Setelah menaruh tubuh itu di kamar mandi dapur, Anis menutup pintunya tanpa mengunci. Dia tidak ingin membunuh perempuan tua itu, kedatangannya kesini hany auntuk menjemput perempuan yang dia benci. Dia akan membuat dia menyesal telah merebut Farhan darinya, menyiksa dan membuat dia ingin mati.
Itu adalah yang dia lakukan saat ini.
Dia berjalan perlahan, melihat-lihat dan sungguh di makan api cemburu ketika langkahnya berhenti di sebuah figuran besar di ruang tamu yang tadi tidak dia liat dengan jelas. Di sana, ada poto dua orang yang tengah tersenyum dengan bahagia di atas kesedihannya. Mengeluarkan pisau lipat, dia melempar pisau itu tepat mengenai wajah cantik yang di peluk oleh kekasihnya.
Anis memang benar-benar gila, dia terus berkata Farhan adalah kekasihnya. Di sini seharusnya dialah yang sadar posisi dan segera move on, bukan malah menyalahkan orang lain karena berhasil menetapkan abang di sisinya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com