webnovel

Berbincang dengan ATS (3)

"Apakah ada orang lain yang berada di lantai atas?"

Pertanyaan itu terus saja terngiang-ngiang di dalam kepala Meister. Sejujurnya dia bukannya tidak menyangka bahwa ada kemungkinan mereka akan sadar bahwa ada orang lain di lantai atas Cafe ini, tapi dia benar-benar tidak menyangka bahwa mereka akan menanyakan hal tersebut secara terangan-terangan. Dia sepertinya memang ingin menantang mereka.

Padahal tidak mungkin dia menyadari bahwa Meister dan yang lain bukanlah manusia, tapi kenapa dia berani menanyakan sesuatu yang membuatnya terdengar seperti sedang menantang seseorang? Jika salah bicara, seharusnya dia tahu bahwa Meister akan menghubungi polisi, bagaimanapun dia telah mengancam pria tua itu di awal pembincangan mereka. Seharusnya pria tua itu sadar bahwa itu bukan sekedar gertakan.

Meister sudah tahu jika Polisi dan ATS bukanlah organisasi yang saling berkerja sama, jadi dia tahu jika mereka bisa terkena masalah, jika mereka sampai dilaporkan oleh polisi. Meskipun mereka bisa terbebas dari penjara dengan bantuan dari pemerintah, tapi ditangkap oleh polisi tetaplah sesuatu yang merepotkan.

"Ada apa, Pak? Kenapa kau terkejut seperti itu?"

"Iya, tidak ada... Aku hanya tidak menyangka bahwa kau bisa menebak hal tersebut! Apakah kau bisa mendengar suara mereka dari sini?"

Meister kembali tersadar saat mendengar suara dari Anton. Pikirannya benar-benar dibuat kacau hanya dari pertanyaan itu. Meister sudah sadar jika mereka berdua sudah mengetahui jika ada orang lain di lantai atas, jadi sepertinya tidak ada gunanya dia berbohong. Lebih baik dia mengakui jika ada orang lain, tapi dirinya tetap harus berusaha untuk tidak membiarkan mereka berdua memeriksa lantai atas.

"Tentu saja tidak... Aku hanya pria tua biasa... Aku tidak mungkin memiliki kemampuan untuk mendengar seseorang yang berada di lantai yang berbeda denganku... mungkin saja Aku bisa, jika Aku adalah manusia serigala atau semacamnya."

"Manusia Serigala? Apakah kau bisa berubah saat bulan purnama bersinar?"

"Sudah kubilang bahwa Aku bukan manusia serigala, kan? Apa mungkin kau percaya dengan adanya manusia serigala?"

"Aku sejujurnya sudah mencari keberadaan mereka sejak saat Aku masih bocah kecil! Dan Aku tidak pernah menyerah sampai saat ini!"

"Begitukah? Kau orang yang aneh!"

Untuk saat ini Meister mencoba untuk tidak berbohong sebisa mungkin. Dia merasa bahwa pria tua itu akan mengetahui jika dirinya sampai berbohong, bahkan hanya sedikit saja. Dia memang selalu mencari keberadaan dari manusia serigala dan mahluk lainnya dari dia kecil, bahkan dia tidak pernah menyerah melakukan hal itu di usianya saat ini.

"Kurasa Aku tidak seaneh dirimu, Tuan!"

Meskipun sedikit, tapi Meister melihat perubahan pada raut wajah pria di hadapannya. Hal itu memang terjadi sangat sebentar dan dia segera kembali membuat wajah tenangnya, tapi Meister tidak melewatkan hal tersebut. Sepertinya dia tidak suka dipanggil sebagai orang aneh oleh orang seaneh Meister, harga dirinya pasti tersakiti. Ageha yang sudah mendengarkan pembicaraan mereka dari awal bisa mengerti perasaan orang tua itu dan merasa sedikit simpati untuknya.

"Kau sepertinya suka membalas perkataan orang lain, ya..."

"Tidak juga... Aku mengenal orang lain yang lebih jago untuk membalas perkataan orang lain!"

Meister sekarang merasa bahwa dia sedang berada di posisi yang menguntungkan. Dia bisa memimpin pembicaraan mereka, kalau seperti ini, mereka tidak perlu membahas topik tentang orang yang berada di lantai atas.

"Apakah orang itu ada di lantai atas?"

Atau tidak, pria tua itu ahli dalam mengalihkan kembali pembicaraan ke topik yang dia inginkan. Lengah sedikit, Meister merasa bahwa dia akan membocorkan informasi yang penting pada pria tua itu.

"Tidak, dia tidak berada di sana!"

"Kalau begitu, orang seperti apa yang berada di lantai atas? Kenapa kau tidak mengundang mereka untuk bergabung dengan kita?"

"Orang yang suka membuat masalah... kau pasti akan menyesal, jika kau bertemu dengan mereka!"

Meskipun Arya dan Roy tidak benar-benar suka membuat masalah seperti yang dikatakan oleh Meister, tapi mereka memang suka terlibat dengan masalah.

"Aku malah semakin ingin bertemu dengan mereka, apa yang sedang mereka lakukan di atas? Kenapa mereka tidak membantumu di sini?"

"Sejujurnya cafe ini tidak terlalu ramai, jadi Aku masih belum membutuhkan bantuan mereka... jadi dari pada membiarkan mereka membuat masalah di sini, Aku membiakan mereka bersenang-senang di lantai atas."

"Begitukah? Jika dilihat-lihat tempat ini memang sangat sepi, bahkan Aku hanya melihat kami berdua dari saat kami masuk cafe ini... Apakah kau tidak memiliki pelanggan lainnya?"

Perempatan muncul di dahi Meister. Dengan ini jelas sudah, pria tua di hadapannya memang benar-benar ingin memprovokasi dan menantangnya. Untung saja Meister ingat jika dia tidak boleh kehilangan kendalinya atau mencoba menyerangnya, jika tidak maka dia sudah menghajar wajah keriput pria itu. Dia harus ingat jika pria di hadapannya adalah orang yang sangat berbahaya dan bisa membuat orang-orang sepertinya, bukan hanya kehilangan tempat tinggal, tapi juga sampai kehilangan nyawa.

"Kau tidak perlu khawatir, Tuan! Kami memiliki cukup banyak pelanggan di jam makan siang, kami memang jarang mendapatkan pelanggan di jam-jam ini... biasanya hanya para pengangguran atau orang yang tidak punya kerjaan yang mau mampir pada jam seperti ini!"

Sekarang giliran pria tua di hadapannya yang harus menahan amarahnya. Pria tua itu sadar jika Meister sedang memprovokasinya. Tindakan seperti itu jelas tidak normal bagi orang biasa, karena biasanya pemilik tempat makan akan menyuruh mereka pergi, jika mereka menghina tempat makannya atau membuat tempat makan itu tidak nyaman. Akan tetapi sayangnya situasi mereka saat ini juga tidak membuktikan bahwa Meister bukanlah manusia biasa. Dia memang orang yang aneh, tapi tindakannya masih tidak mencerminkan mahluk menjijikan itu bersikap.

Pria tua itu memang curiga dengan tempat ini saat pertama kali dia masuk, karena dia bisa merasakan aura yang tidak menyenangkan dari cafe ini. Hal itu bukan karena tempat ini tidak nyaman untuk makan, tapi itu karena instingnya mengatakan bahwa orang-orang yang berada di sini adalah orang yang perlu dia waspadai, bahkan orang aneh di hadapannya juga membuatnya merasa tidak nyaman.

Dari awal dia sudah mencoba untuk membuat mereka keceplosan dan memberinya informasi yang berguna, tapi sayangnya mereka berdua cukup pandai untuk menutupi identitas mereka yang sebenarnya. Pria tua tidak tidak memiliki bukti apapun mengenai siapa mereka sebenarnya, apakah mereka adalah manusia atau bukan?

Pria di hadapannya juga sangat pandai berbicara dan membuatnya marah. Untung saja dia masih bisa menjaga sikapnya atau kalau tidak dia pasti sudah membuat keributan dan membuatnya harus berurusan dengan polisi.

Pria muda di sampingnya juga tidak banyak membantu, dia hanya berdiam diri dan tak mengatakan apapun. Dia tahu bahwa rekannya itu sedang mengamati lingkungan di sekitarnya, tapi jika dia hanya duduk-duduk di tempat duduknya, maka lebih baik dia pergi dari tempat itu. Dia bahkan tidak bisa membuat isyarat pada rekannya itu, karena takut pria di hadapannya akan semakin curiga dan benar-benar memanggil polisi.

"Ada apa, Tuan? Kenapa kau terdiam?"

"Tidak apa-apa, Aku hanya sedang sedikit berpikir."

"Berpikir? Kalau boleh tahu apa yang sedang kau pikirkan saat ini, tuan?"

'Bagaimana caranya membuatmu mengaku bahwa kau adalah mahluk yang menjijikan!?'

Pria itu sebetulnya ingin membalasnya dengan kalimat itu, tapi sayangnya dia tidak mungkin mengatakan hal seperti itu. Dia tidak punya bukti apapun untuk membuktikan bahwa pria di hadapannya dan pelayan tadi bukanlah manusia, melainkan adalah mahluk menjijikan.

Meister menatap lawan bicaranya dengan pandangan menganalisa. Meskipun dia tidak memberikan jawaban, tapi Meister bisa menebak apa yang sebetulnya dia pikirkan. Dia pasti berpikir bagaimana caranya Meister membuat kesalahan dan menyebutkan secara tidak langsung bahwa dirinya bukanlah manusia. Benar-benar lelaki yang sangat licik.

"Aku hanya berpikir bagaimana cara untuk mengundang orang-orang yang berada di lantai atas untuk bergabung dengan kami... sejujurnya Aku merasa sudah bosan berbicara dengan dirimu!"

'Jika kau sudah bosan, kenapa kau tidak segera pergi!?'

Meister sangat ingin meneriakan hal itu, tapi dia tetap menahan dirinya. Dia masih mengeluarkan senyumannya.

"Maafkan Aku... jika Aku tidak bisa menghiburmu, Tuan!"

"Tidak masalah... kau hanya perlu memanggil mereka dan Aku akan mentraktir mereka semua yang ingin mereka makan! Tenang saja, Aku akan benar-benar membayar semua yang mereka makan!"

'Jika kau melakukan itu, kau akan kehilangan semua uang yang ada di dompetmu!'

Meister dan Ageha memikirkan hal tersebut di saat yang sama. Roy adalah pria yang sangat besar, maka wajar jika dia memiliki nafsu makan yang besar juga. Sementara Arya adalah manusia serigala yang terkenal dengan kerakusannya, terutama jika menyangkut daging. Meister dan Ageha sangat yakin jika mereka berdua sudah lebih dari cukup untuk menghabiskan semua bahan makanan yang ada di dapur, bahkan jika Meister baru mengisi ulang persediaan mereka.

"Lebih baik jangan, mereka bisa menghabiskan semua uangmu!"

"Eh, begitukah... Aku tidak tahu kalau mereka sangat rakus."

"Namanya juga anak muda, wajar jika mereka memiliki nafsu makan yang besar!'

"Aku malah jadi semakin tertarik dengan mereka saat kau mengatakan itu!"

Setelah pria di hadapannya mengatakan itu, Meister menyadari bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan. Dia mengatakan bahwa mereka adalah orang yang rakus secara tidak langsung. Mahluk seperti mereka memang sudah diketahui memiliki nafsu makan yang lebih besar dari pada manusia biasa, jadi mendengar kata yang berhubungan dengan rakus akan membuat anggota ATS menjadi waspada.

"Kenapa kau terlihat tidak ingin undang mereka ke sini? Memangnya apa yang mereka lakukan di atas sana sehingga membuatmu tidak ingin mengundang mereka?"

"Sejujurnya mereka adalah orang-orang yang sangat merepotkan dan Aku tidak ingin mereka membuat masalah di sini!"

"Lalu kenapa kau masih membiarkan mereka berada di lantai atas? Kenapa tidak kau usir mereka?"

"Aku tidak mungkin mengusir temanku sendiri! Meskipun mereka merepotkan, tapi mereka adalah teman yang menyenangkan!"

"Jika mereka menyenangkan kenapa kau tidak ingin mengundang mereka ke sini? Aku tidak masalah jika harus berhadapan dengan pembuat onar, bahkan bisa dikatakan Aku sangat menyukai orang-orang yang suka berbuat onar!"

"Kau benar-benar orang yang aneh, Tuan! Kenapa kau mau bertemu dengan orang-orang yang suka berbuat onar, padahal biasanya orang-orang akan menghindari mereka!"

"Aku hanya menyukai mereka! Aku tidak memiliki alasan khusus apapun untuk menyukai mereka, tapi kurasa tidak ada salahnya untuk menyukai mereka, kan?"

"Kurasa kau benar!"

Mereka terus berbicara seperti itu selama beberapa menit kedepan. Meister terus saja mengelak saat pria di hadapannya ingin mengundang Arya dan Roy untuk bergabung dengan mereka. Meister sadar jika dia terus mengelak, maka dirinya akan terlihat sangat mencurigakan, tapi dirinya tidak memiliki pilihan lain. Apapun caranya dia tidak bisa membiarkan pria di hadapannya bertemu dengan Arya dan Roy, terutama Roy.

"Kau tahu, Tuan... jika kau terus memaksa, maka Aku mungkin akan dengan terpaksa memanggil polisi!"

Setelah dia mengatakan itu, dia berhasil membuat lawan bicaranya terdiam, meski hanya selama beberapa detik.

"Kau tidak perlu memanggil polisi hanya untuk masalah kecil seperti ini... Aku hanya ingin bertemu dengan orang-orang yang berada di lantai atas, Aku sama sekali tidak berniat jahat!"

"Aku sudah mengatakan bahwa Aku tidak ingin mereka bertemu denganmu.... Aku sebetulnya tidak ingin mengatakan hal ini, tapi karena kau sangat memaksa, maka Aku akan jujur, kau membuatku merasa tidak aman, jadi Aku tidak ingin kau bertemu dengan mereka dan mencelakai mereka... bahkan apa yang kau lakukan pada Ageha membuatku sangat tidak menyukai dirimu, tuan!"

"Aku tidak menyakitinya!"

"Tapi kau membuatnya takut!"

"Aku tidak berniat menakutinya!"

"Meski begitu, kau tetap membuatnya takut! Kau bahkan tetap memaksanya untuk menemanimu, bahkan saat kau sadar bahwa dia ketakutan!"

"Aku tidak tahu bahwa dia takut padaku dan Aku juga tidak merasa bahwa Aku telah memaksanya melakukan sesuatu!"

"Aku tahu bahwa kau hanya pura-pura tidak tahu!"

Meister dan pria tua di hadapannya saling memandangan satu sama lain dengan tatapan tajam. Mereka sekarang sudah tidak lagi menutupi ketidaksukaan mereka terhadap lawan bicara mereka, bahkan mereka sudah tidak lagi menunjukan senyuman mereka.

"Dari pada itu, kau tadi sempat mengatakan bahwa kalian akan membicarakan hal yang serius, tapi dari tadi Aku tidak mendengar sesuatu yang serius... jika kau mengatakan bahwa pembicaraan kita dari awal adalah pembicaraan penting, maka Aku memintamu untuk keluar dari sini, sebelum Aku memanggil polisi!"

Meister memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan, sebelum pria tua itu memojokan dirinya dan membuatnya salah bicara.

"Sebetulnya Aku tidak ingin membicarakan ini, sebelum kita bertambah akrab, tapi sepertinya Aku perlu mengatakan ini!"

Meister entah mengapa merasa sangat gugup saat mendengar hal tersebut. Dia memasang telinganya baik-baik untuk mengantisipasi apa yang akan dia katakan selanjutnya.

"Aku tahu bahwa kau mungkin saja melakukan sebuah pelanggaran hukum!"

Satu kalimat sederhana itu sudah cukup untuk membekukan seluruh ruangan, Meister bahkan sampai lupa bernafas selama beberapa saat, begitu juga dengan Ageha yang masih menguping pembicaraan mereka dari dapur.

Apakah mereka tanpa sadar telah membuat suatu kesalahan yang membuat pria tua itu mengetahui bahwa mereka bukanlah manusia biasa? Pertanyaan yang dipenuhi dengan kegelisahan dan kekhawatiran itu terus saja memenuhi seluruh isi kepala Meister dan Ageha.