webnovel

First Meet

Damario merasakan tubuhnya kembali sehat setelah beristirahat. Ia sengaja mengambil cuti selama 1 bulan untuk liburan di kawasan Barrio de las letras. Ia menginap di Axel Hotel Madrid karena ingin menunjungi museum nasional del Prado yang jaraknya hanya 2 km. Ia benar-benar puas karena telah menghabiskan separuh waktunya untuk mengunjungi museum itu.

Ini saatnya bagi Damario untuk memulai aksi gilanya. Ia tidak lagi tertarik pada para selebritis ataupun perancang karena hampir semuanya telah ia kencani. Malam ini, Damario akan mengganti targetnya. Ia dengar bahwa di Graffiti Music Bar, banyak wanita yang selalu siap melayani siapa saja. Ia pikir tidak ada salahnya mencoba para wanita tersebut.

Damario mengendarai mobilnya menuju Barrio de la latina yang hanya berjarak 2,4 km dari Axel Hotel Madrid tempatnya menginap. Setelah 12 menit, ia pun sampai. Dengan wajah datar ia memasuki bar itu dan semua mata memandangnya. Beberapa wanita melongo ketika melihat wajah tampannya. Ia pria dengan tubuh tinggi semampai dan bentuk wajah yang keras serta maskulin. Namun sayang tak satupun wanita-wanita itu yang menarik perhatiannya.

"Terimakasih atas kehadiran anda sekalian. Baiklah malam ini kami punya acara yang sangat spesial dan menarik. Seperti yang anda ketahui, bar kami kekurangan modal dan itu menyulitkan kami untuk terus menghadirkan wanita-wanita cantik disini. Karena itu, hari ini kami memajang beberapa wanita cantik untuk dijual." Suara tepuk tangan memenuhi ruangan itu. Ada beberapa pria yang terlihat sangat tergoda dengan tawaran penjual bar tadi. Memang orang-orang yang datang disini bukan orang sembarangan. Mereka semua orang kaya yang selalu menghabiskan uangnya untuk bersenang-senang dengan para wanita disini.

Kini didepan mereka berdiri beberapa wanita cantik dan seksi. Damario mengangkat alisnya sebagai bentuk komentarnya.

"Inikah yang mereka sebut cantik?" gumamnya sambil menatap jijik para wanita tersebut.

Dari 12 wanita itu, 4 diantaranya telah dibeli oleh beberapa taipan kaya raya. Namun tak ada satupun yang menarik dimata Damario.

Beberapa menit kemudian, tampak seorang pria mengenakan kaos hitam menarik paksa seorang wanita untuk berdiri dibarisan para wanita yang akan dijual. Sang wanita berusaha melepaskan pegangan pria itu namun ia terlalu lemah. Akhirnya pria itu berhasil membawa sang wanita. Damario memperhatikan wanita itu dengan seksama. Ia tahu wanita itu gemetar. Ketika ia mengangkat kepalanya, semua mata tertuju padanya tak terkecuali Damario. Dengan wajah penuh air mata wanita itu memperhatikan sekelilingnya dan pandangan mereka bertemu. Damario memperhatikan wanita itu cukup lama sambil mengernyitkan dahinya. Pandangannya terpaku pada dua bola mata biru yang sangat indah milik wanita itu.

"Bonita." Gumam Damario sambil terus memperhatikan wanita itu.

"Jadi inilah para wanita yang akan melayani anda sepenuh hati jika anda membayar dengan harga setimpal. Silahkan memilih!" pinta sang pemilik bar.

Ketika diberikan lampu hijau, semua pria mengangkat tangan dan memilih wanita yang baru saja datang. Tidak bisa dipungkiri bahwa wanita itu sangat cantik. Mereka membeli dengan berbagai harga.

"Untuk wanita itu aku membelinya dengan harga € 621616,00 (10 milyar)." Sontak semua wajah memandang pria paruh baya yang barusan menawarkan dengan harga fantastis. Sementara tangis wanita itu pecah ketika banyak orang memperebutkannya.

"Baiklah. Sepertinya € 621621,00 (10 milyar) adalah tawaran tertinggi. Apakah ada yang ingin menawar lagi? Kami jamin anda tidak akan men….."

"€ 1243232,00 (20 milyar)." Kini perhatian semua orang beralih pada seorang pria tampan yang duduk di ujung ruangan. Damario. Mata sang penjual berbinar-binar sambil membayangkan betapa banyak uang yang akan ia terima karena berhasil menjual wanita cantik yang ia culik di dekat restoran Alimentacion Quiroga beberapa hari lalu.

Wanita itu memandang dengan takut pada Damario. Dalam pikirannya ia membayangkan bahwa Damario itu sangat kejam. Terbukti dari cara bicara dan tatapannya. Sekujur tubuhnya kini dipenuhi keringat.

Penawaran pun ditutup. Dan Damario berhak atas wanita yang telah dibelinya dengan harga yang sangat mahal. Beberapa wanita disitu berbisik-bisik.

"Bukankah itu Casta? Dia memang gadis memalukan. Baru saja orangtuanya meninggal dia sudah berani berbuat hal menjijikkan."

"Kau benar. Aku jijik melihatnya."

Damario mendengar bisikkan mereka lalu cepat-cepat ia menoleh dengan tatapan tajamnya membuat para penggosip itu berhenti.

Damario menarik kasar lengan wanita itu dan segera membawanya kemobil setelah ia memberikan cek pada pemilik bar tadi.

"K..ku mohon lepaskan aku. Aku…aku bukan wanita murahan percayalah. Mereka menculikku dan menjualku."

"Kau pikir kau bisa mengganti uangku? Wanita murahan."

"Aku tidak bohong tuan. mereka menculikku dan menjualku."

"Siapa namamu?"

"Casta."

"Aku tanya siapa namamu?" Damario meneriaki wanita disampingnya yang terus menangis.

"Alegria Casta Clodovea."

"Wanita murahan, aku sudah membelimu dan tugasmu melayaniku".

Karena terus membantah, Damario memberikan obat tidur pada Casta sehingga gadis itu tertidur pulas. Damario mengendarai mobilnya selama berjam-jam. Ia bertekad untuk membawa gadis itu ke rumah barunya di La Finca. Ia puas karena berhasil mematikan lawannya tadi. Dan semua orang disitu memujinya atas kekayaan dan ketampanannya. Di tambah lagi, ia berhasil menepati janjinya pada sang ayah untuk memiliki seorang wanita.

...…....

Casta terbangun dengan perasaan aneh. Ia memperhatikan sekitarnya dan sadar bahwa ia berada ditempat lain. Ia pun melebarkan kedua matanya dan duduk ditepi ranjang.

"Nona silahkan mandi dan pakai baju yang sudah disediakan!" Casta terlonjak mendengar suara yang tiba-tiba itu. ia menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya dengan seragam putih hitam.

"S..saya dimana?"

"Anda berada dirumah tuan Damario."

Casta teringat kejadian semalam ketika pria bernama Damario tersebut menyuntikkan sesuatu. Lalu Casta tidak ingat apa-apa lagi.

"Pergilah nona sebelum tuan muda marah!"

Akhirnya Casta mengalah. Ia masih takut berhadapan dengan pria asing yang menurutnya sangat kejam.

30 menit ia habiskan waktunya dikamar mandi. Ia sengaja berlama-lama disitu karena desain kamar mandi itu sangat menakjubkan. Bak kamar mandi kerajaan. Ada dua pilar besar di samping bathub yang tampak keemasan ketika terkena cahaya matahari dan sebuah cermin besar yang menutupi permukaan dinding. Bahkan untuk kamar mandi saja terdapat lampu Kristal besar yang tergantung indah. Tidak perlu diragukan lagi, Damario adalah orang yang sangat kaya. Nyatanya ia membeli Casta dengan harga fantastis semalam.

.

.

.

.

Note:

Bonita = cantik