Arya terus mendengarkan cerita Roy dalam diam. Dia sudah menyangka bahwa Roy telah mengalami masa lalu yang gelap, tapi dia tidak menyangka bahwa masa lalunya begitu gelap. Terus kehilangan anggota keluarganya satu persatu. Tidak heran jika Roy menyimpan dendam yang sangat besar pada dunia ini yang telah membuatnya mengalami hal buruk seperti itu.
Arya tidak akan menyalahkan Roy, jika pria besar itu ingin balas dendam pada ATS, karena dia sangat mengerti akan perasaan itu. Dia juga sangat ingin balas dendam pada orang yang telah membunuh orangnya. Jadi Arya tidak memiliki hak untuk mengkritik Roy sedikitpun.
"Setelah malam itu Aku tidak pernah bertemu lagi dengan adikku... Aku kembali ke rumah kami... untuk mengemasi barang kami, lalu pergi melarikan diri sendirian... saat itulah Aku bertemu dengan Meister dan diselamatkan olehnya!"
Setelah mengatakan itu, Roy tidak mengatakan apapun lagi. Sepertinya itu adalah akhir dari ceritanya.
"Apa kau baik-baik saja?"
Arya tidak tahu harus berkata apa, jadi dia hanya menyanyakan tentang keadaannya saat ini. Memang benar jika Roy tidak menampilkan ekspesi apapun saat ini, tapi dirinya merasa bahwa Roy merasa sangat sedih bercampur dengan rasa penyesalan.
"Ya..."
Roy menganggukan kepalanya. Untuk suatu alasan, dia kemudian mengelus kepala Arya. Meskipun dia tidak begitu suka Roy mengelus kepalanya, tapi dia membiarkan pria besar itu melakukannya. Mungkin Arya bisa meringankan bebannya, jika dia tetap membiarkan Roy melakukan hal tersebut.
"Maaf, Arya..."
Arya menatap bingung pada Roy. Kenapa pria itu tiba-tiba meminta maaf padanya? Pikir Arya saat menatap wajah datar milik Roy.
"Aku menggunakanmu sebagai pengganti adikku!"
Begitukah. Meister pernah mengatakan bahwa mereka berdua terlihat seperti adik-kakak. Jadi sepertinya Arya memang mengingatkan Roy pada adiknya.
"Aku tidak masalah..."
Jawab Arya dengan pelan. Meskipun Roy menganggapnya sebagai adiknya, hal tersebut tidaklah mengganggunya sama sekali.
"Juga untuk apa yang nanti akan kulakukan padamu!"
Sekali lagi, dia menatap heran pada Roy. Apalagi yang direncakan oleh pria besar itu saat ini? Arya yakin bahwa hal tersebut tidak akan membahayakan nyawanya dan hal itu pasti juga ada kaitannya dengan latihannya, jadi Arya merasa bahwa Roy tidak perlu meminta maaf untuk itu.
"Kalau masalah itu, biarkan Aku yang menjelaskannya!"
Seolah telah menunggu saat untuk keluar dari tempat persembunyiannya, Mesiter melangkah masuk ke dalam ruangan latihan Arya dan Roy. Arya juga dapat melihat keberadaan Ageha yang berdiri di depan pintu masuk ruangan itu.
Arya sudah sejak lama menyadari keberadaan mereka dari bau dan suara yang mereka buat. Mereka berdua pasti telah mendengarkan cerita Roy secara diam-diam. Karena mereka merasa canggung dan tak ingin memotong cerita Roy, maka mereka berdua memutuskan untuk bersembunyi sambil menunggu saat yang tepat untuk menunjukan diri mereka.
Arya yakin bahwa Roy sudah mengetahui keberadaan mereka, karena mereka tidak benar-benar mencoba menyembunyikan keberadaan mereka, tapi Arya mengerti alasan kenapa mereka tetap bersembunyi. Itu karena jika mereka menunjukan diri mereka, maka Roy akan kesusahan untuk menceritakan kisahnya. Pria besar itu memang sangat kesulitan untuk berbicara di depan banyak orang, meski orang-orang itu adalah kenalannya.
"Apa maksudmu?"
Kali ini giliran Meister yang mendapatkan pandangan bertanya-tanya dari Arya. Dia merasa bahwa Meister jauh lebih baik dalam menjelaskan sesuatu dari pada Roy, jadi Arya lebih baik meminta penjelasan padanya.
"Kau seharusnya sudah sadar, hal itu ada kaitannya dengan latihan yang akan kau jalani!"
"Ya, Aku tahu... jadi latihan macam apa itu?"
"Itu mudah... kau hanya perlu menahan dirimu!"
Arya kembali bertanya-tanya apa yang dimaksud oleh pria tua itu. Sepertinya meminta penjelasan pada Meister juga adalah hal yang buruk. Jadi Arya menatap Ageha sebagai gantinya.
"Maksud Meister, kau akan menahan nafsu buas dari dalam dirimu! Kau bisa mengatakan ini adalah latihan untuk mengendalikan diri!"
"Mengendalikan diri? Kenapa?"
"Itu karena kau masih belum menguasai dirimu dengan sempurna! Kau memang baik-baik saja saat ini, karena kau selalu mendapatkan asupan makan yang cukup setiap harinya!"
"Dan itu membutuhkan banyak sekali uang!"
"Maafkan Aku...."
Arya menundukan kepalanya sebagai tanda meminta maaf saat Meister mengeluh tentang pengeluarkan yang dia lakukan untuk biaya makan Arya yang sangat banyak.
"Kami hanya membeli daging yang sisa yang tak laku terjual untuk makananmu, jadi kau tidak perlu terlalu memikirkan omongan pria tua itu!"
Meskipun Ageha mencoba untuk membuat perasaan Arya menjadi tak bersalah, tapi Arya tetap merasa bahwa dia telah terlalu merepotkan mereka, apalagi dia tidak membantu mereka sedikitpun.
"Setelah latihan aman dan situasi di luar terkendali, kau akan berkerja di Cafe tanpa dibayar sedikitpun, jadi kau bersiaplah!"
Mungkin menyadari bahwa Arya tetap merasa bersalah, setelah mendengar perkataannya tadi, Meister mencoba metode lainnya untuk membuat Arya tidak perlu terlalu memikirkannya dan hal itu berhasil.
"Ya, Aku mengerti!"
Arya sudah membuat Meister mengluarkan banyak uang jadi berkerja tanpa bayaran adalah hal yang wajar dia lakukan sebagai balasannya.
"Kita lupakan masalah itu untuk saat ini... Arya, apakah kau menyadari masalah yang menyebabkan kau tidak bisa mengendalikan dirimu, kan?"
"Nafsu makanku?"
"Ya, itu dan emosimu!"
Setelah Ageha mengatakan hal tersebut, dia teringat bahwa dia tidak bisa mempertahankan bentuk manusianya saat dia mengalami gejolak emosi di dalam dirinya.
"Lalu kita akan melatih hal tersebut?"
Ageha menganggukan kepalanya.
"Kita akan membuatmu menjadi mahluk yang paling penyabar di dunia!"
"Huh? Apa maksudmu?"
"Kami akan mengurung di suatu ruangan khusus tanpa makanan atau minuman! Kau mungkin tidak akan bisa keluar dari ruangan itu sampai kau bisa mengendalikan dirimu!"
Arya melebarkan matanya saat mendengar penjelasan Ageha. Dia tahu bahwa mahluk sepertinya memiliki ketahanan yang lebih besar dari pada manusia pada umumnya, tapi apakah dia tetap akan bertahan hidup tanpa makanan dan minuman? Arya yakin bahwa Ageha tidak akan mencoba membunuhnya atau memiliki hobi menyiksa orang lain. Setidaknya itu yang dia yakini.
"Tenang saja! Saat kami melihat bahwa tubuh sudah tidak kuat lagi menahan lapar, kami akan memberikanmu makanan!"
"Begitukah..."
"Mungkin hal yang harus kau khawatir dari pada hal tersebut adalah bagaimana kau mengurus kotoran yang akan kau hasilkan!"
Ageha memukul kepala Meister, karena mengatakan hal yang tidak perlu. Meskipun Ageha merasa bahwa hal itu tidak perlu dikatakan, tapi Arya justru benar-benar memikirkan hal tersebut. Sejujurnya dia tidak akan merasa nyaman, jika harus mengotori celananya dan terus memakainya. Jika Meister mengatakan bahwa dia perlu mengkhawatirkan masalah buang air, maka ruangan tempatnya dikurung pasti adalah tempat yang benar-benar tertutup tanpa apapun.
"Arya! Kau harus ingat ini! Hal yang akan kau lalui mulai saat ini akan sangat menyiksa dirimu, Aku bahkan tidak bisa membayangkan apa yang terjadi padamu, karena Aku tidak pernah mengalami hal tersebut ataupun melahat seseorang melakukan hal yang sama dengan apa yang akan kau lakukan, tapi kau harus ingat! Kendalikan dirimu!"
Arya menganggukan kepalanya tanda mengerti. Mereka kemudian membawa Arya ke sebuah ruangan yang berada tak jauh dari tempatnya biasa latihan. Hanya berada beberapa meter di sebelah kiri dari pintu ruangan latihan tersebut.
"Sejujurnya Aku tidak begitu yakin dengan latihan ini, tapi karena Meister terus mengatakan bahwa ini demi kebaikanmu, maka kurasa Aku tidak memiliki pilihan selain menggunakan cara ini, tapi jika kau keberatan, kau tidak perlu menjalani latihan semacam ini!"
Ageha berkata sambil membuka kunci dari ruangan tersebut. Arya sudah lama memperhatikan ruangan tersebut, karena ruangan itu memiliki jendela kecil yang memiliki jeruji kecil seperti ruangan tahanan, tapi dirinya tidak pernah mencoba melihat ke dalam ruangan itu, karena dia tidak begitu peduli dengan isi ruangan itu.
Arya menghela nafas, sebelum membalas perkataan Ageha.
"Aku mengerti kenapa Aku harus menjalani latihan ini! Jika Aku tetap tidak bisa mengendalikan diriku, maka Aku akan membahayakan kalian semua!"
"Begitukah, Aku mengerti..."
Arya memperhatikan bahwa Ageha sebetulnya ingin menghentikan Arya untuk menjalani latihan semacam ini, tapi mungkin karena dia tahu betapa pentingnya latihan ini bagi Arya, maka dia tidak mengatakan apapun.
Saat Ageha membuka pintu ruangan itu, Arya bisa melihat 4 buah borgol besar yang memiliki rantai yang sangat tebal yang terhubung dengan dinding beton dari ruangan tersebut. Arya tidak bisa melihat ruangan ini sebagai ruangan lain, selain ruangan tahanan. Sepertinya dia akan benar-benar menjadi tahanan di sini.
Arya kemudian berjalan menuju borgol itu berada. Ageha dan Meister segera membantu Arya memasang borgol itu kepada tangan dan kaki Arya. Ageha memasangnya ke tangan Arya, sedangkan Meister bagian kakinya.
"Ingat Arya, Aku sebetulnya tidak ingin membuat alasan apapun untuk melakukan hal seperti ini, tapi kurasa kau memiliki hak kenapa Aku memikirkan latihan semacam ini untuk dirimu!"
Arya hanya diam sambil memperhatikan perkataan Meister.
"Sebetulnya, Aku jarang menemui manusia biasa yang berubah menjadi manusia serigala, tapi dapat mempertahankan kewarasan dirinya... sejujurnya, kurasa kau adalah orang yang sangat beruntung, karena bisa mempertahankan kewarasanmu sampai saat ini, tapi hal itu mungkin tidak bertahan lama... Aku tidak bisa memberikanmu jaminan apakah cara ini berhasil atau tidak, tapi kurasa ini adalah cara terbaik agar kau bisa hidup normal seperti kami! Jika latihan ini berhasil, kau bisa hidup layaknya manusia biasa!"
Arya hanya menggukan kepalanya. Arya tidak akan tahu seberapa mengerikannya latihan ini sampai dia menjalaninya, jadi dia tidak akan mengatakan apapun. Dia hanya berharap bahwa semua ini akan berakhir dengan baik.
Setelah selesai memasang borgol pada tangan dan kaki Arya, Ageha dan Meister segera menjauhi Arya.
"Arya..."
Tapi sebelum Ageha menutup kembali pintu ruangan itu dan menguncinya, tiba-tiba saja Roy membuka mulutnya.
"Apa?"
"Anu... apakah kau tidak memiliki... orang yang ingin kau temui? Atau mungkin... orang yang kau ingin... ketahui keadaannya?"
Arya terkejut saat Roy tiba-tiba menanyakan hal tersebut. Jika ditanya hal seperti itu, maka hanya ada satu orang yang ada di pikirannya. Dia adalah satu-satunya orang yang berharga bagi Arya yang tersisa di dunia ini, selain mereka bertiga.
"Sahabatku... Rio!"
Saat Arya menyebutkan nama itu, Arya memperhatikan bahwa ekspresi Roy sempat berubah. Arya tidak memperhatikan perubahan ekspresi yang berarti pada kedua orang lainnya saat mendengar nama Rio, jadi Arya merasa sedikit bertanya-tanya kenapa Roy nampak sedikit terkejut saat mendengar nama yang Arya sebutkan. Rio adalah nama yang umum, jadi seharusnya nama itu tidaklah begitu mengejutkan.
"Aku mengerti... Aku akan berusaha menemukannya!"
Arya tidak tahu bagaimana cara Roy menemukan Rio, padahal dia tidak tahu wajahnya, tapi saat melihat wajah Roy yang sedikit menunjukan senyuman, Arya merasa bahwa Roy akan benar-benar menemukannya untuk Arya.
"Apa kau sudah selesai, Roy? Kami akan mengunci pintunya!"
Setelah mendengar Meister mengatakan itu, Roy segera keluar dari ruangan tahanan itu dan meninggalkan Arya sendirian di dalamnya.
Setelah Ageha menutup dan mengunci pintu tersebut, mereka semua segera pergi meninggalkannya sendirian. Apa yang sekarang bisa Arya rasakan di dalam ruangan tersebut hanyalah kesunyian dan kegelapan.
Meskipun baru sebentar dia berada di dalam ruangan tersebut, tapi Arya sudah merasa bahwa binatang buas di dalam dirinya sedang mencoba untuk mengamuk dan mengambil alih dirinya. Meskipun begitu, dia tidak memiliki pilihan lain, selain untuk menahannya.