webnovel

EVSHILLAN

Kareev Sengkana memiliki mimpi indah tentang piano. Angannya melukis sebuah pertunjukan diatas panggung megah dengan banyak pasang mata yang menyaksikan, mempersembahkan alunan nada dari alat musik piano untuk mereka yang istimewa. Namun lukisan tak kasat mata itu mengabur bersama kalimat, "Reev. Aku mau kita break." Dari seorang Shillan Kelana. Salah satu dari banyak alasan mengapa paket mimpi itu hadir dan bersarang pada kanvas cita-citanya. Di sisi lain seseorang hadir diantara kerenggangan hubungan mereka. Menawarkan paket mimpi yang sama dengan tokoh berbeda. Disaat itu pula Shillan menyadari sebuah kekosongan pada hatinya, apakah paket mimpi milik Reev tidak lagi ditujukan untuknya? Copyright ©2020 by Dioreenote

Dioreenote · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
8 Chs

Chapter 03 : EVSHILLAN

Gema yang menyayat perlahan

adalah gema rindu yang

sedang hilang tambatan.

...............

Mengingat hari ini adalah hari selasa Reev sengaja tidak langsung pulang. Sebab Shillan tidak ada jadwal latihan olimpiade. Dia sengaja menunggu cewek itu di depan pintu kelasnya. Sayangnya hingga sepi Shillan tidak kunjung keluar kelas, di dalam kelas pun sudah tidak ada siapa-siapa. Reev pikir Shillan sudah pulang dan dia tidak menyadari cewek itu melewatinya. Tapi tidak mungkin seperti itu, dia hapal betul cewek dengan tas putih berbandul pom-pom berbulu army itu sama sekali belum melewati pintu kelas XI Newton.

Lan, kamu dimana?

Reev mengirim pesan. Pesan itu telah centang biru, tapi tidak kunjung dibalas. Reev mulai khawatir. Terakhir dia meninggalkan gadis itu dalam keadaan yang tidak cukup baik. Perasaan cemas mendesaknya untuk segera berlari menuju parkiran sekolah tempat motor Reev berada. Dia mengendarai motor keluar dari sekolah. Tempat pertama yang Reev pikirkan adalah Shillan pulang ke rumahnya, cewek itu biasa naik angkutan umum untuk pulang dan pergi tanpa Reev akhir-akhir ini.

Sayangnya di pertigaan menuju rumah Shillan, Reev dihadang kejutan yang mendebarkan. Dari kejauhan ia melihat cewek itu baru saja turun dari motor seorang cowok. Reev tidak melihat begitu jelas untuk bisa memastikan siapa sosok laki-laki itu. Pada detik berikutnya ia mengusahakan hati dan fikirannya tetap berada di kondisi baik-baik saja. Tapi tidak. Reev tidak bisa untuk tetap biasa-biasa saja. Yang jelas, dari motornya Reev tahu bahwa orang itu bukan orang biasa.

Reev ingin sekali segera menghampiri mereka, tapi jika dugaan negatif itu benar bagaimana. Dia mungkin tidak bisa menerima kenyataan semenyakitkan itu. Shillan tidak mungkin demikian. Sungguh Reev hanya ingin mereka kembali dan baik-baik saja.

Merasa sebagai pecundang yang tidak berani mengambil sikap dan terlalu takut, Reev segera melajukan motornya meninggalkan daerah itu.

~¤¤¤~

"Bang, anterin gue nanti."

Reev mengelus dada, kaget. Sosok itu sudah menjegatnya sedetik setelah ia menutup pintu rumah.

"Kemana?" tanyanya.

"Ada eksul," balasnya.

Cowok itu menggoyang-goyang kunci motor yang di apit telunjuk dan ibu jarinya. Seolah berkata, sana cabut sendiri kali bisa.

Melihat Reev acuh tak acuh ia segera mendekat,"tega lo liat gue mendadak negro di cuaca sepanas ini."

"Gue baru pulang ah, capek."

Reev berjalan menuju dapur kemudian membuka lemari es untuk menuang segelas air putih. Tenggorokannya haus sekali. Kering sudah rasanya, lebih gersang dari gurun sahara setelah melihat Shillan diantar pulang cowok lain.

"Rela deh dua cup corneto gue buat lo."

"Nggak ah, udah males."

"Gitu lo bang nggak asik!"

"Lagian belom sembuh juga mau eskul. Kalo udah sehat ngapain nggak sekolah tadi. Aduin mas Ikra baru tau loh!"

"Ah, nggak seru main adu-aduan."

"Pindah eskul deh ,La. Tulang lo patah mulu gitu. Ngeri gue."

"Ogah ya. Lagian lo laki apaan sih, nih liat gue dong." Nala menaikan kaos tangannya, memamerkan otot lengannya pada Reev yang sama sekali tidak tertarik itu. Dasar pamer! Reev mengabaikan Nala yang masih sibuk unjuk otot lengannya.

"Bang Iro belum pulang, La?"

Nala meringsek duduk diatas sofa dengan cara melompatinya, Reev melotot protes pada tindakan adik bungsunya ini. Ingin sekali ia menempeleng kepala Nala. Kebiasaan!

"Kalem dikit apa nggak bisa." dengus Reev. Gadis itu hanya nyengir memamerkan gigi kelincinya.

Nala kembali pada aksi merayu kakaknya, "bang anterin deh." pintanya lagi.

"Capek."

"Tega lo, tega."

"Nanti patah lagi, Nal."

"Enggak bang, ini terakhir kalinya. Lagian kan yang ini patahnya bukan gara-gara eskul."

Reev mendengkus, "ya sama aja. Kan pulang eskul. Waktu itu karena eskul berapa kali."

"Gue tanpa eskul, apalah-apalah. Nggak ngerti banget perasaan gue. Disini yang dukung gue kan tinggal lo seorang bang."

Tak tahan melihat suasana Nala yang berubah memelas sedih. Cowok itu mengenakan jaketnya, lantas saja Nala semringah dibuatnya. Gadis itu ikut bangkit dan menyambar tasnya.

"Ngapain?" tanya Reev.

"Ya, siap-siaplah. Eskul!" serunya girang.

"Gue mau ke kamar." Reev menyandang tas dan kunci motornya. Berlalu meninggalkan Nala yang seketika menggigit kesal sabuk taekwondo di tangannya. Dalam hati ia menyumpah-serapahi saudara kandungnya itu. Harapannya sudah musnah untuk ikut eskul.

Sesampainya di kamar, cowok itu langsung meletakkan tasnya di meja belajar lalu merebahkan tubuhnya ditempat tidur. Sejak ibunya meninggal, rumah menjadi sepi. Sebagian orang dari rumah ini sibuk bekerja kecuali Reev, Kai dan Nala yang masih sekolah. Sedangkan ayahnya, Iro dan Ikra sibuk bekerja. Rumah ini akan ramai kembali ketika mereka sama-sama berkumpul, walaupun. Ayah sekuat tenaga telah menggantikan sosok ibu untuk mereka selama ini, sedangkan abang-abangnya menjaga mereka seperti pesan ibu sebelum akhir hidupnya.

Hari ini Reev kebagian tugas untuk menyapu, mengepel dan cuci piring. Mengingat hal itu Reev segera turun ke bawah. Ya, ayah mereka sepakat untuk tidak membayar asisten rumah tangga. Sebenarnya aturan ini sudah ada sejak ibu mereka masih hidup. Lantaran telah terbiasa, kebiasaan ini tetap ada sampai sekarang.

"Sudah makan, Nal?"

Ketika sampai lantai satu Reev menemukan Iro yang baru saja pulang bekerja. Dilihatnya jam dinding masih menunjukkan pukul tiga.

"Balik cepat bang?" tanya Reev.

"Ada masalah sedikit, jadi izin pulang." jawab Iro. Tangannya menunjuk Nala yang sedang meringkuk dengan ransel di punggung yang tidak dilepas.Dia menetap Reev seolah bertanya ada apa.

"Biasa, ngeyel." balas Reev.

Iro kemudian berjalan mendekati adiknya, ransel itu ia lepas dengan hati-hati dari punggung Nala. Lantaran tidak disahuti pertanyaan tadi sudah pasti gadis itu sedang merajuk. Melihat sabuk taekwondo yang tersampir di sandaran sofa sudah pasti gadis itu berniat untuk pergi latihan. Iro menaikkan sandaran kepala Nala pada bantal sofa, walaupun sedang merajuk begitu tetap saja masih bisa tidur tanpa terusik. Jelas saja adiknya, jangan ditanya.

"Kai belom pulang jam segini, dia kemana?" tanya Iro melewati Reev yang sedang menyapu.

"Nggak paham, bang. Masih di jalan kali, atau nyebat dibelakang sekolah."

"Sejak kapan, dia ngerokok?"

Reev hanya menggedikkan bahu, adik laki-lakinya itu tambeng bila dinasehati. Dia sudah angkat tangan dan memilih menyerahkannya pada kakak-kakaknya. Bukan tidak peduli, hanya saja dari dulu memang diantara keduanya ada kerenggangan yang sulit dijelaskan.

"Masak nanti Reev, Ikra kayaknya bakal lembur dan Kai belum tau kapan pulangnya."

Seketika cowok itu menghentikan gerakan menyerok debu dibawah kolong meja. Apa-apaan! Tampangnya langsung protes tidak setuju.

"Tolongin gitu bang, ini gue udah nyapu, nyuci mana ngepel lagi. Masa masak gue embat juga."

"Gue nggak masalah sih. Cuma terakhir kali ayah protes gue nyindir minta cepet-cepet dikawinin sama anak orang tuh." cengir Iro. Reev hanya mendengkus pasrah.

Baiklah. Reev tidak perlu menjawab untuk mengiyakan limpahan itu. Setelah tugas menyapu dan mengepel sebelumnya telah diserahkan padanya karena lengan adiknya yang patah itu, sekarang hadir lagi seseorang yang mempertegas Reev layak jadi ART wanna be selanjutnya. Wallahu a'lam!

"He badak! Tangan gue ke senggol, sapu."

Reev menoleh melihat adiknya yang terduduk dari tidurnya di sofa. Mengelus lengan satunya yang tidak sengaja tersikut gagang sapu. Reev meringis dibuatnya.

"Nggak sengaja, lagian tidur sembarangan."

Nala hanya berdecak sebal kemudian beranjak dari ruang tamu meninggalkan Reev dengan pelototan tajam.

Nala mode merajuk memang segalak itu. Setelah gadis itu hilang di balik pintu kamarnya Reev kembali bergegas menyelesaikan tugasnya yang masih mengantre.

Bumi Swarang, 15 Agustus 2020

Tubico!

Hope you have a nice day, thanks for reading.

Terima kasih sudah hadir, jangan lupa votement. Kalau kamu suka silahkan save di library.

Hai, ketemu lagi kita, jadi fix EVSHILLAN bakal aku up seminggu sekali ya...

Jadi di setiap minggunya mari kita berjumpa lagi dan lagi hingga batas waktu kebersamaan dua anak manusia ini. So, jangan lupa keroyok cerita ini ya. Ajak temen-temennya. Ini keroyok yang nggak pake baku hantam pastinya.

Stay di sini aja:v

Find me on :

Instagram : @in_tanns

Wattpad : @dioreenote

___________

________________

____________________

D

I

O

R

E

E

N

O

T

E