Abang menatap wajah sang istri yang tertidur dengan lelap, dia menyuruhnya untuk segera tidur untuk istirahat. Tidak mengira jika terjadi masalah yang lebih buruk pada kandungan dan Tika, dia menangis di pinggir ranjang sang istri. Bodoh sekali dia, seharusnya segera pulang saja ketimbang menemui Anis.
Istrinya lebih penting dari apapun, jika dia kehilangan Tika dia mungkin tidak akan waras lagi. Karena Tika adalah jantung dan napasnya, maka bisa di pastikan ketika TIka pergi dia menjadi tidak bernyawa. Saking ketakutannya dia bersama rasa bersalah itu, tangisannya menjadi lebih keras tanpa sadar sambil meremat tangan sang istri dalam genggaman. Dia tidak berdaya, mencoba kembali pada ketenangannya. Abang mendongak, kelopak matanya bergerak keatas untuk melihat jika kedua mata sang istri sudah terbuka.
Dia menatap kearahnya dengan senyuman dan air mata yang jatuh setitik demi setitik.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com