webnovel

PROLOG

Sekuntum Anggrek mulai menumbuhkan kesadaran surgawinya secara perlahan, di kelilingi kunang-kunang spiritual yang muncul untuk menyambut terwujudnya seorang peri dengan kepakan penuh nyanyian. Perlahan tapi pasti wujud anggrek membentuk sebuah badan yang berpakaian indah, berwarna violet dengan rambut kebiruan yang di cepol dua, sepasang matanya mengkilat berwarna cokelat, hidung dan bibir kecil serta telinga yang runcing. Namun, ia tidak tumbuh besar melainkan hanya sekecil telapak tanganku.

"Kau, kasihan sekali ... Apakah kau peri cacat?" Weiluo dengan nada sedih mempertanyakan hal itu pada makhluk kecil yang baru berubah itu. Sepasang manik mata Weiluo menyiratkan kesedihan, kakinya lemah dan terjatuh ke atas rerumputan surgawi dengan perlahan. "I ... ini salahku Anwei, peri anggrek kehilangan wujud besarnya karena ramuan pengecil milik Xufeng. Hiks! Hiks! Aku tidak sengaja melakukan itu. Apakah aku akan di hukum?"

Aku menggeleng, "Weiluo, kau harus memberinya obat. Pasti ada obatnya kan?"

Weiluo menatapku dengan binar yang tergenang, "Itu ramuan seribu tahun Anwei, artinya sudah permanen. Hiks! Tidak ada obat penawarnya, kau tahu kan bahwa hanya Dewa Zangrui yang mampu membuat penawarnya?"

Aku mengangguk, "Ayahku sudah pergi selama 100 tahun. Aku juga tidak tahu kemana ia sekarang."

"Anweiii ... Hiks!" bulir air mata Weiluo makin deras, ia menjauhkan diri dengan segera dan melompat ke arah pohon persik tua, di sana tubuhnya kembali membentuk tanaman benalu.

"Permisi, kau bisa membantuku?" suara peri kecil terdengar lirih, namun daun telingaku mampu menangkapnya dengan kuat.

Ku ulurkan telapak kananku, ia melangkah dan memilih duduk di sana, Weiluo tak terlihat baik dalam wujud benalu lesu itu. Aku hanya mampu menghela, meninggalkan peri kesepian itu lagi.

Kaki telanjangku menyentuh rerumputan yang lembut, aroma segar dan wangi berbaur di udara, dedaunan bergoyang perlahan tatkala aku lewat, pakaianku yang terlihat seperti peri lelaki tak bertuan membuatku aman dari tatapan tanaman surgawi, namun tatapan mereka bertambah sanksi ketika peri kecil ada di tanganku.

"Apa yang peri kecil itu lakukan? Apakah dia mau menghancurkan kultivasi tanaman di sini?" ketus tanaman kaktus yang berbunga merah muda.

"Kita harus melaporkannya ke peri penjaga!" balas rumput ilalang.

"Kalian pikir siapa yang bisa mendengarkan kita? Kita hanya bisa mengandalkan Dewi dengan elemen kayu! Tapi kebanyakan yang datang malah elemen air. Sudahlah!" pohon persik muda memperingatkan.

Aku menghela, bukan salahku peri Anggrek berwujud kecil, tapi bukan berarti Weiluo juga salah. Meski aku mendengar perkataan mereka, namun ibuku melarangku berbicara dengan makhluk surgawi, tapi Fuwei, ibuku, Weiluo dan peri anggrek kecil adalah pengecualian.

Aku terhenti tatkala sepasang dewi muncul dengan baki emas berisi potongan bunga tanpa kesadaran itu, sedang peri anggrek kecil terkejut dan takut, ia pikir para dewi akan memotongnya juga. Bersembunyi di balik pohon, aroma wangi dari bunga-bunga itu mirip aroma yang di bawa Fuwei tiap acara besar sedang di rayakan di Istana Surgawi.

"Aku harap Dewa Tangzi menyukai penataan kita. Kalau tidak Yang Mulia pasti akan menghukum kita," keluh salah seorang dewi dengan wajah tanpa emosi.

Dewi yang menemaninya berubah masam, "Dewa Tangzi selalu mencari kesalahan Yang Mulia Permaisuri Surgawi. Meski di adalah kakak kandung Yang Mulia, namun bukankah tak pantas ikut campur urusan Kekaisaran?"

"Sst! Kita tak punya hak untuk mempertanyakan masalah itu. Mereka adalah Dewa Besar di Tiga Alam. Kita hanya sebutir debu di hadapan mereka."

"Ya, kau benar. Jika saja Dewi Qianmei mau membantu Yang Mulia Permaisuri, mungkin Dewa Tangzi tak akan mempermasalahkan hal sepele."

"Dewi Qianmei sudah memutuskan untuk tidak ikut campur urusan kekaisaran, jadi jangan mengatakan hal yang tidak-tidak."

"Kau tahu kan kalau-"

Suara keduanya benar-benar sudah menghilang, aku tak pernah tahu apa sebenarnya hubungan Ibuku dengan keluarga Kekaisaran. Yang mengetahui semua itu hanya Fuwei, tapi saat ini ia sedang berada di Kelas Pelatihan Putri Dewi. Jadi, tidak mungkin aku mengirim pesan rahasia kepadanya.

Sampai di depan sebuah batu berlumut tebal, aku mencari celah berbentuk patahan bulan itu, kukeluarkan gelang giok dengan bandul yang berbentuk sama dengan patahan itu, dan meletakkan bandul itu ke dalamnya. Cahaya hijau yang sangat amat pudar muncul, pintu terbuka dan terlihat jalan gelap ada di depanku.

Ini adalah jalan menuju rumahku, aku memasuki dan pintu itu tertutup kembali. Cahaya perlahan muncul, berwarna putih kemilau dari deretan mutiara malam putih yang di hadiahkan oleh Ibuku tiap harinya, beliau akan menempelkan mutiara malam ke dinding setiap malamnya, sampai tertutup sempurna seperti hari ini. Mungkin sudah 1000 tahun ia melakukannya, sampai tak ada sisi gelap sedikitpun di balik pintu batu itu.

Cahaya mutiara malam yang terang tidak melukai penglihatan, sebaliknya itu memberiku kemampuan untuk melihat di tengah kegelapan di luar sana, dan bahkan memberiku kemampuan untuk menyalakan cahaya di atas telapak tanganku jika aku menginginkannya, namun tidak kulakukan di hadapan ibu, aku takut ia akan mengurungku karena mempelajari apa yang tidak di ajarkan Fuwei padaku.

"Lanhua, aku akan memanggilmu itu. Kau mau?" tanyaku pada peri anggrek yang kuletakkan di atas tempat tidur abu-abu milikku, ia mengangguk dan menatap sekeliling dengan takjub.

"Apakah ini tempat tinggalmu? Begitu indah, ku pikir gua tempatmu itu kumuh," katanya.

"Oh, aku bukan monster gua. Ini juga tempat Fuwei bermalam setiap 3 hari sekali, jadi aku dan ibu selalu menjaga agar tempat ini nyaman."

"Aku tidak melihat ibumu, di mana dia? Bukannya ia tidak pernah keluar dari sini," ia menyukai tempat tidur itu dan melompat-lompat.

"Ibuku sedang menemui Dewi Yu, kau mau bertemu dengannya?"

"Boleh, tapi apakah dia akan menemuiku?"

Aku mengangguk, "Eh, bukankah kau baru mendapat wujud orang. Kenapa kau tidak kehilangan ingatan? Bukannya semua peri di hutan ini begitu ya?"

Lanhua mengangguk, "Aku juga tidak tahu, mungkin karena obat pengecil itu. Jadi, kepalaku tidak terkena dampak, sebaliknya malah tubuhku. Tapi, tidak masalah, aku menyukai isi kepalaku."

Aku mengangguk, karena sudah lelah seharian bermain di luar, aku memutuskan untuk beristirahat dengan di temani oleh Lanhua. Namun, di mimpiku aku mendengar sebuah suara yang sangat mengerikan.

"AKU TIDAK SENGAJA MELAKUKANNYA! BAGAIMANA BISA AKU MEMBIARKAN DIA KELUAR! IBU HARUS PERCAYA! AKU TIDAK BERNIAT MEMBUAT IA TEREKSPOS! IBU! AKU TIDAK BERNIAT JAHAT PADANYA! DIA ADIKKU!"

Aku tak terlalu memikirkan suara itu, karena yang kutahu sekarang di hadapanku dunia mimpi terlalu indah. Aku di ijinkan mengenakan pakaian seorang gadis dan begitu pula Lanhua, ia mampu terbang di sisiku.

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

pagbubocreators' thoughts