webnovel

Tekad seorang sahabat

Rio berjongkok, lalu merangkan untuk dapat memasuki lubang persegi kecil yang berada di kamar mandi itu. Setelah berhasil melewati lubang tersebut, dirinya kini berada di ruangan yang hanya menyediakan satu sofa dan sebuah layar yang sangat besar, ruangan itu hanya diterangi oleh sebuah lampu yang sangat terang. Ruangan itu tidak bisa dikatakan luas, tapi Rio masih bisa bergerak dengan cukup bebas di sana.

Jalan masuk ke ruangan itu segera tertutup saat Rio sedang melihat-lihat sekelilingnya, sekarang dia terkunci sendirian di ruangan yang tidak memiliki jalan keluar. Karena Rio tidak memiliki banyak hal untuk dilakukan di ruangan itu, maka dia memilih untuk duduk di sofa yang sudah di sediakan, karena hal itu satu-satu hal wajar yang bisa dia pikirkan untuk dilakukan di ruangan itu.

Layar di depannya tidak memiliki satupun tombol, jadi Rio tidak memiliki cara apapun untuk menghidupkannya, selain menunggu si pemilik menghidupkannya.

Tak lama, setelah Rio duduk di sofa, layar yang semula hanya menampilkan warna hitam, sekarang menampilkan suatu gambar atau lebih tepatnya garis.

<Selamat malam!>

Saat sebuah suara statis terdengar, garis di layar itu bergerak naik dan turun, seperti gelombang suara.

"Tidak perlu salam! Bisakah kau menceritakan apa yang kau ketahui tentang manusia serigala dan ATS!"

<Kau sangat tidak sabaran ya, Tuan Raya... atau harus kupanggil Rio!>

Rio tidak terkejut sedikitpun saat suara itu menyebutkan namanya. Dia sudah menduga bahwa orang itu telah menyelidiki latar belakangnya, jadi tidak mengejutkan baginya jika orang itu telah mengetahui namanya.

"Itu tidak membuatku terkejut, setelah semua yang terjadi, mungkin lebih mengejutkan, jika kau tidak mengetahui nama asliku! Jadi bisakah kita masuk ke pambahasan utama!"

<Sebelum itu, ada hal yang ingin kutanyakan padamu! Nama samaranmu adalah Raya, nama itu pasti kau ambil dari nama sahabatmu, Arya, kan?>

Rio sangat tidak suka saat suara itu menyebutkan nama sahabatnya dengan sangat mudah. Jadi dia memasang wajah cemberut saat membalas pertanyaan si pemilik suara.

"Memangnya kenapa? Kau ada masalah?!"

<Tidak ada, Aku hanya ingin mengkonfimasinya! Lalu kenapa kau sangat peduli pada sahabatmu itu? Memangnya dia melakukan hal yang sama denganmu, jika dia berada di posisi yang sama denganmu?>

Rio tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Arya, meskipun Rio selalu mengatakan bahwa mereka adalah sahabat. Jadi dia tidak yakin apakah Arya akan melakukan hal yang sama dengannya saat ini, jika keadaan mereka berbalik.

"Entahlah! Hal itu tidak ada hubungannya dengan perasaanku saat ini! Aku ingin menolong sahabatku, itu saja motivasiku untuk melakukan semua hal ini!"

<Tekadmu sangat lemah!>

"APA!?"

Rio tidak bisa tidak terkejut dan marah dengan apa yang dikatakan oleh suara itu. Bagaimana bisa dia mengatakan bahwa tekad miliknya sangat lemah?! Memangnya siapa dia hingga bisa mengatakan hal tersebut dengan mudah?! Rio tidak bisa menahan amarahnya saat mendengar hal tersebut.

"Memangnya siapa kau! Bisa-bisanya kau meremehkan tekadku! Aku tidak ingin mendengar hal tersebut dari orang yang tidak mau menyebutkan siapa dirinya dan menunjukan wajahnya yang sebenarnya!"

<Maafkan Aku! Sepertinya Aku lupa memperkenalkan diriku! Kau bisa menyebut diriku sebagai Master!>

Suara itu, Master, masih menjawab pertanyaan Rio dengan suara statisnya. Sepertinya dia tidak memiliki niat apapun untuk menunjukan siapa dirinya yang sebenarnya, bahkan nama samarannya tidak memberikan petunjuk yang jelas siapa dirinya sebenarnya, bahkan jenis kelaminnya masih menjadi misterius.

"Siapa yang peduli dengan nama smaaranmu itu! Bisakah kau menunjukan wajahmu! Buat apa layar sebesar itu, jika kau tidak menunjukan wajahmu sedikitpun!"

<Tentu saja itu untuk menunjukan bukti yang kami miliki padamu! Kami memiliki beberapa bukti keberadaan mahluk lain, selain manusia di dunia ini!>

"Aku sudah tahu tentang hal tersebut, jadi Aku tidak butuh bukti apapun darimu! Cepat katakan saja semua yang kau ketahui tentang Arya!"

<Dia adalah anak dari korban pembunuhan oleh hewan buas beberapa hari yang lain!>

"Apa kau sedang bercanda! Kau seharusnya tahu apa yang sedang kubicarakan!"

<Sama sekali tidak! Aku hanya menjelaskan sedikit tentang apa yang kuketahui tentang dia saat ini!>

"Apakah kau tahu dimana dia berada!?"

<Tidak! Dia menghilang begitu saja di hari Ibunya meninggal!>

"Aku juga sudah tahu tentang hal itu! Apakah kau tidak memiliki hal lainnya untuk dikatakan!?"

Jika hanya hal itu yang diketahui, tidak akan ada gunanya Rio bertanya padanya. Dia memang juga ingin mengetahui kebenaran tentang ATS, tapi yang lebih penting baginya adalah informasi tentang Arya saat ini.

<Keberadaannya malam itu seakan-akan lenyap begitu saja! Entah beruntung atau tidak, wujudnya tidak tertangkap kamera CCTV manapun di kota ini! Aku tahu dia berkerja di salah satu Cafe di kota, sebelum dia menghilang, tapi setelah itu petunjuk tentang keberadaannya sama sekali tidak ada!>

Rio tidak dapat mempercayai apa yang dia dengar. Rio bahkan tidak menyangka bahwa mereka memiliki informasi tentang tempat berkerja Arya, padahal dia sendiri tidak mengetahuinya.

"Lalu dimana tempatnya berkerja?!"

<Kau tidak mengetahuinya?! Bukankah kau sudah pernah ke tempat itu?!>

Rio kembali terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar. Dia telah pergi ke tempat itu? Tapi kapan? Dia sudah bertanya ke semua toko yang dia kunjungi untuk menanyakan keberadaan Arya, tapi tak satupun dari mereka yang tahu tentang keberadaannya. Apakah mereka berbohong padanya? Tapi untuk alasan apa?

"Apakah kau bisa memberi tahuku dimana letak tempat kerjanya berada?"

<Apakah Aku memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaanmu?>

"Hei, Apa maksudmu itu!"

<Seperti yang kukatakan tadi, Aku tidak memiliki kewajiban apapun untuk memberikan informasi kepadamu! Aku tidak akan mendapatkan keuntungan apapun, bahkan jika Aku memberikan informasi itu padamu!>

"Aku bisa memberikanmu uang!"

<Apakah Aku terlihat seperti orang yang memerlukan uang darimu!>

Rio tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Setelah melihat semua yang dia lakukan tadi dan dimana dia berada saat ini, Rio bisa tahu bahwa orang itu memiliki uang yang jauh lebih banyak dari pada Ayahnya. Meski begitu, dia tidak akan kalah berdebat.

"Bagaimana Aku tahu? Aku bahkan tidak pernah melihat wajahmu!"

<Apakah kau anak-anak!?>

Rio sadar bahwa dia baru saja bersikap kekanakan. Meski begitu, dia tidak ingin kalah berdebat dengan dirinya. Saat ini Rio sedang berada di bawahnya, jadi jika dia tidak melawan sedikitpun, dia mungkin hanya akan dikendalikan oleh orang itu.

<Kau pasti sudah sadar bahwa kau tidak memiliki nilai apapun untukku! Aku bahkan masih belum mempercayaimu!>

"Lalu bagaimana Aku membuatmu percaya padaku!"

<Itu mudah, kau hanya perlu menjawab beberapa pertanyaanku, lalu melakukan tes untuk menguji seberapa besar tekadmu!>

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

<Hubungan apa yang kalian berdua miliki? Tentu saja yang Aku bicarakan adalah Arya!>

"Kami adalah sahabat!"

<Siapapun bisa menjawab seperti itu! Sejujurnya Aku tidak percaya bahwa akan ada seseorang yang ingin menolong orang lain, meskipun dia membahayakan nyawanya untuk melakukan hal tersebut! Belum lagi, orang itu tidak mendapatkan apapun untuk melakukan hal tersebut!>

"Jika kau tidak bisa mempercayai hal itu, kau pasti memiliki kehidupan yang menyedihkan!"

<Kalau kau tidak bisa menjaga mulutmu, lebih baik kau tinggalkan tempat ini secepatnya!>

Rio terdiam. Dia bisa merasakan kemarahan yang sangat besar pada perkataannya barusan. Meskipun suaranya masihlah statis, tapi Rio sadar bahwa si pemilik suara pasti sudah merubah nada bicaranya saat ini. Sepertinya dia baru saja mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan.

"Maafkan Aku! Aku terlalu berlebihan tadi!"

Rio menundukan kepalanya, lalu memalingkannya kepalanya dengan canggung. Dia baru saja sadar bahwa apa yang dia katakan tadi memang adalah sesuatu yang sensitif. Dia mungkin saja mengalami masa lalu yang sangat kelam.

<Kalau begitu, kau bisa menjawab pertanyaanku tadi!>

"Kami sudah berteman sejak kami masih sangat kecil... Aku cukup yakin bahwa Aku adalah orang terdekatnya, selain Ibunya, karena dia tidak suka bergaul dengan orang lain!"

Rio kali ini menjawab pertanyaanya dengan patuh. Setelah apa yang dia katakan, dia merasa tidak enak, jika dia terus bersikap egois dan mementingkan dirinya sendiri. Mereka terlibat dengan dunia itu, karena mereka pasti memiliki alasan yang sangat kuat, bahkan jauh lebih kuat dari pada alasannya. Mungkin itulah alasan kenapa dia bisa mengatakan bahwa tekadnya itu lemah.

<Jadi dia adalah seorang penyendiri!>

"Ya."

<Lalu apakah kau mengetahui dimana dia mungkin berada saat ini?>

"Satu-satunya petunjukku adalah tempatnya berkerja, tapi Aku tidak tahu dimana dia berkerja! Dia tidak mungkin kembali ke rumahnya, setelah apa yang terjadi pada Ibunya di rumah itu! Jadi satu-satunya tempat yang mungkin menampung Arya adalah tempatnya berkerja!"

<Apakah dia tidak memiliki kerabat yang lain?>

"Dia tidak pernah suka membicarkan anggota keluarganya yang lain, baik dari sisi Ayah ataupun Ibunya, jadi kurasa dia memiliki hubungan yang buruk dengan kerabatnya yang lain, atau lebih tepatnya keluarganya tidak disukai oleh kerabat mereka sendiri!"

<Cerita yang cukup menyedihkan! Jadi dari ceritamu, maka bisa disimpulkan bahwa dia tidak mungkin berada di tempat keluarganya!>

"Ya... Jadi bisakah kau memberi tahuku dimana tempatnya berkerja?!"

Rio berkata sambil menggunakan nada memohon. Sepertinya dia memang harus menundukan kepalanya pada orang itu, jika dia menginginkan informasi dari mereka.

<Tidak bisa! Aku tidak bisa memberikan informasi apapun padamu, sebelum membuktikan bahwa kau adalah orang yang layak mendapatkan kepercayaan dari kami!>

Rio tidak memberikan reaksi apapun. Dia sudah tahu bahwa tidak semudah itu mereka akan memberikan informasi padanya, jadi dia hanya dengan tenang membuka mulutnya dan menanyakan hal yang seharusnya dia tanyakan sejak awal.

"Lalu tes macam apa yang harus kulalui untuk mendapatkan kepercayaan kalian?!"

Dia sempat menyinggung soal tes untuk menguji tekad miliknya, jadi jika dia membuktikan bahwa tekadnya tidak kalah kuat dengan mereka, maka dia akan mendapatkan kepercayaan mereka.

<Tesnya sangat sederhana!>

Setelah dia mengatakan itu, dinding di bawah layar raksasa itu terbuka, lalu memperlihatkan sebuah alat yang tersimpan di balik dinding itu.

<Kau hanya perlu menusuk tanganmu dengan belati yang kuberikan padamu>

Roy berjalan dengan perlahan ke arah belati yang tersimpan di bawah layar raksasa itu. Dia kemudian menyentuh belati itu dengan tangan kanannya. Hanya dari menyentuhnya saja, dia bisa mengetahui bahwa belati itu asli. Nafas Rio tidak beraturan dan detak jantungnya mulai berdegup dengan kencang.

Untuk menunjukan bahwa tekadnya sebagai seorang sahabat tidaklah kalah dengan tekad mereka, maka dia harus bisa menusukan belati tersebut ke tangannya sendiri. Dia tidak mungkin tidak merasakan apapun saat dia diperintahkan untuk melakukan hal tersebut, tapi dia tidak memiliki pilihan lain, jika dia melakukan penawaran pada perintah tersebut, itu sama saja dengan mengatakan bahwa tekadnya tidaklah kuat sama sekali.

Rio kemudian berlutut di lantai dan meletakan tangan kirinya di lantai, karena tidak ada meja di ruangan itu, maka dia hanya bisa melakukannya di lantai. Dia mengangkat belatinya tinggi-tinggi dengan menggunakan tangan kanannya, lalu menurukan belati itu tepat ke arah tangan kirinya.