webnovel

Lika Liku Hidup

"Lah. Kok pintu gerbang ke buka? Al kok teledor banget," kata Bunda yang baru pulang dari pasar dengan membawa beberapa kantong plastik berisikan sayuran dan beberapa buah.

"Al, Al. Kamu ini kemana sih ...," kata Bunda terhenti ketika melihat seorang pria yang beranjak terbangun dari sofa miliknya. Terlihat sepertinya pria itu akan berlalu pergi dari rumahnya.

"Maaf. Adek siapa ya? Ada perlu apa di rumah saya?" tanya Bunda yang masih belum sadar bahwa yang ada dihadapannya sekarang itu Elvano.

"Tante ... Apa kabar? Ini El anak nya Mamah Sari," kata El sembari menyodorkan tangan kanannya meminta salam pada Bunda.

"El? Ini beneran anak-nya Sari? Owalah udah gede ya kamu sampe Bunda enggak ngenalin kamu loh. Soalnya tambah ganteng aja sih. Apa kabar kamu, El? Mamah Papa sehat?" tanya Bunda seraya menerima sodoran tangan kanan El yang meminta salam.

"Tante bisa aja," jawab El tersipu malu.

"Loh kok enggak ada gelas di meja tamu? Kamu Enggak dikasih minum sama Al? Sekarang kemana Aleya nya mana, El? Kamu jangan dulu pulang, Bunda pengen cerita-cerita sama kamu. Tapi sekarang Bunda mau simpan belanjaan dulu di dapur sekalian buatan minum buat kamu," kata Bunda membuat El hanya bisa mengangguk menuruti perintah Bunda Al.

"Kemana lagi si Al? Ada tamu bukannya diajak ngobrol kek bikinin minum. Enggak sopan banget anak itu," oceh Bunda Al sembari berlalu ke dapur yang terdengar samar oleh El. Membuat El senyum-senyum sendiri melihat tingkah Bunda dan anaknya itu.

Bunda kembali dengan membawa secangkir teh hangat lalu duduk tepat di samping El.

"Diminum dulu El. Eh, gimana kabar mamah kamu? Bunda kangen banget, deh. Nanti kalo pulang dari sini bilangin dapet salam dari Bunda ya," kata Bunda Al membuat El sedih mengingat penyakit yang diderita Mamahnya.

Bunda yang melihat raut wajah El yang seketika murung dan sedikit sedihpun kembali bertanya sebenarnya apa yang telah terjadi selama beberapa tahun ini.

Karena pertanyaan desakan dari Tante Vita. Akhirnya El mencoba menguatkan diri untuk menceritakan perihal Mamahnya yang mengidap penyakit kronis dan ia di diagnosis umurnya tidak akan lama lagi.

El tetap berusaha tidak meneteskan air mata yang sudah membendung di dalam kelopak matanya. Sedikit demi sedikit El menceritakan apa yang terjadi selama beberapa tahun yang lalu.

Dia juga menceritakan perihal Papah yang pergi meninggalkan mereka berdua setelah ia tau tentang penyakit yang diderita Mamah.

Terlihat Tante Vita meneteskan air mata di atas pipinya setelah mendengar cerita El. Lalu memeluk tubuh El erat untuk memberikan semangat dan sedikit menasihati agar tetap sabar menjalani hidup.

Air mata El keluar dengan deras ketika El menerima pelukan dari tante Vita. Suasana haru benar-benar terasa. Lega dirasa El kini karena bisa menceritakan semua keluh kesahnya pada orang yang tepat.

*** POV Aleya ***

"El udah balik belum ya? Seharusnya sih udah balik. Pasti dia boring banget tuh sendirian diruang tamu. Penasaran juga," kataku yang terbangun dari kasurnya untuk mengecek ke ruang tamu apakah El masih ada atau sudah pulang.

'Betapa terheran-heran dengan apa yang aku lihat diruang tamu. Apa yang sedang Bunda lakukan dengan El? Kenapa mereka saling berpelukan? Terlihat juga sepertinya ada episode sedih-sedihan,' batinku.

Tetapku pantau tanpa menghampiri mereka berdua. Terlihat jelas Bunda meneteskan air mata. El yang sadar adanya keberadaanku yang sedari tadi mengintip dari atas langsung menghapus air matanya.

"Bunda sama El lagi ngomongin apa? Kok pada sedih banget keliatannya," tanyaku turun dari tangga dengan penuh kecurigaan.

"Enggak lagi ngomongin apa-apa kok. Iya kan, El?" tanya Bunda langsung menyusut air mata di pipinya. Langsung mendapat tatapan curiga dari Al.

"Kamu juga. Kenapa ada tamu kok enggak dikasih minum. Ajakin ngobrol kek," tanya Bunda marah.

"Iya maaf," kataku sedikit tak niat.

"Kamu emangnya enggak kangen sama El atau sama Tante Sari? Kan kita udah lama banget enggak ketemu," tanya Bunda membuatku kembali mengingat kembali masa lalu tentang aku dan Tante Sari.

Tante Sari itu orangnya baik banget, beda jauh sama anak nya yang jahil banget. Satu kesalahan El saat dulu yang membuat Al tak suka pada nya hingga kini.

Dulu, Al sangat bahagia ketika Ayahnya membelikan boneka kesukaannya. Namun, baru beberapa hari Al menerimanya. El malah merusak boneka itu dengan cara menggunting baju serta rambut boneka milik Aleya. Kesal, marah serta benci yang dirasa saat itu masih membekas di dalam dada Aleya.

Bahkan saat pertama kali bertemu kembali dengan Elvano. Al merasa itu sebuah bencana besar baginya. Bagaimana tidak. Setiap El berada didekatnya Al merasa selalu kena sial karena kejahilannya.

Pada saat pertama kali pula Aleya masuk kesekolah pindahannya itu ia merasa menyesal karena salah memilih sekolah. Namun, bersyukur juga karena bertemu dengan Tesa teman baiknya.

"Heh! Kenapa bengong?" tanya Bunda mengagetkan lamunanku.

"Hah? Enggak pa-pa. Al cuman inget sama Tante Sari yang baik hati enggak kayak anak nya yang ada di depan kita," jawabku memutar bola mata dan langsung tatapan mata melotot El tertuju pada Al.

"Enggak boleh gitu Al. Ngomong-ngomong tentang Tante Sari. Gimana kalo besok kita kerumah El aja Al? Bisa kan?" tanya Bunda membuat El kegirangan.

"Boleh banget, Tante. Pintu rumah El terbuka lebar buat kalian," jawabnya sumringah dengan penuh harap.

"Bisa. Lagi pula Al juga kangen sama Tante Sari," kata Al menyetujui ajakan Bunda.

Al yang masih tetap berdiri. Lalu kembali memutar tubuhnya menuju tangga. Namun, langkahnya terhenti oleh Bunda yang menarik tangannya dengan cepat menolak keinginan Al yang akan kembali ke kamar.

"Temenin El ngobrol. Bunda mau masak. Atau kamu aja yang masak Bunda disini?" bisik Bunda yang beranjak dari sofa.

Harapan untuk kembali menonton drakor itu pupus begitu saja karena perintah Bunda. 'Malas sekali rasanya jika harus berbincang dengan El,' pikirku.

Bunda berlalu begitu saja ke dapur meninggalkan kami berdua. El semakin membuatku kesal dengan ocehan dan pertanyaannya yang konyol menurutku. Tak henti-henti nya ia menggodaku yang sok sibuk main handphone padahal tidak ada yang penting di dalamnnya.

[Sa. Dirumah gue ada si El nih, cepetan kesini mumpung anaknya belum pulang.] isi pesan ku tertuju pada Tesa yang begitu mengagumi El.

Sengaja Al mengirim pesan singkat itu agar dia terbebas dari El. Centang abu itu terlihat berubah menjadi biru tanda Tesa telah membacannya.

[Otw gue.] balasnya.

Balasan Tesa membuat Al tersenyum lebar. Hingga El dibuat keheranan dengan sikapnya yang kadang-kadang aneh.

"Chatingan sama siapa tuh. Girang banget keliatannya," tanya El penuh kepo sampai merenggut handpone dalam genggaman Aleya.

"Hih. Apaan sih! Mau tau aja lo. Balikin hp gue," pintaku langsung menarik tangan El yang menggenggam handpone milikku dan tak mudah bagiku meraihnya kembali.