webnovel

Sad

Hari ini genap satu bulan Ariana tinggal bersama Casta dan Damario. Dan status Casta masih dianggap sebagai asisten dirumah. Sementara Ariana dan Damario semakin terlihat mesra setiap hari. Ketika sedang berkumpul, Casta selalu terluka melihat sikap manis yang ditunjukkan Damario pada Ariana.

Bulan ini Casta tidak bisa lagi memeriksakan kesehatannya karena ia tak punya uang lagi karena galeri seni miliknya sudah ditutup sesuai perintah Damario. Entah kenapa pria itu tiba-tiba menyuruh Fernando untuk mengambil semua barang di sana beberapa minggu lalu.

"Nyonya apa kau baik-baik saja?"

"Ahh tentu saja Maria."

"Tapi kau terlihat pucat. Apakau tidak kerumah sakit?"

"Tidak."

Maria menghela napas panjang melihat keadaan Casta yang semakin parah. Ia tak lagi tersenyum ataupun keluar. Wanita itu lebih memilih berdiam diri dikamar dan Maria tahu penyebabnya.

"Nyonya, sampai kapan kau akan membiarkan wanita itu menganggu tuan?"

"Wanita itu tidak menganggu Damario. Mereka berdua hanya saling mencintai Maria."

"Tapi tuan suamimu kau berhak atas dirinya nyonya."

"Apakah Damario menganggapku sebagai istrinya? Tidak kan? Apalah daya aku yang hanya menumpang dirumahnya." Casta menatap nanar langit-langit berusaha menghilangkan kesedihan yang teramat dihatinya. Tiba-tiba Maria duduk disampingnya dan memeluknya erat.

"Saya tahu saya lancang tapi izinkan saya melakukan ini nyonya."

"Terimakasih Maria. Aku tak pernah membayangkan sakitnya seperti ini."

"Saya tahu nyonya wanita yang kuat. Bersabarlah nyonya Tuhan akan membuka jalan." Maria mengelus lembut punggung Casta.

Maria membujuk Casta supaya wanita itu mau keluar dan menikmati udara segar. Ia terus mengajak majikannya berbicara supaya kesedihannya tersulutkan. Ketika mereka melewati bagian depan rumah, tampak Damario dan Ariana yang sedang berpelukan mesra di kursi taman. Mereka terlihat sangat bahagia.

"Aku senang melihat Damario bahagia meskipun bahagianya bukan karena aku." Casta tersenyum kecut.

Sementara Maria terus mengelus punggung Casta.

"Hei Maria. Ah ada Casta juga disini. Kau kenapa jarang sekali keluar Casta?" tanya Ariana sambil tangannya bergelayut manja di lengan Damario.

"Aku punya beberapa urusan sehingga tidak ada waktu untuk keluar." Ujar Casta tanpa menoleh pada sosok disamping Ariana.

"Bisakah kau buatkan Mallorcan Tumbet dan Gazpacho? Aku sangat merindukan makanan itu."

"Ah tentu saja akan kubuatkan."

Casta dan Maria menginggalkan Ariana serta Damario. Ia mulai mempersiapkan bahan makanan untuk memasak sesuai permintaan Ariana.

"Nyonya biarkan aku yang memasak."

"Tidak Maria. Lebih baik kau membersihkan halaman belakang."

"Akan kubersihkan setelah aku masak nyonya."

"Ini perintah Maria. Lakukanlah!" ujar Casta dengan lembut.Akhirnya Maria mengalah. Sebenarnya ia tak tega membiarkan Casta bekerja karena kondisinya yang tidak baik beberapa hari ini.

Beberapa saat kemudian, aroma masakan tercium membuat siapa saja tak dapat menahan salivanya.

"Ehmmmm aromanya menggoda. Aku tidak sabar lagi." Ujar Ariana sambil memperhatikan Casta yang tengah menyusun piring dan makanan dimeja.

"Silahkan nona." Ujar Casta sambil tersenyum.

"Ayo sayang. Aku tahu kau pasti lapar bukan? Casta tolong ambilkan makanan kami!"

Dengan tenang Casta mengambil makanan Damario dan Ariana lalu ia beranjak.

"Kau tidak makan?"

Suara itu menghentikkan langkah Casta. Ia menoleh kebelakang dan menjawab "Aku akan makan bersama Maria."

Damario memandangi Casta sejenak kemudian membuang pandangannya kearah lain. Ia yakin tak salah melihat. Wajah Casta tampak sangat pucat dan matanya sayu. Apakah ia sakit? Apakah ia tidak makan beberapa hari? Apakah ia memiliki masalah?

Damario menggelengkan kepalanya dan fokus pada makanannya meskipun ia tak bisa berbohong bahwa ia mengkhawatirkan keadaan Casta.

.

.

.

.

Notes:

Mallorcan Tumbet = makanan yang menggabungkan cabai, tomat, dan minyak Zaitun.

Gazpacho = sup tomat yang dingin.