webnovel

Keraguan Arany

Saat ini Arany Herzfrau sedang membantu tim penyelidik yang menangani kasus manusia yang dirubah menjadi manusia serigala, lebih tepatnya pada bagian forensik. Sayang sekali, karena hanya ada sedikit anggota ATS yang merupakan ahli forensik, maka perkerjaan mereka masihlah banyak. Mereka tidak bisa semeta-meta meminta bantuan dari anggota forensik dari sembarang tempat, karena dengan begitu, mereka sama saja mengungkapkan keberadaan mahluk seperti manusia serigala pada masyarakat luas.

Jadi karena alasan itulah, sekarang Arany dan beberapa orang lainnya yang mengetahui tentang medis menjadi asisten mereka. Meski begitu, mereka tidak benar-benar ahli dalam memeriksa DNA seseorang, mereka hanya akan membantu mereka dalam membawa atau menjalankan suatu alat atau membantu membersihkan sesuatu atau membuat laporan.

Sejujurnya Arany tidaklah percaya dengan apa yang Ayahnya dan orang itu katakan, tapi saat ini dia tidak memiliki pilihan lain, selain percaya. Manusia-manusia biasa yang tak bersalah bisa dirubah menjadi manusia serigala oleh mahluk misterius, lalu mereka telah dibunuh oleh para anggota ATS yang bertugas.

Banyak sekali orang yang tidak percaya atau syok dengan kabar yang mereka terima, tapi mereka tidak memiliki waktu untuk berdiam diri. Karena jika mereka hanya berdiam diri, maka jumlah korban hanya akan terus meningkat.

Meskipun perintah belum remsi dikeluarkan dari atasan ataupun pemerintah, nampaknya ada beberapa orang yang mencoba mencari keberadaan si mahluk misterius. Arany tidak tahu apakah itu benar atau tidak, karena dia hanya mendengar cerita tersebut dari rekannya saat sedang istirahat.

Tindakan itu memang adalah tindakan ceroboh, tapi mungkin saja hal tersebut bisa meminimalkan jumlah korban di masa depan. Arany tidak tahu apakah itu adalah tindakan yang sudah tepat, karena bisa saja saat mereka bertemu dengan mahluk misterius tersebut, mereka hanya akan dirubah menjadi manusia serigala atau mahluk lainnya.

"Arany, kau sudah boleh istirahat, Aku dengar kau belum istirahat sejak semalam, kan?"

Saat dirinya sedang sibuk membuat laporan untuk diserahkan pada atasan mereka, seorang Ibu-ibu mendekati Arany dan menyuruhnya untuk beristirahat. Dia adalah kepala tim forensik yang bertugas saat ini. Mereka memiliki tiga kepala tim forensik yang bertugas secara bergantian di 3 shift yang berbeda. Sayangnya mereka hanya manusia biasa, jadi mereka tidak mungkin berkerja 24 jam penuh, jadi mengatur shift yang baik adalah keputusan yang tepat. Meski ada beberapa orang juga yang tetap berkerja, karena meresa bahwa perkerjaan mereka saat ini sangatlah penting, contohnya seperti Arany.

Arany menggelengkannya dengan lembut, sebelum dirinya menjawab tawaran dari si Ibu kepala forensik.

"Tidak, Bu... saat ini Aku masih harus membuat laporan untuk atasan, jadi Aku masih tidak bisa beristirahat!"

"Kalau begitu, setelah kau membuat laporan, pulanglah dan istirahatlah dengan benar!"

"Tapi..."

"Aku tahu bahwa perkerjaan kita penting untuk membantu menyelamatkan banyak orang, tapi kita masih perlu menjaga kesehatan kita agar kita tetap bisa menjalankan tugas kita dengan benar! Istirahat adalah bagian tugas kita!"

"....."

"Jika kau tidak segera pulang, Aku akan segera mengusirmu dari tempat ini!"

Saat Arany sedang ragu untuk menerima tawaran tersebut, si Ibu malah mengancam akan mengusirnya dengan senyuman di wajahnya. Arany tahu bahwa dia tidak serius ingin melakukan hal tersebut, dia hanya ingin memberikan dorongan pada Arany agar dia mau beristirahat.

Pada akhirnya Arany menganggukan kepalanya dengan senyuman. Sepertinya dia memang lebih baik menerima tawaran tersebut dari pada membuat rekan-rekannya khawatir padanya.

"Ya, Aku mengerti... setelah selesai membuat laporan dan menyerahkannya, Aku akan segera pulang dan beristirahat!"

Setelah puas dengan jawaban yang diberikan oleh Arany, si Ibu kepala forensik segera meninggalkannya dan melanjutkan perkerjaannya. Sementara Arany melanjutkan kembali perkerjaannya menulis laporan.

Meskipun Arany mengatakan dia akan segera pulang dan beristirahat setelah menyelesaikan laporannya, tapi dia membutuhkan 1 jam lebih untuk menyelesaikan laporannya. Matahari sudah berada sangat tinggi di langit saat dirinya keluar dari laboratorium rahasia milik ATS.

Perut Arany sedikit berbunyi saat dia akan pergi ke tempat mobilnya terparkir. Dia baru ingat bahwa dia belum sempat sarapan, karena sangat sibuk dengan perkerjaan. Meskipun belum benar-benar memasuki jam makan siang, tapi saat ini sepertinya waktu yang tepat untuknya mengisi perutnya.

Dia memutuskan untuk pergi ke restoran terdekat yang bisa dia temukan di daerah tempatnya berada saat ini. Dia tidak benar-benar pilih-pilih saat makan, jadi selama makanan itu sehat dan membuatnya kenyang, maka dia akan baik-baik saja.

Setelah menemukan salah satu restoran terdekat, dia segera memakirkan mobilnya di area parkir terdekat yang berada di sana, lalu memasuki restoran yang dia lihat tadi. Saat dia memasuki restoran tersebut, dia dapat melihat bahwa restoran itu sudah dipenuhi oleh banyak pelanggan. Meski tak ada meja yang kosong, tapi setidaknya ada beberapa kursi yang nampak masih bisa dia gunakan. Jika orang itu tidak masalah, mereka bisa berbagi kursi.

"Selamat datang, mari ikuti saya!"

Seorang pelayan yang menjaga pintu depan membantunya mencari kursi yang bisa dia gunakan. Arany hanya menganggukan kepalanya untuk membalasnya, lalu mengikuti ke kursi yang masih kosong.

"Maaf, bu... bisakah kau berbagai meja dengan pelanggan yang lain?"

"Tentu saja, tidak masalah!"

Pelayan itu bertanya dengan sopan pada pelanggan yang sedang menunggu pesanannya untuk berbagi mejanya dengan Arany. Si pelanggan itu memberikan senyuman dan memperbolehkan Arany untuk duduk bersamanya di meja yang sama.

"Silahkan, Bu!"

Si pelayan menarik kursi yang berada di depan pelanggan tersebut agar Arany dapat duduk. Setelah memberikan senyuman singkat pada pelayan itu, dia segera duduk di kursi tersebut.

Arany memperhatikan pelanggan yang duduk di depannya. Dia adalah seorang gadis yang memiliki tubuh kecil, tapi karena tadi si pelayan itu memanggilnya dengan sebutan Ibu, apakah itu berarti dia lebih tua dari penampilannya? Pelayan itu juga memanggilnya dengan sebutan Ibu. Usia Arany tidak begitu tua untuk dipanggil Ibu, jadi mungkin itu hanya cara si pelayan untuk menghormati pelanggannya. Apapun itu, sebaiknya dia menyapa sesama pelanggan di depannya agar suasana di antara mereka tidak canggung.

"Halo, apa kabar? Namaku Arany!"

"Aku baik-baik saja! Namaku Ageha!"

Arany menyapa gadis di depannya yang memiliki nama Ageha. Meskipun Arany serasa bahwa namanya cukup unik di negara ini, tapi dia juga merasa bahwa nama Ageha cukup unik. Dia mungkin akan kesulitan untuk melupakan nama tersebut.

"Maaf, Bu... bisakah Aku mencatat pesananmu!"

"Ah, benar... maaf!"

Karena dirinya terlalu fokus pada Ageha, dia sampai lupa untuk memesan makan siangnya. Dia kemudian segera mengambil menu yang disediakan oleh si pelayan, lalu membacanya dengan perlahan, sebelum memutuskan pesanannya.

"Aku pesan 2 porsi sandwich salmon dan 1 porsi sandwich sayur!"

"Lalu minumannya?"

"Milk Shake coklat!'

Ssetelah mencatat pesana Arany, pelayan itu segera meninggalkan mereka. Sekarang hanya ada dirinya dan Ageha di meja mereka.

"Apakah kau sedang istirahat, Kak Arany?"

"Tidak, Aku baru saja pulang berkerja... kalau kamu bagaimana, itu... Kak Ageha?"

Mungkin karena merasa suasana mulai canggung di antara mereka, Ageha segera membuka topik pembicaraan. Arany dengan gugup menjawab pertanyaan Ageha, karena dia tidak terbiasa dipanggil Kakak. Dia adalah anggota termuda di ATS saat ini, jadi dialah yang paling jenior di antara mereka semua.

"Maaf, jika ini tidak sopan, kenapa kau memanggilku dengan Kak? Memangnya berapa usiamu?"

Mengetahui bahwa bertanya tentang umur pada seorang wanita tidaklah sopan, Ageha bertanya pada Aranya dengan suara pelan agar orang-orang di sekitar mereka tidak mendengar pembicaraan mereka. Dia juga mendekatkan tubuhnya pada Arany agar suaranya dapat terdengar oleh Arany.

"Aku baru berusia 20 tahun!"

"Eh, kau lebih muda dariku!"

Ageha nampak sangat terkejut saat mendengar usia Arany yang sebenarnya. Arany memang tidak begitu kaget saat melihat reaksi Ageha, karena beberapa temannya juga terkejut saat mengetahui usianya yang sebenarnya. Dia memang memiliki penampilan yang lebih dewasa dari pada usianya yang sesungguhnya.

"Jadi Kak Ageha memang lebih tua dari pada Aku!"

"Hanya satu tahun, tapi ya... kurasa kau bisa memanggilku Kak Ageha, Arany!"

"Ya, kurasa Aku akan melakukannya!"

Arany sudah menduga sebelumnya, jika Ageha memang memiliki usia yang lebih tuanya darinya, meski memiliki penampilan yang terlihat sangat muda dengan tubuh yang kecil. Banyak orang di dunia ini yang tidak memilik tubuh yang tinggi, jadi penampilan kecil Ageha memang masih normal.

"Kalau boleh tahu, apa yang Kak Ageha lakukan di sini?"

"Aku? Hari ini, Aku sedang libur jadi Aku ingin berjalan-jalan di sekitar kota, lalu Aku mampir ke tempat ini untuk makan siang!"

"Kalau boleh tahu, apa perkerjaanmu?"

"Aku seorang pelayan di sebuah Cafe dengan nama yang aneh!"

"Nama yang aneh?"

"Kau tidak perlu memikirkannya, sejujurnya Aku tidak terlalu ingin membicarakan Cafe itu... kau sendiri bagaimana, Arany? Apa perkerjaanmu?"

"Aku hanya perkerja kantoran biasa."

"Perkerja kantoran? Kenapa kau sudah pulang jam segini?"

"Itu... sejujurnya Aku juga tidak terlalu suka membicarakan perkerjaanku... jadi kalau bisa, Aku tidak ingin membicarakannya lebih lanjut!"

"Apa ada masalah dengan perkerjaanmu?"

Ageha bertanya dengan nada khawatir, dia bahkan mendekatkan wajahnya pada wajah Arany untuk memastikan bahwa Arany baik-baik saja. Arany dengan gugup mengalihkan pandangannya dari Ageha.

"Ini sebetulnya bukan tentangku, tapi tentang orang lain..."

"Ada apa? Jika kau memiliki masalah, kau bisa menceritakannya padaku! Siapa tahu Aku bisa membantu masalahmu!"

Aranya terdiam selama beberapa saat. Dia tidak yakin apakah dia harus membicarakan masalahnya saat ini. Perkerjaannya adalah rahasia, jadi dia tidak bisa mengatakannya dengan sembarangan. Mungkin jika dia sedikit mengaburkan ceritanya, maka dia bisa menceritakannya pada Ageha.

"Ini tentang orang yang penting bagi... perkerjaannya adalah melindungi orang-orang, tapi dia harus melakukan hal yang tidak baik untuk melaksanakan perkerjaannya!"

"Apa perkerjaannya? Polisi? Tentara?"

"Aku tidak ingin mengatakannya, tapi kau bisa menganggapnya seperti itu..."

Ada sedikit perubahan pada raut wajah Ageha, dia nampak sedikit berkeringat dari pada sebelumnya, tapi pada akhirnya Ageha hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti tanpa mengatakan apapun.

Arany juga tidak begitu ambil pusing dengan perubahan wajah Ageha yang sesaat itu. Dia kemudian dengan ragu-ragu melanjutkan kembali ceritanya.

"Kau mungkin sulit mempercayai ini, tapi dia harus membunuh orang-orang yang tidak bersalah untuk melindungi orang-orang yang lebih banyak lagi!"

"Perkerjaan itu terdengar hebat..."

"Iya... itu memang terdengar hebat, tapi Aku tidak bisa memujinya karena hal tersebut... karena pada akhirnya apa yang dia lakukan adalah pembunuhan!"

"Aku bisa mengerti apa yang kau bicarakan... meskipun itu untuk kebaikan, tapi apa yang dia lakukan memang salah!"

"Ya, itu benar..."

Suasana hening terjadi di antara mereka. Tidak ada satupun dari mereka yang nampak akan membuka mulutnya.

Ageha kemudian melihat ke arah pelayan yang sedang membawa makanan di nampan. Arany juga melihat ke arah pelayan tersebut, karena apa yang dibawa pelayan itu bukanlah pesanan Arany, jadi mungkin itu adalah milik Ageha.

"Maaf, menunggu lama!"

"Tak apa-apa!"

Pelayan itu kemudian meletakan semua makanan yang ada di nampannya pada meja Ageha dan Arany. Ageha segera menaruh semua pesanannya ke hadapannya.

"Maaf, ya... bu... pesanannya agak lama, tapi sebentar lagi jadi, kok!"

"Tak apa-apa, Aku tidak sedang buru-buru!"

Sebelum pergi pelayan itu menyempatkan diri berbicara dengan Arany dan mengabarinya tentang pesanannya. Tempat mereka memang sedang penuh, jadi wajar jika pesanannya jadi lama dibuatkan. Arany hanya memberikan senyuman pelayan tersebut sebagai tanda bahwa dia tidak masalah dengan hal tersebut.

Di seberang mejanya, Ageha nampak belum menyentuh pesanan yang berupa steak salmon dan parfait yang berukuran sedang. Dia nampak sedang menunggu sesuatu.

"Kau boleh makan duluan, tidak perlu menunggu pesananku!"

"Tidak apa-apa, Aku akan menunggu, kok! Lebih penting lagi, bukankah ada yang ingin kau katakan atau tanyakan lagi?"

Arany menundukan kepalanya. Mungkin ini bukan ide yang baik untuk menanyakan hal ini pada warga sipil, tapi sepertinya dia memang memerlukan pendapat dari orang di luar ATS mengenai masalah ini.

"Seperti yang kukatakan tadi... dia telah melakukan hal yang buruk demi kebaikan yang lebih besar, tapi Aku tidak bisa setuju dengan hal tersebut... Aku tidak bisa menganggap bahwa hal tersebut adalah benar... menurutmu... apa yang sebaiknya kulakukan?"

Suasana hening kembali tercipta. Entah mengapa Arany merasa sangat gugup saat menunggu jawaban dari Ageha sampai dia tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Butuh waktu cukup lama, sebelum akhirnya Ageha memberikan jawaban yang ditunggu Arany.

"Menurutku, kau bisa melupakan semua hal tentang apa yang dia lakukan! Kau hanya perlu fokus pada apa yang menurutmu benar! Mau tindakannya itu benar atau bukan, itu bukanlah kau yang harus memutuskan hal tersebut! Jadi kau tidak perlu memikirkannya!"