webnovel

Zwein

"Zwein," Leon segera melangkah ke depan untuk melindungiku dan Clarissa. Dia menatap Zwein dengan tatapan yang tidak ramah. Sementara itu, Clarissa menahan nafas dalam-dalam, dia mungkin gugup dan juga takut, bagaimanapun Zwein adalah orang yang membunuh anak serta istri dari Arnold.

Leon pernah berkata bahwa Zwein menguasai dengan sempurna perubahan pada tubuhnnya. Saat ini dia dalam bentuk manusia, aku sedikit terkejut melihat bahwa dia sangat cantik. Zwein memiliki rambut yang panjang dengan poni yang menutup mata kanannya. Dia juga memakai gaun yang ketat yang memperlihatkan lekukkan tubuhnya.

Kami benar-benar tidak beruntung. Baru saja sampai di dalam barrier dan seseorang sekuat Zwein telah menemukan keberadaan kami.

"Jangan mendekat! Mereka adalah mangsaku."

Apa? Apa yang dia bilang? mangsa? kami? Aku dan Clarissa segera melotot ke arah Leon. Apa dia benar-benar menganggap kami mangsa dan membohongi kami selama ini atau Leon hanya mencoba menipu Zwein?

"Huh, lihat betapa sombongnya dirimu. Hanya karena Tuan Tikus Hitam melarang kita untuk bertarung, bukan berarti aku tidak bisa memberimu sedikit pelajaran," gumam Zwein dengan ketus.

Melarang? Aku sedikit paham mengenai itu, mungkin Tikus Hitam bisa mengabaikan pertarungan di tingkat bawah tetapi seperti yang Leon bilang, lima pilar utama Tikus Hitam adalah orang-orang yang membantunya mengontrol ribuan keturunan setengah binatang disini. Dengan kata lain, selama mereka saling bertarung maka situasi dalam barrier akan kacau.

"Aku akan mengatakannya sekali lagi. Mereka milikku, jika kau berani merebut mereka maka aku juga tak akan segan untuk melukaimu," suara serak dan ekspresi serius Leon membuatku terkejut, perbedaannya begitu besar hingga aku bertanya-tanya kenapa Leon bisa nampak begitu ramah pada kami. Apa ini adalah Leon yang sesungguhnya dan apa yang dia tunjukan pada kami beberapa saat lalu hanyalah aktingnya?

Tak peduli seberapa banyak aku dan Clarissa curiga pada Leon, kami tak berani bergerak ataupun mengganggu percakapan mereka. Tekanan tak hanya datang dari Zwein tetapi juga dari Leon. Aku merasakan tubuhku agak lemas. Kondisi Clarissa lebih parah, dia terlihat seolah-olah akan tumbang kapan saja.

Apakah mereka benar-benar akan bertarung? Itu kabar buruk bagi kami. Pertama, aku tidak yakin Leon akan menang. Kedua, aku khawatir dampak pertarungan tersebut membuat kami terluka. Terakhir, bahkan jika Leon menang, keributan yang dihasilkan akan mengundang orang lain datang kesini.

Saat situasi sedang tegang, Zwein tiba-tiba bergerak dengan cepat. Dia datang mendekat ke arahku dalam kecepatan yang tidak masuk akal. Kecepatannya jelas bukan sesuatu yang bisa dicapai manusia biasa. Leon juga menanggapi gerakannya, dia mencoba menghalangi Zwein dengan berdiri di hadapanku.

Aku bisa melihat otot-otot pada tubuh Leon berkontraksi. Bulu-bulunya seolah-olah menegang dan tubuhnya membesar. Selain itu, kuku tajam Leon juga memanjang. Saat Zwein mendekat, Leon langsung melompat ke arahnya. Zwein tersenyum, saat itu perubahan yang mengejutkan terjadi. Zwein mengubah setengah tubuh bagian bawahnya menjadi tubuh ular. Dengan lincah dia kemudian menghindari Leon.

Zwein segera menggerakan tubuhnya dengan cepat menuju Clarissa. Menyadari hal itu, aku segera mendorong Clarissa menjauh. Namun sebagai akibat menyelamatkan Clarissa, Zwein dalam sekejap mengubah targetnya pada diriku. Dia memeluk dan mengangkat tubuhku dengan tangan kanannya, segera setelah itu, dia kabur menjauh dari Leon. Aku melihat Leon berlari selayaknya singa, dia mencoba mengejar Zwein.

Namun, perlahan, aku bisa melihat bahwa Leon tertinggal. Sosoknya seolah menjauh hingga akhirnya aku tidak bisa melihatnya lagi. Sekarang, aku merasa benar-benar menyesal telah menyelamatkan Clarissa. Nasibku ada ditangan Zwein, aku tidak yakin apakah dia akan membunuhku atau hanya menahanku. Namun, aku pasti akan mencoba mencari cara agar bisa bertahan hidup. Bagaimanapun, aku tidak berniat mati di sini.

Meskipun Zwein berkata bahwa Leon membawa makanan yang mana merujuk pada aku dan Clarissa, tetapi aku yakin 70% bahwa dia bukanlah karnivora. Aku tidak bisa menyebutnya kanibal karena setengah binatang berbeda dengan manusia. Kemungkinan besar, alasan kenapa dia membunuh istri dan anak Arnold adalah karena kesenangan belaka.

Setelah beberapa saat, akhirnya Zwein berhenti, tanpa ragu, dia melemparku ke depan. Tubuhku segera menabrak pohon dengan kuat. Aku merasakan sakit di beberapa bagian tubuh. Aku menahan rasa sakit itu dan perlahan bangun. Di depanku, Zwein sudah merubah kembali bagian bawah tubuhnya menjadi kaki manusia.

"Apa yang kau akan lakukan denganku? Aku sangat yakin kau tak akan membunuhku."

Tentu itu bohong, ada kemungkinan tebakanku salah. Mungkin saja Zwein karnivora dan memakan manusia. Namun, aku bersedia bertaruh untuk itu. Jika tebakanku benar bahwa dia membunuh demi kesenangan, maka aku harus membuatnya tertarik padaku alih-alih bosan dan kemudian membunuhku.

Zwein tersenyum lebar seolah menemukan hal yang menarik. Hatiku sedikit Bahagia, tebakanku mungkin benar.

"Kenapa kau berpikir begitu? Bagiku manusia biasa sepertimu tak ada bedanya dengan babi."

Itu sedikit menyakitkan.

Untuk menarik perhatiannya, aku harus membuktikan bahwa aku berbeda. Aku harus membuktikan bahwa aku memiliki nilai istimewa.

"Aku seorang calon Exor."

Perubahan yang terjadi padaku, tak perduli bagaimana aku memikirkannya, hal tersebut pasti terkait dengan Exor. Ritual yang kulakukan, tak peduli apa, aku tidak bisa memikirkan hal lain kecuali ritual yang berkaitan dengan dewa tertentu. Ibuku mungkin memiliki agama khusus yang unik. Wanita dengan tato segitiga terbalik yang pernah kutemui mungkin juga memiliki agama yang sama dengan Ibu.

Setelah beberapa hari, itu adalah tebakan terbaik yang bisa kulakukan. Aku yakin bahwa setidaknya setengah tebakanku benar jika tidak semuanya.

Namun, reaksi Zwein benar-benar berbeda denga napa yang kuharapkan. Dia tertawa terbahak-bahak.

"Apa kau pikir aku bodoh? Leon, singa jelek itu berhati lembut. Kau dan gadis disampingmu jelas bukan tawanan Leon. Satu-satunya hal yang bisa kupikirkan mengapa singa itu kembali ke sini, ke dalam barrier hanyalah karena salah satu dari kalian berdua memiliki satu hal untuk dicapai di dalam barrier. Mungkin saja kalian bertemu dengan Leon secara tidak sengaja di perjalanan.

Sedari awal aku sudah tertarik pada kalian berdua. Apa yang kau coba lakukan sia-sia. Bahkan jika kau calon Exor lalu kenapa? Ada ratusan makhluk di dalam barrier yang lebih kuat dan lebih berpotensi daripada dirimu. Aku sudah bilang kau tidak ada bedanya dengan babi."

Dalam sekejap mata, Zwein bergerak dengan cepat.Dia mendekatiku dan mengayunkan tangannya. Pukulan yang sangat keras mengebor pada perutku seolah mencoba membolonginya. Aku merasakan sakit luar biasa yang tidak bisa kutahan.

Aku tak pernah menduga bahwa Zwein bisa menebak sebanyak itu hanya dalam beberapa saat. Kurasa, aku benar-benar meremehkan seseorang sekelas Zwein. Aku hanya dengan santainya berpikir bahwa dia hanya lebih kuat daripadaku dan berpikir untuk membodohinya.

"Aku punya ide yang jelas tentang nasibmu."

Dengan kata-kata itu, aku kehilangan kesadaranku.