webnovel

Birthday Party

Hari yang paling ditunggu telah tiba. Sebentar lagi, akan ada acara besar dirumah Damario karena pria itu merayakan ulang tahunnya yang ke 32 . Semakin bertambah usia, ia tampak semakin tampan dan mempesona. Tapi dihari bahagianya ini ia tampak sedih. Bagaimana tidak? sejak tadi pagi Casta tak muncul untuk memberikan ucapan padanya. Apakah wanita itu masih marah padanya? Bukankah mereka bertengkar seminggu yang lalu? lagi pula Damario tahu Casta bukan wanita pelupa. Casta tahu hari ulangtahun Damario. Apakah wanita itu sengaja?

"Sayang kau kenapa?" tanya Ariana yang sudah berdandan dan mengenakan pakaian mini merah cerah.

"Tidak."

"Ahhh aku bahagia sekali hari ini. Aku tidak percaya kau akan memperkenalkan ku pada rekan-rekan bisnismu sebagai calon istrimu."

"Cihhhh" pria itu meninggalkan Ariana sendirian.

"Kenapa dia cuek padaku? apa karena Casta?"

Ya. Ariana sudah tahu hubungan Casta dan Damario dua hari lalu ketika dokter Audrey memergokinya bermesraan dengan Damario. Awalanya Ariana sangat marah namun ia tahu Damario tak punya perasaan apapun pada Casta jadi ia bertekad untuk segera menikah dengan Damario. Ia ingin segera menguasai semua milik Damario. Setelah itu, ia akan melanjutkan langkah selanjutnya.

"Yang penting kau akan menjadi suamiku Damario."

.....

"Nyonya apa kau yakin ingin merayakan acara ini?"

"Tentu saja Maria. Ini hari istimewa Damario. Bagaimana mungkin aku mengabaikannya."

"Dan bagaimana mungkin kau menghadiri acara itu dengan keadaanmu yang seperti ini nyonya?"

"Aku sudah beritahu Damario dan dia setuju. Lagi pula ini saat dimana Ariana akan dikenal oleh semua orang sebagai calon istri Damario." ucapnya lirih. Sejujurnya Casta sangat terluka. Ia tak bisa membayangkan hidupnya yang sebentar lagi berstatus sebagai janda. tapi apa boleh buat. Kebahagiaan Damario adalah bersama Ariana bukan dirinya. Dan Casta tentu saja tak ingin memaksa Damario untuk terus bersamanya.

"Nyonya ada apa?" tanya Maria melihat ekspresi majikannya.

"Kepalaku sakit lagi Maria."

"Lebih baik kau beristirahat nyonya. Biar aku beritahu pada tuan."

"Tidak. Aku harus menepati janjiku. Maria aku harus berganti pakaian."

Maria mengangguk dan keluar dari kamar Casta.

Kini tinggalah Casta seorang diri di kamar. Ia membuka lemari dan mengambil sebuah gaun pemberian Damario kemarin. Casta begitu bahagia mendapat hadiah indah dihari ulangtahunnya. Ya. Kemarin adalah hari ulangtahunnya yang ke 25. Ia sangat bahagia mengetahui selisih tanggal ulang tahunnya dengan Damario yang hanya 24 jam saja.

Meskipun Damario memberikan gaun itu agar Casta memakainya di hari ulang tahun Damario, Casta menganggap itu sebagai hadiah ulang tahun untuknya. Ditambah lagi Maria membuatkan kue coklat kesukaannya dan dihiasi lilin berangka 25 kemarin. Lengkaplah kebahagiaannya.

"Semoga kau bahagia Damario." katanya didepan sebuah bermin sambil menitikkan airmatanya.

Untuk pertama kalinya Casta mengenakan make up dan gaun indah. Ia benar-benar puas dengan hasil dandanannya. Dan sekali lagi ia menitikkan air matanya ketika rasa sakit menyerang tubuhnya.

"Kau harus kuat Casta." gumamnya.

Dengan sisa-sisa kekuatan yang ia miliki, Casta berusaha meraih sebuah kotak kado di laci. Ia memegang dadanya yang terasa sangat sesak. Wanita itu mulai kesulitan bernapas.

"Kau ha...ha..rus ku...at Casta. Jangan buat Damario ke...cewa.

Bukkk...

Maria yang saat itu tengah berada di depan pintu kamar Casta terkejut mendengar suara benda jatuh dan..tunggu..apa itu?

Pikirannya mulai kacau.

"Nyonya..ada apa? apa kau memerlukan bantuanku?" Maria menggedor pintu Casta tapi tak ada jawaban.

"Nyonya apa yang terjadi? Nyonya tolong buka pintunya. Jangan membuatku khawatir."

Tak terdengar suara dari dalam. Akhirnya Maria memutuskan untuk mengambil kunci cadangan kamar Casta di gudang. Cepat-cepat ia berlari hingga tak sengaja ia menabrak Damario.

"Tu..tuan..."

"Ada apa?"

"Nyonya...dia....."

"Sayang apa yang kau lakukan? ayo acaranya akan dimulai."

"Ada apa dengan Casta?" tanya Damario tak menghiraukan ucapan Ariana barusan.

"Sayang. Apa sekarang kau lebih mementingkan istrimu yang sakit-sakitan itu?"

Damario sadar ia terlalu berlebihan dengan mengkhawatirkan keadaan Casta.

"Tu..tuan kumohon bawalah nyonya kerumah sakit. Bukankah dokter Audrey sedang berada diluar kota?"

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Damario.

"Aku tidak tahu tuan. Tapi aku yakin sesuatu yang buruk terjadi padanya. Kumohon."

"Hei Maria. Apa kau tidak punya etika? kau gila menyuruh Damario meninggalkan acaranya sendiri demi wanita penyakitan itu?" ujar Ariana sambil menarik tangan Damario membawanya ke ruang besar tempat acaranya dilaksanakan.

Maria berlari dengan perasaan gundah. Ia segera memasukan kunci cadangan kamar Casta.

"Nyonya....." ia berteriak ketika mendapati majikannya terjatuh dilantai dengan keadaan tidak berdaya. Tampak sebuah kotak kado di sampingnya.

"Nyonya..."Maria mendekati Casta berusaha menyadarkannya.

"Nyonya kau harus kuat." ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengangkat tubuh Casta tapi tetap saja ia tak mampu.

"Tuan Sandro."

Dengan panik Maria menuruni tangga dan berlari kacau mencari seseorang disana. Ia sedikit kesulitan mencari Sandro karena para tamu yang hadir sangat banyak.

Damario yang melihat hal itu kebingungan. Kenapa Maria yang muncul bukan Casta?

Jujur ia sangat berharap Casta segera muncul dengan mengenakan gaun yang dibelinya kemarin. Wanita itu pasti sangat cantik dengan gaun itu. Ia melihat Maria menghampiri seseorang yang sangat ia benci. Siapa lagi kalau bukan Sandro. Si pria brengsek yang berusaha menarik perhatian Casta. Tak sengaja Damario mendengar pembicaraan mereka.

"Tu. tuan Sandro. Tolong saya."

"Ada apa Maria? dimana Casta?"

"Nyonya...Tolong selamatkan nyonya."

"Ada apa dengan Casta?"

"Nyonya pingsan dilantai. Tubuhnya sangat kaku dan pucat."

"Apa?" Sandro segera berlari bersama Maria menuju lantai atas. Damario yang mendengar itu sangat khawatir. Ia hendak menuju ke kamar Casta akan tetapi Ariana mencegahnya. Akhirnya pria itu mengurungkan niatnya dan melayani para tamu dengan perasaan gelisah. Tak beberapa lama kemudian, ia melihat Maria dan Sandro menuruni tangga dengan panik. Dan pria itu menggendong Casta yang tampak sangat pucat sambil mengenakan gaun yang ia beli.

"Ada apa ini? Kemana kau hendak membawa istriku?"

"Istrimu hah? apakah sekarang baru kau menyebutnya istrimu? terlambat Damario."

Damario tak mengerti ucapan Sandro. Ingin sekali ia merebut Casta dari Sandro akan tetapi lagi dan lagi Ariana mencegahnya.

"Sayang..Lihat rekan bisnismu memanggilmu."

Dengan langkah gontai Damario menghampiri salah satu rekan bisnisnya.

"Ada apa ini? Kenapa perasaanku tidak enak?" gumamnya.