webnovel

Rapat membahas rencana kedepan (3)

"Karena kita sudah membahas masalah Arya, sekarang kita akan membahas Ageha. Apakah kau memiliki masalah jika kita meninggalkan tempat ini? Apakah ada teman yang akan mengkhawatirkanmu, jika kau tiba-tiba menghilang?"

Sekarang perhatian mereka teralihkan ke arah Ageha. Arya baru mengenal Ageha kemarin, jadi dia tidak tidak tahu lingkaran pertemanannya di luar dari Meister dan Roy. Oleh karena itu, Arya jadi tertarik untuk mengetahui jawaban Ageha.

"Aku memiliki beberapa teman, tapi Aku tidak begitu akrab dengan mereka, jadi kurasa Aku tidak akan menimbulkan masalah apapun saat Aku tiba-tiba menghilang... meski Aku tidak tahu apakah mereka akan mengkhawatirkan diriku atau tidak!"

"Begitukah... kalau kau tidak masalah meninggalkan mereka kurasa memang tidak akan ada masalah apapun!"

"Ya, Aku selalu memastikan bahwa Aku tidak begitu mendekatkan diri dengan mereka dan selalu menjaga jarak... Aku bahkan tidak pernah mengundang mereka ke tempat ini!"

"Begitu, ya... jadi kau tidak pernah mengundang temanmu ke sini, karena kau tidak ingin mengundang mereka, bukan karena tidak memilikinya, ya!"

"Mhm, bisakah kau mengulanginya kembali!?"

"Maaf, tidak bisa!"

Ageha membuat senyum menakutkan, sementara Miester menggelengkan kepalanya saat membalas perkataan Ageha. Wanita memang menakutkan, Arya harus memastikan untuk tidak menekan tombol amukan Ageha.

"Aku tidak seperti mereka berdua! Aku masih memiliki teman, meski kami tidak dekat!"

Arya bisa merasakan bahwa Roy merasa sedikit tersakiti dengan perkataan Ageha, sementara Arya hanya memasang ekspresi biasa saat mendengar sindiran gadis itu kepada mereka berdua.

"Aku masih memiliki beberapa teman di kampus dan Aku juga memiliki satu orang sahabat dekat!"

Itu mungkin karena tidak seperti yang dibayangkan Ageha tentang dirinya, Arya memang memiliki beberapa teman di kampusnya dan tentu saja dia memiliki Rio sebagai sahabat baiknya.

"Bohong!"

Arya tidak bisa berbuat banyak jika Ageha tidak percaya dengan perkataannya. Dia memang tidak begitu akrab dengan temannya yang lain, selain Rio, jadi mungkin Arya masih bisa dikatakan berbohong. Setidaknya hanya untuk bagian memiliki teman.

"Ageha, tidak baik menyamankan semua orang pendiam sebagai orang selevel Roy! Kau benar-benar tidak sopan!"

"Maaf!"

Arya merasa bahwa Meister juga sama tidak sopannya dengan Ageha. Meskipun Ageha meminta maaf pada Arya, tapi sepertinya dia lebih perlu meminta maaf pada Roy, karena pria besar itu nampak lebih tersakiti dari pada Arya. Meskipun pria besar tidak tidak merubah banyak ekspresi wajahnya, tapi Arya merasa bahwa dia memang sedang tersakiti. Bahkan saat Arya mengatakan bahwa dia masih memiliki teman, Arya bisa melihat sedikit reaksi terkejut dan terkhianati dari Roy.

Sepertinya Roy juga menganggap bahwa Arya adalah orang yang kesepian seperti dirinya, makanya sejak mereka bertemu, Roy selalu bersikap baik padanya. Arya sedikit merasa bersalah, tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Kenyataannya, dia memang masih memiliki teman.

"Arya, mungkin agak telat menanyakan ini, tapi apakah kau tidak masalah meninggalkan sahabatmu itu?"

"Ya, Aku tidak masalah!"

Mungkin memang lebih baik bagi mereka untuk menjauhkan diri satu sama lain. Arya tidak tahu apa yang akan terjadi pada Rio, jika mereka terus bersama. Arya juga bisa menggunakan alasan sibuk berkerja untuk menjauhkan dirinya dengan sahabatnya itu.

"Jika kau mengatakan itu, maka tak apa-apa..."

"Apakah ada masalah?"

"Tidak, tidak ada masalah apapun."

Meister untuk beberapa alasan nampak sedikit bermasalah, Arya bahkan dibuat kebingungan oleh reaksinya itu. Apakah dia memiliki masalah jika Arya berhenti berteman dengan Rio? Seharusnya Meister tidak pernah bertemu dengan Rio, jadi tidak mungkin dia mengkhawatirkan hubungan Arya dan Rio.

"Dari pada itu, Arya... kalau bisa, kau lebih baik membenahi beberapa barangmu agar kau mudah untuk kabur saat situasi genting terjadi!"

"Tapi Aku hanya memiliki satu tas dan Aku membutuhkan tas itu untuk ke kampus, jadi kurasa akan sulit untuk membenahi barangku!"

"Be-begitukah... maaf!"

Meister tidak perlu meminta maaf. Jika dia melakukan hal itu, maka dia justru membuat Arya merasa tersinggung. Keluarganya memang tidak memiliki banyak uang, tapi mereka masih bisa hidup penuh berkecukupan dan tidak kekurangan apapun.

"Kalau begitu, bagaimana jika kau membawa satu persatu barang pentingmu ke sini dengan tasmu... kau bisa menyimpannya di salah satu kamar kosong yang kami miliki, kau bahkan bisa menjadikan kamar itu sebagai kamarmu sendiri... kurasa dengan begitu, kau bisa langsung mengemasi barang pentingmu di sini... Aku mungkin bisa meminjamkan tasku, jika kau tidak bisa membuat semua barangmu di tasmu!"

"Ya, terima kasih!"

Ageha memberikan saran pada Arya yang nampak kebingungan, sementara Arya hanya menganggukan kepalanya sambil berterima kasih. Arya sebetulnya merasa sedikit bingung, seharusnya mereka membahas masalah lainnya, tapi kenapa mereka kembali membahas soal dirinya. Sepertinya dirinya memang hanya menjadi beban di sini.

"Kurasa kau bisa mengemasi barang paling berhargamu dulu, seperti smartphone misalnya!"

"Tapi seseorang menghancurkannya kemarin!"

Ageha membeku sesaat, sebelum membuang wajahnya dengan canggung. Entah apakah Ageha benar-benar lupa atas apa yang dia lakukan atau dia hanya melakukan itu untuk merubah sesuana, tapi dilihat dari reaksinya, sepertinya dia benar-benar melupakan hal tersebut.

Meskipun Arya masih memiliki smartphone-nya, dia tidak akan terlalu bermasalah tentang hal itu, karena smartphone-nya kecil dan bisa dengan mudah dia bawa dengan kantong celananya. Jadi dia tidak membutuhkan tas sama sekali untuk membawanya, dia juga pasti akan selalu membawanya, jadi dia tidak perlu memindahkannya dari rumahnya ke tempat ini.

"Mari kita ganti topiknya!"

Ageha tiba-tiba berteriak saat semua pandangan mengarah ke dirinya. Sepertinya dia tidak tahan dengan tekanan yang diam-diam dia terima dari semua lelaki di ruangan itu.

"Memangnya apa lagi yang harus kita bicarakan selain bagaimana kau bisa menghancurkan benda berharga milik lelaki dengan begitu mudahnya!"

"Meister, cara kau mengatakannya bisa diartikan berbeda!"

Sepertinya Meister ingin sedikit menggoda Ageha, tapi sayangnya cara dia mengatakan kalimat itu bisa disalah artikan jika dia tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan. Meister menatap dengan bingung pada Arya. Sepertinya dia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Arya dan tak sadar dengan apa maksud lain dari kalimatnya sendiri.

"Sudah! Lupakan saja masalah itu! Kita masih harus membicarakan hal lainnya! Seperti rute yang harus kita ambil saat melarikan diri!"

Wajah Ageha nampak sedikit memerah. Sepertinya dia mengerti dengan maksud lain dari kalimat Meister dan membayangkannya.

"Kurasa itu tergantung dari bagaimana cara ATS mengejar kita, tapi kurasa kita akan melalui jalan bawah tanah!"

"Memangnya kalian memiliki jalan bawah tanah?"

"Tidak!"

"EH?!"

Padahal ini bukan pertama kalinya hari ini Meister mengerjainya, bahkan hal itu terjadi beberapa saat yang lalu, tapi entah kenapa dia masih saja bisa jatuh dari jebakannya. Arya harus bisa belajar untuk lebih mengabaikannya, bahkan di saat-saat serius.

"Kita mungkin harus membuat kekacauan, sebelum kita bisa kabur dari mereka... dengan kemampuanku, Aku bisa membuat sedikit kekacauan untuk mengecoh mereka!"

Ageha nampak tidak peduli dengan apa yang baru saja Meister katakan. Dia hanya menjelaskan rencananya pada Arya. Sepertinya Arya memang harus belajar banyak dari Ageha tentang cara mengabaikan seseorang.

Arya masih ingat jelas bagaimana kuatnya kemampuan yang dimiliki oleh Ageha. Dengan angin yang sekuat itu, dia pasti bisa dengan mudah membuat kekacauan. Meskipun Arya mengkhawatirkan Ageha, karena Ageha harus menempatkan dirinya di situasi yang berbahaya, tapi sepertinya Arya hanya bisa menyerahkan tugas itu padanya.

"Untuk membawa barang-barang, kurasa Roy bisa dengan mudah melakukankannya... seperti penampilannya, Roy memang sangat kuat... kurasa dia bahkan bisa membawa semua barang yang ada di gedung ini sendirian!"

"Jika Roy benar-benar melakukan hal itu, maka dia akan menjadi sangat mencolok! Ingat, tujuan kita adalah untuk melarikan diri, jadi kita tidak bisa membiarkan dirinya tetap mencolok!"

Meskipun apa yang dikatakan Meister memang benar, tapi sayangnya Ageha tidak akan setuju dengan hal tersebut. Dia memang akan tertolong, jika Roy mau membawa semua barangnya, tapi dia tidak ingin membahayakan pria itu hanya untuk membawa barang-barang berharganya. Nyawa Roy masih lebih berharga dari pada barang apapun yang dia miliki.

"Jika kau mengatakan seperti itu, bukankah kita akan tetap mencolok, meskipun kita hanya membawa sedikit barang? Karena bagaimanapun Roy memiliki badan yang sangat besar!"

"Kau benar, makanya dari itu, kita harus memikirkan cara agar dia tidak mencolok!"

Sekumpulan orang yang berlari dari kejaran petugas keamanan pasti adalah pemandangan sangat mencolok, bagaimanapun kau memikirkannya. Jadi apa yang harus mereka lakukan adalah melarikan diri, sebelum mereka dikejar.

"Apakah kita perlu membeli pakaian ninja dan memakaikannya pada Roy?'

"Bukankah itu hanya akan membuatnya lebih mencolok, bahkan di malam hari sekalipun!"

Meskipun Arya telah memikirkan hal sederhana untuk menyelesaikan masalah mereka, tapi sepertinya tidak ada orang lain yang sadar tentang hal itu, selain dirinya.

"Lalu pakaian macam apa yang perlu dikenakannya agar tidak mencolok?"

"Kurasa pakaian yang menjadi masalah di sini!"

Ageha dan Meister nampak berdiskusi selama beberapa saat. Arya membiarkan mereka tetap berdiskusi untuk melihat apakah mereka bisa memberikan solusi yang lebih baik dari pada apa yang sedang dia pikirkan.

"Apakah kita perlu melakukan operasi plastik agar wajahnya tidak dikenali oleh orang lain?"

"Kurasa dia tetap akan dicurigai, meskipun wajahnya telah berubah, karena badannya terlalu besar dan sangat jarang ada orang yang memiliki badan sebesar dirinya!"

"Bukankah kita bisa menyembunyikan Roy di suatu tempat sampai keadaan lebih aman atau menyuruhnya untuk melarikan diri terlebih dahulu saat kita merasa bahwa situasi sudah semakin buruk, tapi belum yang terburuk!"

Karena merasa bahwa Ageha dan Meister tidak memiliki solusi yang lebih baik dari pada yang Arya pikirkan, akhirnya dia memutuskan untuk mengatakan isi kepalanya.

Meister dan Ageha memandang Arya saat mendengar sarannya, lalu saling memandang satu sama lain, sebelum kembali memandang Arya. Mereka nampak diam-diam memikirkan dan berdiskusi mengenai saran dari Arya.

Arya tidak pernah mengharapkan bahwa sarannya akan langsung diterima oleh mereka, jadi dia hanya dengan sabar menunggu respon mereka.

"Kurasa itu bukan ide yang buruk!"

"Masalahnya mungkin bagaimana cara kita menemukan tempat yang aman untuk Roy bersembunyi dan bagaimana kita mengetahui bahwa situasi kita semakin memburuk? Tapi kurasa kita bisa mengatasi masalah tersebut."

Meister dan Ageha saling menganggukan kepalanya tanda bahwa mereka setuju dengan ide Arya. Entah mengapa Arya merasa puas dengan respon mereka, meskipun dia mendapatkan sedikit kritik dari Ageha.

Meister kemudian melihat ke arah jam alarm yang berada di samping tempat tidurnya. Jam itu menunjukan angka 20:31. Sepertinya pembicaraan mereka terlalu panjang sampai mereka tidak sadar bahwa saat ini sudah melawati jam makan malam mereka. Meskipun sepertinya Arya dan Roy tidak membutuhkan hal tersebut.

Arya memperhatikan ke arah mana tatapan Meister, lalu menyadari bahwa dia sebaiknya segera pulang ke rumahnya untuk hari ini. Ibunya pasti mengkhawatirkannya, jika hari ini dia harus pulang larut malam lagi.

"Kurasa kita sudahi pembicaraan kita untuk hari ini... Arya kau pasti ingin cepat-cepat pulang, kan?"

"Ya, Ibuku pasti khawatir."

"Baiklah kalau begitu, Roy kau temani Arya sampai di tengah jalan dan pastikan bahwa area di sekitarmu aman, sebelum kau meninggalkannya!"

Roy menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mengerti dan mau melakukan perintah dari Meister. Arya kembali berterima kasih pada mereka, sebelum akhirnya mereka semua meninggalkan ruangan itu. Meister dan Ageha segera menyiapkan makan malam mereka, sementara Roy dan Arya meninggalkan tempat itu lewat pintu belakang seperti yang disarankan oleh Meister. Kali ini Arya tak lupa untuk membawa pulang kembali tas miliknya, dia tidak boleh sampai kembali mengulangi kesalahannya.