webnovel

Tidak Ingin Terulang Kembali

Setelah mereka sampai di rumah Eira, mereka bertiga turun lalu masuk menyapa kedua orang tua Eira.

"Selamat siang tante, kami kembali," kata Yara.

"Aku pulang!" sahut Eira.

"Eira, jangan seperti itu, kau sedang menyapa orang tuamu," ujar Geo.

"Benar mereka orang tuaku yang mengarahkan anaknya dalam bahaya," jawab Eira.

"Ibu kamu juga tidak tahu tentang itu Ra," kata Geo.

"Maka dari itu aku paling tidak suka jika di suruh kencan buta," jawab Eira kesal.

"Biar aku saja yang bicara pada Ibumu, kau pergilah jika kau masih mendahulukan emosimu!" kata Yara menyuruh Eira masuk ke kamar.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa dia pulang-pulang marah denganku?" tanya Ibu berjalan ke ruang tamu.

"Mungkin karena kau terlalu memaksanya untuk segera memiliki kekasih, putriku tidak suka jika dalam pasangan hidupnya di campuri," jawab Ayah.

"Tapi kita orangtuanya," kata Ibu.

"Ah duduklah Nak Yara," kata Ayah yang melihat Yara masih berdiri.

"Bagaimana rencana kita Yara?" tanya Ibu.

"Maaf bu, sepertinya Eira tidak menyukai mereka, tetapi ada satu orang yang membuatnya baper, tapi menurutku sebaiknya biarkan mereka dekat terlebih dahulu," jawab Yara.

"Yang mana yang membuatnya baper Ra?" tanya Ibu penasaran.

"Namanya Vee yang juga sedang perjalanan bisnis di sana Bu, tapi satu orang yang membuat Eira dalam bahaya," jawab Yara.

"Siapa dia? Apa yang terjadi pada anakku?" tanya Ayah kesal melihat Ibu.

"Tenanglah Ayah, hanya saja dia orang yang tidak sopan dan sangat lancang, untung saja Eira belum di apa-apain sama Deniz," jawab Yara.

"Namanya Deniz?" tanya Ayah.

"Ya Ayah," jawab Yara.

"Apa yang kamu maksudkan ke sana Yara?" tanya Ayah.

Yara menganggukan kepalanya.

"Baiklah, kalau begitu kita fokus ke Nak Vee saja, mungkin mereka bisa lebih dekat lagi," kata Ibu.

"Baik Bu, tapi apa saya boleh bicara Bu?" jawab Yara.

"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Ibu.

"Eira tidak menyukai rencana Ibu jika ingin menyuruhnya untuk pergi kencan buta lagi, mungkin dia trauma akan kejadian kemarin di sana Bu," kata Yara.

"Aku sudah mengatakan itu pada Ibunya Eira, tapi dia tidak mendengarkanku," sahut Ayah.

"Eira gadis yang cantik dan berbakat Om, Tante, biarkan dia sendiri yang memilih pasangan hidupnya, aku percaya takdirnya akan baik-baik saja," timbal Geo.

"Ouh ini siapa Nak Yara?" tanya Ayah.

"Om dan Tante lupa denganku?" tanya Geo.

"Nak Geo, kapan kau pulang Nak, sudah lama tidak bertemu," kata Ibu.

Pembicaraan pun berhenti di situ dan mereka sibuk dengan pembicaraannya dengan Geo. Tak lama Yara dan Geo pun pamit karena harus menyiapkan segalanya untuk bekerja besok.

"Tunggulah sampai makan siang Nak," kata Ibu.

"Tidak Bu, kami sungguh memiliki waktu yang terus mengejar kita," jawab Yara.

"Baiklah kalau begitu, kalian berhati-hatilah di jalan, aku akan coba bicara dengan Eira," kata Ibu.

"Baik Bu," jawab Yara.

"Kami permisi Om, Tante," kata Geo.

Mereka pun pergi dari rumah Eira. Ibu dan Ayah Eira langsung naik menuju kamar Eira untuk melihat Eira. eira duduk diam di balkon kamarnya.

"Kau masih tetap sama seperti dulu sayang, kenapa kau selalu suka duduk diam di sini?" tanya Ayah.

"Aku merasa senang saja duduk di sini Yah, aku bisa menenangkan pikiranku saja," jawab Eira.

"Apa kau baik-baik saja selama di sana? Apa terjadi sesuatu saat di sana? Lalu apa kah menyenangkan berlibur di sana?" tanya Ayah.

"Semua baik-baik saja Yah, ayah jangan khawatir Yara dan Kak Geo menjagaku dengan sangat baik, apa Yara mengatakan sesuatu?" tanya Eira.

"Ya, kami mendengar jika lelaki yang di kirim Ibu mu sudah bersikap kurang ajar padamu, apa kau baik-baik saja?" jawab Ayah.

"Aku takut saat itu, tapi seseorang menyelamatkan aku Yah, jadi aku selamat tidak ada yang terjadi malam itu, tapi aku tidak mau melakukannya lagi, apa Ayah bisa mengatakannya pada Ibu?" tanya Eira.

"Baiklah, maafkan Ibu Ra, Ibu tidak akan memaksa mu lagi, tapi tolong berhentilah menghayal dengan lelaki di dalam mimpimu itu ya," kata Ibu.

"Tapi bagaimana jika lelaki yang di dalam mimpiku itu yang menyelamatkanku Bu?" tanya Eira.

"Jika benar begitu bawalah ke sini dan Ibu akan langsung merestui kamu," jawab Ibu dan meninggalkan Eira.

"Sudah jangan di pikirkan, Ibumu memang seperti itu," kata Ayah.

Eira pun mengangguk.

"Baiklah kalau begitu kau pasti lelah, istirahatlah dan nanti sore bangun untuk pergi dengan Ayah," kata Ayah.

"Kemana Yah?" tanya Eira.

"Ke halaman rumah saja, sudah lama kita tidak bermain di sana bukan? kita nanti akan berolah raga dan merawat bunga yang dulu kau taman itu," kata Ayah.

"Apa mereka masih Yah?" tanya Eira.

"Tentu saja masih, mereka semakin banyak dan indah" jawab Ayah.

"Baik, kalau begitu aku akan istirahat sebentar Yah," kata Eira.

Ayah meninggalkan Eira sendiri untuk beristirahat. Eira ingin tidur tetapi dia tidak merasa mengantuk karena sepanjang perjalanan dia tertidur. Eira memutuskan untuk membuka laptopnya dan menulis di balkon kamarnya sembari melihat pemandangan luar. Eira menulis agar besok kerjanya tidak terlalu lelah. Setelah menghabiskan dua jam untuk menulis Eira pun teringat oleh lelaki yang dilihatnya tadi saat di pesawat.

"Apa itu kau? Apa kau ke sini Lord?" gumam Eira.

Eira pun menutup laptopnya dan berdiri melihat bawah tepat halaman samping rumahnya. Ayah yang melihat Eira berada di balkon pun memanggil Eira.

"Nak, kau sudah bangun?" tanya Ayah.

Eira menganggukan kepalanya.

"Kemarilah Nak, ayo kita berolah raga sore di taman belakang rumah!" kata Ayah.

Eira pun mengangguk lagi dan berjalan keluar kamar. Saat membuka pintu Ibu Eira sudah ada di depan kamarnya.

"Eira, kau sudah bangun?" tanya Ibu.

"Aku tidak bisa tidur, ada apa Bu?" tanya Eira.

"Apa kau masih marah dengan Ibu?" tanya Ibu.

"Aku tidak ingin marah pada Ibu, aku hanya kesal saja dengan rencana Ibu yang gagal itu, sudahlah jangan di bahas lagi, tidak ada lain kali ya Bu," kata Eira.

"Baiklah, kalau begitu kau ingin ke mall?" tanya Ibu.

"Ibu mau membeli sesuatu?" tanya Eira.

"Aku pikir kau ingin bermain game," jawab Ibu.

"Baik, kalau begitu nanti setelah aku dan Ayah selesai berkebun," jawab Eira.

"Oke, Ayahmu sudah menunggumu di halaman belakang," kata Ibu.

"Emm," jawab Eira menganggukan kepalanya.

Eira bergegas menemui Ayahnya.

"Ayah aku datang, apa yang akan kita lakukan pertama kali?" tanya Eira.

"Kita bisa berlari memutari taman ini bersamaku terlebih dahulu Ra," jawab Ayah.

Eira pun mengikuti arahan dari Ayahnya dan pergi berlari mengelilingi taman bersama dengan Ayah. setelah lelah mereka duduk di bawah pohong besar yang ada ayunannya, di sana adalah tempat di mana Eira dulu sering bermain.

"Baiklah kalau begitu apa yang selanjutnya kita lakukan Yah?" tanya Eira.

"Lihatlah di sana!" ucap Ayahnya sambil menunjuk ke arah samping Eira.

"Wahhh bunga yang aku tanam dulu jadi sebanyak ini Yah?" tanya Eira.

"Ya," jawab Ayah.

"Sangat indah," ujar Eira.

"Aku ingin kamu juga akan tetap indah di masa yang akan datang anakku," jawab Ayah.

Eira pun tersenyum melihat Ayahnya dan memeluknya dengan erat.