan pun mulai mengambil pisau lipat dari saku celana. Ia ingin menyiksa gadis itu terlebih dahulu sebelum benar-benar membunuhnya. Ia ingin melihat Leanore kesakitan dalam tidurnya. Jiwa psikopatnya mendadak muncul kepermukaan setelah sekian lama ia pendam.
Jordan tersenyum miring, tapi saat akan menancapkan pisau, pria itu mengurungkan niat. Jordan kembali memasukan pisau itu ke dalam sakunya.
Tangan Jordan dengan perlahan terulur, menyentuh pipi gadis yang masih terdapat jejak tangannya. Jordan menjilat bibir bawahnya ketika melihat wajah cantik Leanore. Apa ia harus bermain-main dulu dengan gadis itu? Tangan Jordan yang mengelus pipi Leanore perlahan turun ke bawah. Pandangan Jordan kini jatuh, menatap bibir merah Leanore yang terpoles lipstick nude. Wajah Jordan pun dengan perlahan mendekat, ingin mengecup bibir gadis itu.
***
Lord kini kembali mendudukan diri di kursi dengan terus menatap sang MC yang tengah berbicara. Lord, Adrian, dan Felix baru saja keluar untuk membuat sebuah rencana dan strategi untuk menyerang kelompok mafia Red Black.
Lord juga sedikit berterimakasih pada Leanore yang tanpa sadar telah memberi tahunya tentang orang-orang yang memakai gelang itu.
Suara panggilan MC yang berteriak keras dengan memanggil nama Leanore untuk mendekat padanya diiringi dengan tepuk tangan pun mulai mengundang atensi Lord. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah, mencari keberadaan Leanore yang saat ini masih belum kelihatan berjalan mendatangi sang MC. Bahkan, ketidakdatangan Leanore membuat keadaan menjadi hening, semua orang menatap satu sama lain dengan pandangan yang bertanya-tanya. Kenapa gadis itu tidak datang-datang? Padahal tadi mereka barusan melihatnya memasuki ballroom hotel milik Lucero's Company.
Bukan hanya para tamu dan undangan saja yang saat ini, bertanya-tanya. Adrian dan Felix pun juga bertanya-tanya seperti yang lain. Mereka yang biasanya tidak peduli dengan hal-hal seperti itu mendadak jadi peduli.
Mata Lord kembali menatap ke seluruh penjuru ruangan. Pria itu mengalihkan pandang menatap Adrian dan Felix yang saat ini juga tengah menatapnya. Entah kenapa jantung Lord mendadak berdebar dengan kencang, sepertinya sesuatu tengah terjadi pada gadis itu.
"Lacak keberadaannya!" titah Lord dengan tanpa bantahan. Untung saja tadi ia telah menempelkan alat pelacak tersebut pada pakaian gadis itu.
Adrian mengangguk patuh, pria itu mengambil ponsel pintarnya dari sakunya, untuk melihat keberadaan Leanore sekarang ini.
"Ikuti aku," tukas Adrian dan mulai berjalan di ikuti oleh Lord dan Felix di belakangnya. Mereka bertiga pun pergi tanpa mempedulikan sang MC yang kembali berteriak-teriak heboh karena model Leanore tidak kunjung datang setelah dipanggil tiga kali, maka MC tersebut pun mulai melewati hal tersebut dan kembali melanjutkan acara.
Adrian terus mengikuti dimana keberadaan Leanore melalui penunjuk arah yang ada di ponselnya.
Adrian dengan cepat mulai menaiki anak tangga yang tiada habis-habisnya itu. Kini langkah ketiganya terhenti ketika menemukan sebuah pintu rooftop.
"Di dalam sana." Tunjuk Adrian setelah melihat dari dalam ponsel pintarnya yang menunjukkan jika Leanore tengah berada di dalam sana.
Tanpa berbasa-basi lagi, Lord dengan cepat pun mulai menendang pintu rooftop dengan kakinya hingga pintu tersebut terbuka dengan kencang. Pandangan pria itu kini terjatuh, menatap Leanore yang kini tergeletak lemah di lantai dengan Jordan yang hendak mencium bibir mungil menggoda milik Leanore.
Saat itu juga Lord mengeraskan rahangnya, pria itu menggertakkan gigi menahan amarah, tatapannya berkilat tajam menatap Jordan yang saat ini tengah terkejut menatapnya kedatangannya.
"Apa yang kau lakukan padanya, Martinez!" Lord meraih pistol dari sakunya,
DOR! DOR! DOR!
Lord menembaki tubuh Jordan yang saat ini tengah mencoba untuk menghindar.
DOR!
Hingga yang kelima kalinya Lord berhasil menembak tangan pria itu, berhasil membuat Jordan terjatuh.
Felix dan Adrian juga sama, kedua lelaki itu kini sedang menembak beberapa anggora Red Black yang mencoba menyerang.
Lord berjalan dengan langkah cepat, mendekati Jordan yang saat ini tengah ketakutan menatapnya.
"Kau memang lebih licik dariku, tapi kali ini keahlian menembaklah yang sangat di butuhkan untuk mengalahkan musuh seperti dirimu," Mata tajam Lord menatap Jordan yang saat ini tengah berusaha untuk berdiri, tapi Lord kembali menendang dengan kasar tubuh Jordan hingga pria itu terpental jauh.
"Ternyata, ketua Red Black selemah ini," Lord berkata sinis. Kembali pria itu mengangkat kakinya hingga tapak sepatu pantofelnya menginjak dada Jordan, Lord semakin menekan kakinya di dada Jordan hingga nafas pria itu menjadi sesak. Jordan hanya bisa memegang kaki Lord yang sedang menginjak dadanya tanpa mampu menahannya, kekuatannya memang sangat lemah.
"Katakan, apa yang kau lakukan pada Leanore!" teriak Lord dengan suara yang keras. Dalam sekali hentak Lord menendang pipi Jordan dengan sangat kuat hingga wajah pria itu menoleh ke samping. Jordan terbatuk-batuk hingga darah pun mulai keluar dari bibirnya.
Lord menarik kerah baju Jordan, meninju wajah pria itu dengan membabi buta.
"Apa yang kau lakukan pada gadis itu, hah!" Lord memelintir tangan Jordan dengan kencang, membalik tubuh pria itu dan menendangnya dengan keras.
"Aku hanya, me-nam-par-nya saja," ungkap Jordan dengan sedikit terbata-bata. Lord menatap nyalang wajah Jordan, pria itu pun mulai meninju keras pipi Jordan hingga wajah pria itu tertoleh ke samping.
"Bawa dia ke markas! Aku masih ingin memberinya pelajaran!" titah Lord pada Adrian dan Felix yang telah berhasil melumpuhkan anak buah Martinez dengan di bantu oleh anak buah Righnero yang di perintah oleh Adrian tadi.
Lord kini beralih menatap Leanore yang saat ini masih tergeletak lemah tak berdaya di lantai, dengan sangat hati-hati tangan Lord kini beralih menggendong tubuh gadis itu dan membawanya keluar dari hotel Zuaro's Company.
Tanpa mempedulikan tatapan-tatapan bertanya semua orang, Lord tetap berjalan dengan cepat menuju mobilnya yang terparkir rapi di parkiran hotel.
Lord dengan hati-hati mendudukan Leanore di kursi samping kemudi, memasang seatbelt gadis itu dan menurunkan sandaran kursi agar Leanore bisa nyaman.
Lord pun mulai melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, tapi tidak menyalip kendaraan lain. Ia hanya tidak ingin jika Leanore sampai kenapa-napa.
***
Bersambung.