webnovel

Happiest

Hanna yang sudah berganti pakaian dengan long dress berwarna merah tersenyum saat melihat pakaian itu terlihat sangat pas di tubuhnya. 

"Cantik sekali," puji Edgar sambil memeluk Hanna yang sedang menatap kaca dari belakang.

"Kamu bisa aja. Sayang, aku cantiknya cuma sekarang aja atau setiap saat?" tanya Hanna.

"Kamu selalu cantik dengan pakaian ini atau pakaian biasa," jawab Edgar mengecup leher Hanna.

"Edgar hentikan," pinta Hanna.

"Maaf, Sayang. Kamu sudah siap belum? Kalau Sudah siap, aku mau pasangin ini," kata Edgar sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

"Aku pakai penutup mata buat apaan? Nanti aku tidak bisa lihat dong," balas Hanna. 

"Aku kan mau kasih kejutan buat kamu, masa kamu bisa melihat kejutannya. Aku sekarang akan jadi mata untuk kamu," kata Edgar.

"Romantis banget sih, makin cinta deh," balas Hanna dengan senyum lebarnya.

"Aku pasang sekarang ya. Ingat jangan mengintip," kata Edgar.

"Iya, Sayang," balas Hanna terkekeh.

Mata Hanna dipasangkan penutup mata. Dia berjalan mengikuti langkah kaki Edgar sambil tersenyum.

"Tenang, Sayang. Sekarang kita sudah mau naik lift," kata Edgar.

"Hehehe, iya aku hanya takut kesandung, aku kan pakai heels," balas Hanna.

"Iya ini aku pegangin tangan kamu," kata Edgar.

Mereka menaiki lift turun ke tempat di mana Edgar membuat kejutannya. Hanna melihat bayangan orang yang terlihat mondar-mandir di depannya makin penasaran dengan apa yang akan diberikan Edgar padanya. Tak lama mereka sampai di bawah dan Edgar masih mendampingi Hanna keluar dari Hotel lalu berjalan.

"Edgar, aku merasa ada orang bolak-balik depan kita," kata Hanna.

"Sayang, perasaan kamu aja kali," balas Edgar berusaha menenangkan Hanna. Dia tahu orang itu adalah anak buahnya yang sedang menyiapkan pesanan dia.

Saat mereka sampai, perlahan mata Hanna yang tertutup dengan kain dibuka oleh Edgar.

Duar duar

Suara petasan berbunyi. Hanna menutup mulutnya dengan tangan saat terkejut karena suara petasan dan kembang api yang saling bersahutan. Dia melihat ada tulisan i love you dari petasan itu membuat Hanna menangis. Dia benar-benar merasa terharu dan langsung meloncat ke pelukan Edgar.

"Terima kasih untuk hari ini, Edgar. Aku tidak pernah dibeginikan. Kamu romantis banget," kata Hanna memeluk erat tubuh Edgar.

"Sama sama, Sayang. I love you," kata Edgar.

"Sayang, i love you too," balas Hanna.

Beberapa pelayan terlihat berdatangan. Hanna tersenyum menatap salah satu pelayan memberikan sebotol wine lalu dituangkan di gelas mereka.

"Untuk hubungan kita supaya lancar, cheers," kata Edgar menabrakkan gelasnya ke gelas Hanna.

Cheers,"balas Hanna.

Mereka meminum bersama, lalu Edgar menarik kursi untuk Hanna.

"Hanna, ayo duduk di sini," kata Edgar.

Hanna duduk disusul Edgar yang duduk di depannya.Dia tersenyum pada Edgar dengan mata berkaca-kaca, dia baru pertama kali merasa dicintai seperti ini.

"Sayang, terima kasih," kata Hanna sambil menangis. Dia tidak tahan lagi menahan air mata harunya.

"Hanna, ini sudah kewajiban aku sebagai kekasih. Membahagiakan kamu," balas Edgar menggenggam tangan Hanna.

"Aku tidak menyangka aja kalau aku bisa seberuntung ini mendapatkan pria seperti kamu, Edgar," kata Hanna.

"Kamu ini membuat aku benar-benar seperti pria sejati saja," balas Edgar.

"Memang selama ini aku tidak membuat kamu seperti pria?" tanya Hanna.

"Tidak, Hanna. Aku hanya mengungkapkan apa yang aku rasakan saat ini. Kamu memang yang terbaik," jawab Edgar. 

"Permisi Tuan dan Nona, ini steak pesanannya," kata pelayan menaruh steak di hadapan Edgar dan Hanna.

"Terima kasih," kata Hanna dengan senyum manisnya sambil menatap steak yang terlihat enak itu. 

"Sama-sama. Nona dan Tuan selamat menikmati," balas pelayan.

Pelayan itu langsung pergi dari hadapan mereka setelah menaruh steak dengan rapi.

"Kok kamu tidak jawab pelayan tadi sih?Dia baik banget loh," kata Hanna.

"Jangan baik sama semua orang, apalagi pria. Aku tidak suka," balas Edgar.

"Baiklah," kata Hanna.

"Kita makan dulu, nanti steaknya dingin," kata Edgar.

"Iya, selamat makan," balas Hanna.

Hanna memotong daging itu. Dia melihat dagingnya begitu lembut memakan perlahan.

"Makannya jangan terlalu pelan, Hanna. Nanti Tidak habis-habis," kata Edgar menatap Hanna yang makan perlahan.

"Edgar, ini steaknya mahal, ya?" tanya Hanna.

"Tidak mahal. Aku bisa bayar kok," jawab Edgar.

"Bukan gitu. Kalau mahal, kita patungan aja," kata Hanna.

"Hanna, kita pacaran dan bukan temanan. Jadi tidak perlu patungan, lagian kita bukan pacaran di masa sekolah," balas Edgar santai.

"Iya," kata Hanna.

Mereka memakan steak ditemani dengan musik dari biola yang dimainkan. Setelah selesai makan, Edgar menatap Hanna yang membelai perutnya.

"Hanna aku sudah kenyang?" tanya Edgar.

"Sudah kenyang banget. Makasih ya," jawab Hanna.

"Kamu terima kasih mulu," kata Edgar.

"Ya tidak apa-apa dong. Aku hargai kamu sebagai kekasih aku yang paling manis dan ganteng," balas Hanna terkikik.

"Oke mari kita bersulang lagi," kata Edgar.

Mereka meminum wine sambil mengobrol. Hanna bicaranya mulai mengaco karena dia mulai mabuk.

"Hanna cukup. Kamu sudah mabuk," kata Edgar.

Hanna melihat Edgar berbayang dan tertawa membuat Edgar geleng-geleng kepala.

"Aku tidak mabuk Edgar," kata Hanna dengan kepala sudah berada di meja.

"Hanna, kita balik ya. Kamu sudah mabuk," balas Edgar.

Edgar mengkodekan ke pengawal untuk membereskan semuanya. Dia mau membawa Hanna kembali ke kamar hotel.

"Ayo," kata Edgar.

Di lift, Hanna terus tertawa terbahak-bahak tanpa peduli dengan Edgar yang kewalahan.

"Hanna tenang," kata Edgar.

Saat mereka sudah sampai di kamar, Edgar membaringkan Hanna di atas ranjang.

Hanna yang sedang berbaring tiba-tiba gelisah. "Edgar, bajuku tidak enak. Panas banget nih," kata Hanna.

"Iya, Sayang. Sebentar, aku ambilkan baju kamu biar kamu lebih nyaman," balas Edgar.

Edgar melihat tas yang berisi pakaian yang dibeli oleh salah satu pengawalnya. Mata dia tiba-tiba terfokus pada baju tidur.

"Hmm, aku bisa bisa menyentuh dia. Belum waktunya, Edgar. Ada saatnya aku dan dia akan menyatu. Jangan dalam keadaan mabuk, aku mau dia sadar melakukannya bersamaku dan penuh cinta," gumam Edgar.

"Edgar, lama sekali!" teriak Hanna yang sudah menarik bajunya turun.

"Sebentar. Aku panggil seseorang untuk membantu kamu," balas Edgar.

"Kamu aja," kata Hanna.

Hanna menarik tangan Edgar, tapi Edgar melepaskannya.

"Hanna, cukup duduk yang manis dan pelayan hotel akan datang membantu," kata Edgar.

Hanna hendak menurunkan resleting gaunnya sendiri, tapi ditahan oleh Edgar sampai pelayan datang masuk. 

"Aku pergi dulu," kata Edgar.

Edgar menghelakan napas kasar lalu keluar dari kamar sebentar. Dia tidak mau melihat Hanna dalam keadaan seperti itu. Tidak lama Edgar melihat pelayan sudah keluar masuk dan menatap Hanna yang sudah diselimuti tersenyum.

"Untung saja dia sudah seperti itu kondisinya," gumam Edgar.

Edgar pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih tanpa peduli Hanna yang terus memanggil namanya. Tidak lama Edgar sudah selesai mandi dan berpakaian. Dia melihat Selimut Hanna jatuh membetulkan kembali selimut perempuan itu.

"Selamat tidur, Hannaku sayang," kata Edgar.

Edgar membelai lembut pipi Hanna lalu pergi dan duduk di sofa yang bisa untuk bisa tidur. Dia mengecek pekerjaanya dulu sebelum tidur.

"Mereka sangat pintar," kata Edgar.

Edgar berdecak kagum dengan kinerja rekan-rekan dan karyawannya saat mengecek perkerjaannya. Dia menatap Hanna yang tertidur dengan wajah polos seperti bayi tersenyum.

"kamu manis sekali," kata Edgar.

Edgar mematikan laptop. Dia memilih tidur di sofa agar Hanna tidak merasa dia mengambil kesempatan dalam kesempitan.