webnovel

Chapter 0: Awakening

Semua tampak gelap. Hening untuk sesaat, sampai akhirnya terdengar bunyi seperti komputer yang sedang aktif, serta suara seorang perempuan yang terdengar statis.

"0..."

"0... telah tiba."

Keheningan kembali menyelimuti...

Keheningan terpecah beberapa saat kemudian.

"Bangun..."

Kali ini suara seorang gadis yang terdengar menggema.

"Bangunlah..."

"Buka mata kamu."

Aku mengikuti perintahnya. Perlahan, aku berusaha membuka mata, tapi rasanya terlalu berat!

Kemudian, aku dapat mendengar suara lagi. Namun kali ini berbeda, suara yang ini terdengar lebih berat, dan terdengar lebih jauh di dalam kepalaku.

"Kau dengar itu? Dia menyuruhmu untuk membuka matamu. Lakukan saja perlahan. Jangan buru-buru."

Aku hanya dapat membuka sedikit saja kelopak mataku. Aku dapat melihat sosok seorang gadis. Tapi masih belum terlihat jelas. Pandanganku masih sangat buram!

Gadis itu kembali berkata, "Bangkitlah! Buka mata kamu!"

Semua inderaku seakan aktif sepenuhnya. Aku dapat mendengar suara gemericik air, angin yang menerpa rerumputan, serta aku dapat mencium harum yang tampaknya berasal dari bunga-bunga. Mataku pun mulai dapat terbuka sedikit.

"Uuuhhh..." Aku mengerang saat berusaha membuka mataku lebih lebar lagi.

"Kau dapat mendengar saya? Buka mata kamy perlahan saja." Gadis itu kembali berujar dengan suara lembutnya.

"Dia benar. Pelan-pelan saja. Jangan buru-buru. Matamu harus menyesuaikan dengan cahaya." Pria dengan suara berat dan serak itu juga kembali berujar.

"Uuuhhh... Aaaggghhh!" Tepat ketika aku membuka mataku sepenuhnya, cahaya menghantam mataku. Terasa sangat perih, sehingga membuatku terpaksa menutup kembali mataku.

"Sudah saya bilang, perlahan saja."

"Sudah kubilang, perlahan saja."

Suara lembut sang gadis dan suara pria yang berat itu terdengar bersamaan.

Aku berusaha kembali membuka mataku. Kali ini dengan perlahan, mengikuti anjuran mereka. Mataku mulai dapat menyesuaikan dengan cahaya, dan mulai dapat terbuka sepenuhnya.

Sosok gadis di hadapanku yang tadi tampak buram, kini dapat terlihat lebih jelas.

Aku kini dapat melihat gadis itu tampak tersenyum memandangku. "Ah, ternyata kamu memang masih hidup. Kamu baik-baik saja?"

Aku segera menjawab pertanyaannya, "Uuuhhh... aaahhh..."

Hah? Kenapa...?

Aku mencoba berbicara lagi, "Uuuhhh! Aaahhh!!!"

Sama saja! Kenapa aku tak dapat berbicara dengan jelas?!

"Mungkin kamu tidak baik-baik saja," ujar gadis itu. Ia melanjutkan, "Baiklah, setidaknya kamu berdiri dulu. Bisakah kamu menggerakan tubuh kamu? Perlahan saja."

Ternyata itu bukan tugas yang mudah. Rasanya sangat berat menggerakan seluruh tubuhku. Dengan bantuan gadis itu, aku kini dapat menapak dengan kedua kakiku.

Aku memandangi dengan seksama kedua kaki dan tanganku.

"Bagaimana sekarang? Bagaimana rasanya terbangun setelah tertidur sangat lelap?" Kemudian, gadis itu menggenggam tanganku sembari bertanya, "Kamu baik-baik saja sekarang?"

Aku mengangguk. Gadis itu tersenyum lega.

"Saya NODEA VACIAROTHEL. Salam kenal!" Senyumnya begitu memukau.

Nodea kembali bertanya, "Siapa nama kamu?"

Nama? Namaku? Siapa...?

Tiba-tiba...

"AAARRRGGGHHH!"

Tiba-tiba, rasa sakit yang sangat luar biasa menghantam kepalaku.

"Ada apa?! Kepala kamu terasa sakit?!"

Eranganku tampaknya sudah lebih dari cukup untuk menjawab pertanyaan itu!

Dalam kesakitan yang luar biasa ini, aku dapat melihat gadis itu... Nodea... mengeluarkan cahaya dari kedua telapak tangannya, kemudian menyentuh kedua sisi kepalaku. Kepalaku terasa sangat hangat, dan rasa sakitnya berangsur menghilang.

"Nah! Tenang saja! Kamu sudah baik-baik saja sekarang," ucapnya sambil melepaskan kedua tangannya dari kepalaku.

Dan dia benar, kepalaku benar-benar tidak terasa sakit lagi, serta tubuhku juga terasa lebih ringan.

"Te... terima... ka... sih..."

Bahkan aku sudah dapat berbicara lagi! Walau masih terbata...

"A... pa... yang... terja...di?"

"Saya tadi sedang mengumpulkan tanaman obat-obatan. Lalu, dari kejauhan, saya melihat kamu berdiri di tepi jurang. Saya mengira kamu akan melompat ke dalam jurang," jelasnya dengan wajah sangat khawatir.

Ia melanjutkan, "Saya segera menghampiri kamu. Tapi tiba-tiba kamu pingsan."

Nodea memandangiku dengan tatapan penuh kekhawatiran sekaligus rasa penasaran.

"Apa kamu ingat apa yang telah terjadi sebenarnya?"

Aku menyapu pandangan ke sekeliling dan seketika terpana dengan pemandangan di sekitarku. Air terjun yang mengalir anggun, rerumputan yang dibasahi embun, bunga yang bermekaran di sekelilingku, serta burung-burung yang berkicau riang. Semuanya begitu indah.

Tapi... setelah beberapa kali aku menyapu pandanganku ke sekeliling, aku tak dapat menemukan sosok pria yang suara beratnya tadi menggema jelas di kepalaku.

"Ada apa? Kamu tampak kebingungan. Apakah ada yang terluka lagi? Kepala kamu? Tangan kamu? Dada kamu?" Nodea tampak sangat khawatir saat ia meraba seluruh tubuhku untuk memeriksa kondisiku.

Aku memandangi tangannya. "Tanganmu..."

"Ya? Kenapa dengan tangan saya?"

"Tadi ada cahaya dari tanganmu..."

"Hm? Itu tadi healing magic. Saya telah menguasai magic itu sejak saya dicipta... maksud saya, sejak saya masih kecil."

"Healing... magic?" Aku sama sekali belum pernah mendengar itu.

"Iya. Mereka yang menguasai ilmu Alchemy dan Crafting, pasti bisa mengeluarkan magic."

"Crafting? Alchemy?" Semakin lama, semakin banyak hal yang semakin membingunganku.

"Kamu tidak tahu tentang Crafting dan Alchemy? Apakah kamu... bukan berasal dari HAVEN?"

"HAVEN?"

"Benar saja... kamu bukan berasal dari HAVEN."

Aku menggelengkan kepalaku.

"Ikuti saya."

Aku mengikuti langkah Nodea menuju tepi jurang. Dan aku semakin terpana dengan apa yang kulihat.

"Inilah dia. HAVEN!"

+++CHAPTER 0 END+++