webnovel

Es Kutub Yang Mencair

Apa yang akan kamu lakukan jika, ada orang yang tiba-tiba bertanya "apa itu takdir?" dan bagaimana jika ternyata dialah takdirmu?. berkisah tentang seorang remaja perempuan yang tidak ingin jatuh cinta pada laki-laki, karena perlakuan ayahnya di masa lalu, dia bahkan tumbuh menjadi perempuan yang dingin. menjauhkan dirinya dari sekolah campuran adalah pilihannya agar tidak berdekatan dengan laki-laki, tapi takdir berkata lain... tiba-tiba dia bisa merasakan rasa suka, yang sampai bisa merubah kepribadiannya, rasa luka yang bisa dia rasakan, dan bahkan dia bisa merasakan betapa sakitnya sebuah perpisahan. siapa? siapa dia? yang bisa membuat seorang perempuan dingin, yang anti akan cinta, bisa menangis tersedu-sedu karena luka yang mulai membakar hatinya yang beku?.

Hana_Hiromi
Peringkat tidak cukup
18 Chs

Ayano Eri

Namaku Ayano Eri...

perempuan yang di besarkan oleh keluarga yang terpandang, "dulunya" sekarang aku hanyalah Ayano Eri yang tinggal di asrama sekolah, penyandang marga Ayano yang tak berarti, satu-satunya keturunan keluarga Ayano yang di buang dan di terlantarkan.

itu terjadi ketika umurku 4 tahun...

" silahkan makanannya" kata wanita paruh baya yang terlihat seperti babu itu.

" ueeak!! makanan apa ini?!! PRAAANG!!!" kata wanita yang terlihat seperti orang kaya itu sambil menyingkirkan piring lauk pauk yang telah di siapkan hingga jatuh pecah dan berserakan.

"ma...maafkan saya ma-"

PLAK! suara tamparan yang sangat keras.

" dasar wanita jalang! jangan pernah kamu memanggil ku dengan sebutan mama!!" teriak wanita kaya itu.

sedangkan wanita paruh baya itu hanya duduk terdiam di lantai sambil menangis.

aku berlari dan memeluk wanita paruh baya itu.

"mama...jangan nangis" bujukku sambil memeluknya.

ya...dia adalah mama ku, pemandangan yang sudah terbiasa di mataku, ketika makanan di buang, mama yang kena cacian oleh wanita tua itu, dan tamparan keras pada wajah mama.

" nenek...jangan marah mama lagi!" kataku sambil berdiri dan berteriak padanya.

" kamu! masih kecil udah teriak padaku?! anak kurang ajar" sambil menjewer telinga ku.

" adu...du...du...duh sakit nek!" teriakku sambil melepaskan tangan nenek dari telingaku.

"ma...maafkan Eri, Nyo...nyonya" kata mama sambil bersujud.

"cepat bereskan!" bentak nenek dan berjalan keluar ruang makan.

"ba...baik" jawab mama sambil membersihkan piring yang pecah di lantai.

setiap hari, nenek selalu saja buat masalah yang membuat wajah mama atau tangan dan kaki mama terluka.

pada malam hari...

" hm...hm...hm~~~" suara nyanyian mama.

di bawah sinar bulan yang indah aku dan mama tidur, berdekatan dengan kandang kuda yang bau.

" mama..." panggilku,

" hm" jawab mama sambil menepuk-nepuk punggungku.

" kenapa Eri dan mama tidur di kandang kuda? sedangkan nenek dan ayah tidur di rumah besar itu?" jelasku yang masih terlalu polos.

" karena mama dan Eri nakal, makanya nenek hukum" jawab mama sambil memelukku dan mengusap kepalaku.

" nakal?" tanyaku.

" hm, bukankah tadi Eri bentak nenek? itu perbuatan yang salah sayang" jelas mama.

aku hanya mengangguk.

setiap tengah malam aku bangun, aku sudah terbiasa dengan pemandangan ini...

" masalah apa lagi yang kamu buat hari ini!!" teriak laki-laki tua itu sambil menarik rambut mama.

" maafkan aku...karena merasa tidak enak badan, indera perasa ku tidak bisa merasakan makanan dengan baik...maafkan aku" jelas mama sambil menangis.

" berhentilah membuat masalah Yuki!!!" teriak laki-laki tua itu sambil mendorong mama.

dan mama hanya terdiam begitu saja.

lelaki itu adalah ayahku Ayano Souma, sekaligus kepala keluarga Ayano. Ayah selalu saja seperti itu, pada tengah malam, ayah akan datang di kandang kuda untuk memanggil mama keluar dan...saat itulah waktu untuk penyiksaan mama.

tamparan,tendangan, di tarik rambut semua itu sering terjadi pada mama.

pada usia ku menginjak 5 tahun...

ayah menikah lagi atas persetujuan nenek, dan di acara resepsi mereka aku dan mama datang, tapi bukan sebagai tamu terhormat penyandang marga Ayano dengan dress yang cantik dan anggun, melainkan sebagai pelayan dan menyembunyikan marga Ayano kami.

saat melihat ayah menikah lagi, dan tersenyum lebar di atas sana, aku merasa sangat sedih, karena air mata mama yang terus saja mengalir.

karena marah melihat mama menangis terus, aku menaiki tangga menuju pengantin baru itu dan pura-pura tidak sengaja menjatuhkan minuman di gaun pengantin wanita itu.

" a.. apa-apaan ini?!!kurang ajar!! PLAK!" suara tamparan yang sangat keras mendarat di pipiku.

" Eri!!" teriak ayah.

aku hanya menunduk, dan tiba-tiba mama datang dan bersujud.

"ma...maafkan anak saya nyonya muda, tuan, maafkan anak saya" kata mama.

mama menarikku dan turun dari atas panggung resepsi.

(di dapur...)

" Eri...apa yang kamu lakuin?" tanya mama sambil mengusap kepalaku.

" mama terluka" jawabku sambil memutar wajahku.

" Eri...lihat mama" kata mama.

" Eri..." panggil mama lagi.

" Eri...kamu mau ikut mama?" tanya mama.

aku melihat mama dengan kebingungan, dan lagi-lagi air mata itu keluar.

" kemana?" tanyaku heran.

" kita pergi jauh dari sini " jelas mama.

" hm! Eri mau jika itu bersama mama,Eri mau pergi kemanapun " jawabku dengan bahagia.

Pada malam hari aku dan mama membereskan pakaian kami, dan menyembunyikannya di balik jerami.

dan saat tengah malam seperti biasa,ayah datang dan menyiksa mama, ketika selesai, saat ayah pergi, aku dan mama melarikan diri lewat pintu belakang yang harus melewati hutan kecil yang masih bagian dari halaman rumah keluarga Ayano. dengan uang yang mama kumpulkan selama kami tinggal di rumah besar itu, kami melarikan diri.

saat perjalanan aku masih saja menoleh kebelakang melihat lampu rumah besar itu.

" mama..." panggilku sambil berjalan dengan tangan yang di genggam mama.

"iya sayang..." jawab mama.

" apa ayah dan nenek akan mencari kita?" tanyaku.

dan mama tiba-tiba saja berhenti dan melihat rumah besar itu.

" apa kita pantas untuk di cari Eri..." jelas mama.

" hm" jawabku singkat dan mulai berjalan bersama mama.

hari demi hari aku dan mama berjalan kaki, dan menaiki bus. hari-hari saat bersama dengan mama di luar saat itu adalah hari terbahagia bagiku, senyuman yang natural tergambar di wajah mama.

dan akhirnya mama memutuskan agar kita menetap di Osaka, Jepang.

di Osaka aku dan mama tinggal di apartemen sederhana yang memiliki 2 kamar, 1 ruang makan yang langsung dengan ruang nonton, dan juga dapur yang menjadi satu.

mama mulai mencari kerja, dan saat itu mama kerja di toko roti, lama-kelamaan mama memutuskan untuk membuka toko roti sendiri dengan modal gaji yang dia dapatkan selama bekerja.

pada usia ku 7 tahun itu, mama memutuskan untuk memasukkan ku ke sekolah dasar, dan aku memulai hari sekolah ku dengan tenang.

Dan sekarang...aku Ayano Eri berdiri depan pintu apartemen tua ini...

TOK...TOK...TOK...

"iya sebentar...!" teriak suara dari dalam apartemen.

CKLEK!

" Eri..." panggil mama dan langsung memelukku.

" Tadaima ( dalam bahasa Jepang, Tadaima yang berarti "aku pulang")."

" mama udah nyiapin makanan kesukaan kamu, cepatlah ganti baju dan kita makan bersama." kata mama sambil mengatur makanan di meja.

"oke" jawabku sambil berjalan menuju kamar.

Saat Usiaku 15 Tahun mama mulai terbuka padaku, membicarakan masa lalu mama ,kenapa sampai ayah dan nenek yang begitu membenci mama, dan itu karena perjodohan yang di buat oleh Kakek atau kepala keluarga Ayano yang sebelumnya yang berarti ayah dari ayahku Ayano Shouta.

"gimana sekolah kamu?" tanya mama.

"biasa saja...hari ini ada murid baru di kelasku..." jelasku.

" apa kamu menyukainya?" tanya mama

"uhukk... uhukk...mana mungkin aku menyukainya" jawabku.

" bukankah kamu bilang tidak ingin jatuh cinta pada laki-laki, mungkin saja kamu akan jatuh cinta pada seorang wanita " jelas mama.

" apa wajahku terlihat seperti Lesbian? " tanya ku.

" hahahaha..." mama tertawa terbahak-bahak.

" apa mama mau anak mama ini penyuka sesama jenis" kataku sambil menyendok sayuran.

" apapun pilihan Eri, mama dukung kok, jika perempuan tidak akan menyakitimu, mama setuju" jelas mama.

Mama tahu dengan jelas perasaanku, ketika aku berkata tidak akan jatuh cinta.

" seperti apa perempuan itu?" tanya mama.

dengan spontan aku mengatakannya...

" senyumnya yang indah, aku melihatnya hari ini saat perjalanan ke sekolah, di bawah gugurnya bunga sakura, di-"

"eheeemm..."

" eh!?" begitu terkejutnya aku ketika mama berdehem.

mama hanya tersenyum dan melanjutkan makanannya.

dan aku hanya diam dan fokus pada makananku.