webnovel

Wanita Berkuda

Hujan deras sejak subuh tadi pagi. "Mungkin ini musim di Kota Tyra," Pikir Keanu Caferino. Dia menahan senyum. Dia merasa seperti seorang imigran gelap yang menyusup kota terlarang, bersembunyi di dalam gerobak yang membawa hasil ladang berselimut kain terpal yang kotor dan dekil.

Hujan membawa hawa dingin. Kabut tipis sesekali keluar dari embusan napas-napas dua orang petani yang tampak bingung melihatnya. Sesekali mereka saling berbisik, entah apa yang ada dalam benak mereka.

Sang kusir membelokkan keretanya masuk ke dalam sebuah ruangan besar yang menjadi gudang sebuah restoran terkemuka di kota itu. Seorang lelaki tak begitu gemuk, tak juga begitu kurus sudah menunggu di depan pintu dalam ruangan itu. Pintu yang menembus ke dapur dan berjarak hanya beberapa meter dari ruangan restoran itu sendiri.

"Kita sudah sampai, Anak Muda!" Kusir kereta itu membuka kain terpal penutup gerobaknya. Dua orang yang tadi bersama Keanu sudah melompat turun terlebih dulu.

Keanu mengangguk, ia berpegang pada tiang-tiang kayu gerobak dan perlahan turun. Sedikit meregangkan otot dengan menggerak-gerakkan tangan dan pinggulnya.

"Keanu?" pekik lelaki yang masih berdiri memandangi gerobak yang baru saja tiba. Ia berjalan menghampiri Keanu yang memakai mantel dengan tudung kepala yang menutupi sebagian kepalanya. "Kenapa kau tak memberitahuku, bahwa kau akan datang?"

Akamu Zama, pria berkulit hitam anak pemilik rumah makan itu menarik tangan Keanu dan menyeret ke kamarnya, ia mendudukkan Keanu dia atas salah satu kursi yang ada di ruang itu. Sementara ia masih menyibukkan diri membuka tirai jendela kamarnya.

"Angin apa yang membawamu ke sini? Kenapa tak memberi tahuku?" Akamu Zama kembali menghujani pertanyaan kepada Keanu yang sedang mengamati tiap sudut kamar tidurnya.

Dua orang itu adalah sahabat yang bertemu saat perburuan di perbukitan Aure. Sebuah dataran tinggi yang menjadi perbatasan antara Kota Aure dan Kota Tyra. Kota Aure tempat asal Keanu merupakan dataran tinggi yang berada di lereng Gunung Aure. Memiliki pemandangan yang sangat bagus dengan hutan dan bukit-bukit yang sangat hijau. Bahkan dari kota tempat asal Keanu, bisa melihat awan yang bergerak begitu dekat. Kota-kota sekitar perbukitan itu menyebutnya Negeri Angin.

Berbanding terbalik dengan Negeri Aure, Tyra merupakan kota yang berada di dataran rendah tepat di kaki gunung Aure. Memiliki tanah persawahan yang luas dan kebun-kebun yang menjadi ladang mereka menghasilkan sayur-sayuran.

Sesekali Akamu Zama meluangkan waktunya untuk berburu di hutan Aure. Sebuah perbukitan yang tidak masuk wilayah Aure maupun Tyra. Sebuah hutan lepas yang bebas dikunjungi orang-orang yang ingin berburu. Rusa dan babi-babi liar masih banyak ditemui di hutan ini.

Cuaca sama seperti sekarang ini. Akamu Zama yang belum terbiasa dengan hutan itu, tersesat hingga sampai ke lereng Aure, Keanu yang tinggal sendiri di tengah hutan, menemukan tubuh Akamu Zama yang penuh luka tergeletak tak sadarkan diri tanpa perbekalan. Beberapa hari Keanu merawat Akamu Zama membuat mereka seperti dua orang saudara.

"Apakah kau tak menawari minum kepadaku?" Balasan Keanu dari pertanyaan Akamu Zama yang membombardirnya sejak ia datang. Bahkan Akamu Zama seperti tak membiarkan lelaki dengan kulit cerah dan sorot mata birunya untuk bernapas.

"Maaf ... maaf, aku terlalu bersemangat dengan kedatanganmu, Keanu!" Wajah Akamu Zama memerah, namun binar di matanya menggambarkan kegembiraan di hatinya.

"Siapa yang bersamamu, Zama? Kenapa kau tak bekerja dan malah bermain di dalam kamar?" Terdengar suara seorang lelaki tua dari luar kamar. Lalu dari balik pintu yang terbuka, lelaki paruh baya dengan jenggot putih memanjang masuk ke dalam kamar dan mendapati Keanu dan Akamu Zama yang berdiri.

"Ini Keanu, Ayah! Saudara lelaki yang pernah aku ceritakan dulu!"

Tangan Akamu Zama menunjuk ke arah Keanu dan memperkenalkannya pada lelaki tua yang ternyata adalah ayahnya. Pemilik rumah makan terbesar di kota Tyra. Sementara lelaki tua itu memperhatikan Keanu dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan tatapan yang tak percaya.

"Keanu, ini ayahku!" ucap Akamu Zama memperkenalkan ayahnya pada Keanu.

Keanu membuka tudung kepalanya, rambutnya yang panjang kemerah-merahan terurai. Wajah putih dengan hidung mancung akan membuat orang yang melihatnya terkesima dan mengira dia adalah anak bangsawan dari suatu kerajaan.

"Salam, Paman! Namaku Keanu!" ucap Keanu sambil membungkukkan badan dan menyatukan kedua tangan untuk memberi hormat kepada lelaki tua di depannya.

"Panggil saja aku, Su! Kau tak perlu sungkan seperti itu." Tuan Su mengangkat tubuh Keanu agar menghentikan penghormatannya. "Kau sudah menyelamatkan anakku. Entah bagaimana aku membalas kebaikanmu."

Tuan Su menoleh ke arah Akamu Zama. "Dasar anak bodoh! Ada saudara datang dari jauh kenapa malah membawanya masuk ke dalam kamar. Cepat ambilkan makan untuknya!"

Akamu Zama hanya tersenyum sambil menggaruk-garuk kepala. "Kenapa Ayah jadi galak seperti ini? Aku juga mau mengambilkan makan untuknya, Ayah!" kilah Akamu.

"Ayolah, Nak! Kau pasti sangat lapar karena perjalanan jauh. Mari kita makan!" Tuan Su menarik lengan Keanu untuk mengikutinya ke ruang makan. Sementara Akamu Zama hanya senyum-senyum mengikuti mereka dari belakang.

"Duduklah, Keanu! Aku akan mengambilkan semua makanan untukmu!" lelaki tua itu menarik sebuah kursi dan memaksa Keanu untuk duduk. Ia lalu meninggalkan kedua anak-anak itu masuk ke dalam dapur untuk menyiapkan makanan."

Akamu Zama menarik kursi dan ikut duduk di samping Keanu.

"Dasar anak durhaka! Kenapa kau membiarkan ayahmu pergi sendiri mengambil makanan untukku? Kenapa kau tak membantunya?" ucap Keanu memukul pelan kepala Akamu Zama. Lelaki berkulit gelap itu hanya tertawa kecil.

"Dia lebih mahir menyiapkan makanan dari pada aku," ucap Akamu Zama singkat.

Mata Keanu kembali berkeliling mengitari ruangan itu. Sebuah ruangan lebar yang di penuhi kursi-kursi yang tersusun secara berkelompok mengelingi satu meja yang berbentuk lingkaran. Jarak tempat duduknya dari pintu keluar sekitar 30 meter dan langsung menghadap ke jalanan.

Iris mata Keanu terhenti pada rombongan berkuda yang baru saja tiba. Seorang lelaki berjubah dengan tubuh tegap turun dari kudanya, lalu mengulurkan tangan membantu seorang wanita cantik yang juga menunggangi seekor kuda berwarna putih.

Keduanya berjalan saling mengaitkan tangan bergandengan memasuki rumah makan itu. Bak pasangan dewa dan dewi kerajaan, beberapa prajurit berjalan mengiringi mereka dengan senjata tombak dan pedang di tangan.

Sang lelaki menarik kursi dan memberikannya kepada sang perempuan. Ia lalu menarik satu kursi lagi sebagai tempat duduknya. Menyibakkan jubah lalu bergerak dengan elegan duduk di atas kursi yang telah ia siapkan.

"Pelayan! Siapkan hidangan yang paling enak di tempat ini! Aku ingin daging rusa panggang muda yang belum berumur empat bulan," perintah lelaki itu kepada pelayan yang telah menyambut kedatangan mereka.

Keanu terdiam sesaat, tatapannya terus mengawasi wanita yang baru datang itu. 'Sepertinya aku pernah mengenal wanita itu?' ucap Keanu dalam hati. Seorang wanita bergaun warna hijau dengan tiara yang menghiasi kepalanya.

"Siapakah wanita itu? Kenapa pikiranku tiba-tiba tidak tenang seperti ini?"