webnovel

Masa lalu Roy (3)

Sudah 2 tahun sejak pertama kali Roy melakukan latihan kerasnya bersama dengan Ayahnya. Sejak saat itu, kemampuan bertarung dari Roy sudah semakin berkembang dan Roy sudah hampir bisa menandingi Ayahnya.

Ayahnya masih jauh lebih kuat dari pada Roy, tapi kelamaan Roy dapat mengimbangi Ayahnya. Dia berhasil memberikan beberapa serangan pada Ayahnya, dia bahkan pernah sekali mengalahkan Ayahnya saat dia tengah lengah. Meskipun setelah itu, Roy tidak pernah menang lagi.

Bukan hanya itu saja yang berubah dalam 2 tahun terakhir ini. Tubuh Roy juga semakin tinggi dan ototnya semakin terbentuk dengan baik. Meskipun usianya baru 12 tahun, tapi dirinya sudah terlihat seperti anak berusia 15 tahun. Tak bisa dipungkiri lagi jika Roy sekarang adalah siswa tertinggi dan terbesar di kelasnya.

Sebentar lagi Roy akan lulus dari SD. Ayah dan Ibunya saat ini juga sedang sibuk memilih sekolah yang bagus untuk Roy. Mereka sering berdebat tentang hal tersebut, jadi mereka sampai saat ini masih belum menentukan sekolah mana yang tepat untuk Roy.

Hubungan Ayah dan Ibunya sudah mulai membaik, sejak Roy mulai memutuskan bahwa dia berlatih bersama Ayahnya dengan senang hati dan tanpa paksaan. Meskipun Roy masih sering terluka dan ketakutan saat menghadapi Ayahnya, tapi dia selalu bisa berdiri kembali dan nampak lebih berani dari sebelumnya. Mungkin Roy akan lebih terlihat keren waktu itu, jika kedua tangan dan kakinya tidak gemetaran.

Roy sangat senang saat kedua orang tuanya berbaikan, tapi apa yang membuatnya paling senang adalah adiknya yang semakin sering menyemangatinya. Saat ini Ayahnya tidak lagi menutupi latihan mereka dari adiknya, jadi adiknya bisa selalu menonton latihan kakaknya bersama Ayahnya dan memberikan semangat pada kakaknya.

Adiknya, Riki, akan merasa khawatir dengan kakaknya saat kakaknya itu terluka akibat serangan Ayahnya, tapi dia pasti akan segera memberikan semangat kembali pada kakaknya dengan berteriak.

"Ayo, Kakak! Berjuanglah Kakak!"

Begitulah teriaknya saat dia melihat kakaknya berhasil ditumbangkan oleh Ayahnya. Entah mengapa, setiap kali Roy mendengar teriakan dari adiknya, tenaganya selalu kembali terisi dan dia seakan siap bertarung lagi dengan Ayahnya. Sayangnya, dia tidak bisa mendengar suara adiknya saat dia pingsan, jadi dia tidak pernah bangkit lagi, setelah dia dibuat tak sadarkan diri oleh serangan Ayahnya. Roy biasanya baru sadar saat waktu makan malam tiba.

Ibunya akan selalu membawakan makanan ke kamar Roy saat bocah berusia 12 tahun itu kembali sadar. Dengan senyum di wajahnya, Ibunya akan menyuapi Roy sampai makanannya habis. Meskipun merasa sedikit malu, tapi Roy dengan senang hati memakan semua makanan yang disuapi oleh Ibunya.

Meskipun latihan yang diberikan oleh Ayahnya sangat menyakitkan dan menakutkan, tapi Roy merasa bahwa saat-saat itu adalah saat-saat paling bahagia baginya.

Meskipun sayangnya hal tersebut tak bertahan lama.

Tak lama setelah kedua orang tua Roy memutuskan sekolah mana yang akan menjadi SMP Roy, berita bahwa orang tua Roy bukanlah manusia terdengar oleh ATS, hal itu juga berarti bahwa mereka mengetahui bahwa Roy dan Riki yang merupakan anak mereka bukanlah manusia.

Roy sudah mengetahui ATS dari cerita Ayahnya. Itu adalah organisasi khusus yang dibuat untuk memburu mahluk seperti mereka. Jadi jika ATS sudah mengetahui identitas asli mereka, maka itu artinya ATS akan segera memburu mereka.

"Mattina, bawalah anak-anak menjauh sejauh mungkin dari sini!"

"Tapi, sayang... bagaimana dengan dirimu? Apa yang akan kau lakukan?"

"Tentu saja Aku akan melindungi keluargaku!"

"Apa maksudmu? Tidak bisakah kau ikut lari bersama kami?"

Ayah Roy menggelengkan kepalanya. Meskipun dia merasa sedih, karena harus berpisah dengan keluarganya, tapi dia harus melakukan tugas ini agar dia bisa melindungi keluarganya.

"Beberapa teman-temanku sudah terbunuh oleh mereka, bahkan mereka juga berhasil menangkap salah satu dari temanku hidup-hidup.... mereka pasti akan mengintrogasinya dan hanya masalah waktu sebelum dia membocorkan identitas asli semua orang yang dia ketahui... kurasa bisa dikatakan saat ini mereka sudah mengetahui identitas kita berdua... jadi Aku perlu menjadi umpan agar kalian bisa selamat!"

"Bukankah lebih baik kita melarikan diri saja bersama... bukankah selama ini kita sudah melewati berbagai hal bersama!Nah, Ayo kita lari bersama....!"

Air mata mulai keluar dari kedua bola mata Ibunya. Roy tidak tahu apa yang terjadi pada masa lalu mereka, tapi sepertinya hal yang buruk telah terjadi pada mereka. Sesuatu yang sangat buruk sampai membuat Ibunya gemetar ketakutan.

Ayahnya masih menggelengkan kepalanya, meskipun sudah mendengar permohonan istrinya. Dia lalu memeluk istrinya dan membiarkan ibu dua anak itu menangis di dadanya.

"Teman-temanku yang masih tersisa sudah mulai berkumpul dan membuat rencana, Aku tidak bisa melarikan diri sendiri dan meninggalkan mereka... Ini adalah saatnya perkumpulan para Ayah menunjukan bahwa diri mereka patut dipanggil Ayah sejati!"

Meskipun Ayah Roy sudah mencoba tersenyum dan menenangkan Ibunya, tapi sayangnya Ibunya masih tidak bisa menghentikan tangisannya.

Sejujurnya Roy tidak tahan melihat Ibunya yang menangis, tapi dia sendiri tidak bisa melakukan apapun. Begitu juga dengan adiknya. Bocah berukuran lebih kecil darinya itu hanya dapat memegang pinggiran baju Roy dengan tampilan ingin menangis. Roy tidak akan terkejut jika adiknya itu akan menangis saat ini juga.

"Ayah... apakah tidak ada yang bisa kubantu?"

Setelah memberanikan diri bertanya, akhirnya dia bisa membuat Ayahnya mengalihkan pandangannya dari Ibunya ke arah Roy dan adiknya berada.

"Benar juga.... Aku memiliki seorang anak yang sangat kuat di sini!"

Ayahnya memberikan senyuman yang lembut pada Roy. Tidak seperti biasanya, wajahnya yang nampak sangat menakutkan, sekarang nampak sangat cerah dan menenangkan. Dia terlihat seperti orang yang berbeda.

"Kalau begitu... apakah Aku bisa meminta pertolonganku!"

"Ya...!"

Senyuman muncul di wajah Roy. Dia senang, jika dia bisa membantu Ayahnya. Lagi pula, dia berlatih selama ini agar dia bisa membantu di saat-saat seperti ini. Akan tetapi senyum Roy segera menghilang saat dia mendengar kata-kata selanjutnya yang keluar dari mulut Ayahnya.

"Tolong lindungi Ibu dan adikmu, selama Ayah tidak ada!"

"Eh!"

Kalimat itu tidak terdengar seperti kalimat pemintaan tolong bagi Roy, itu lebih mirip dengan kata-kata perpisahan.

"Apa maksud, Ayah!? Bukankah Ayah membutuhkan bantuan untuk mengalahkan orang-orang jahat itu?!"

Ayahnya tidak segera menjawab pertanyaan Roy. Dia masih nampak sibuk mengelus punggung Ibu Roy untuk menenangkannya. Dia kemudian melihat ke arah Roy dan adiknya dengan tatapan sedih, tapi sedetik kemudian dia merubahnya kembali menjadi senyuman.

"Melindungi keluar adalah tugas dari seorang lelaki! Jika kau adalah lelaki, maka kau harus melindungi keluargamu!"

Ayahnya memberikan senyuman yang sangat hangat pada Roy. Itu adalah senyuman terhangat yang pernah Roy lihat dari Ayahnya dan senyuman itu pulalah yang paling diingat oleh Roy sampai saat ini, tapi sayangnya itu juga adalah senyuman terakhir yang dia lihat dari Ayahnya.

"Mattina, kita sudah tidak punya waktu lagi! Cepat bawa anak-anak pergi dari sini! Aku berencana untuk membakar rumah ini untuk menghilangkan bukti, jadi bawalah barang-barang yang kau perlukan, lalu segeralah pergi secepat mungkin dari sini! Tenang saja, jika semua berjalan baik, Aku akan segera menyusul kalian!"

Setelah mengatakan hal tersebut, Ayahnya menghapus air mata dari wajah istrinya. Ibu Roy sepertinya sudah mulai mengerti apa yang harus dia lakukan, jadi dia segera mengemas barang, sementara Ayahnya mencoba membantu istrinya itu untuk berkemas. Setelah selesai, Ibunya segera membawa Roy dan Riki menjauh dari rumah mereka.

Meskipun banyak hal yang ingin dikatakan, tapi pada akhirnya dia tidak bisa mengatakan apapun. Dia hanya bisa mengikuti jejak kaki Ibunya.

Hal yang sama juga dialami oleh adiknya. Roy yakin bahwa adiknya itu menyimpan banyak pertanyaan dan perkataan di dalam kepalanya, tapi sayangnya dia tidak sanggup mengatakan apapun. Menahan air mata saja sudah perkerjaan yang sangat sulit bagi adiknya.

Begitu juga Ibunya. Meskipun dia mencoba untuk menahan tangisnya, pada akhirnya dia tidak bisa menahannya dan air mata kembali keluar dari matanya.

Satu-satunya yang berhasil menahan air matanya dengan baik di antara mereka bertiga adalah Roy. Hal itu karena dia yakin bahwa Ayahnya yang sangat kuat tidak mungkin dapat dikalahkan oleh orang-orang jahat itu. Ayahnya adalah orang yang sangat kuat, bahkan Roy hanya bisa mengalahkannya sekali, itu juga saat Ayahnya sedang lengah, jadi Ayahnya pasti akan baik-baik saja.

Lagi pula, Ayahnya juga sudah mengatakan bahwa dia pasti akan menyusul mereka, jadi Ayahnya pasti akan melakukannya. Dia pasti akan menepati janjinya.

Meski begitu, pada akhirnya, Roy tidak pernah lagi bertemu dengan Ayahnya. Bahkan dia tidak pernah mendengar kabar apapun tentang Ayahnya sejak saat itu. Apa yang dia lakukan? Bagaimana keadaannya saat ini? Roy tidak pernah menemukan jawaban dari pertanyaan itu.