Eira bertanya-tanya tentang apa yang di lakukan oleh Yara sejak masuk di dalam pesawat.
"Apa yang kamu lakukan Ra?" tanya Eira.
"Ahhh aku hanya mencoret nama orang yang sudah berkencan denganmu, tapi tidak kau pilih, anggap saja mereka tidak masuk ke kriteria kamu," jawab Yara.
"Semua tidak akan masuk ke kriteria ku Ra," ujar Eira.
"Setidaknya kau sudah menghadiri semua kencannya itu sudah cukup, jangan banyak mengeluh lagi, tidurlah!" kata Yara.
Eira pun tidak menjawab Yara dan memejamkan matanya tetapi dia tidak bisa tidur, dia memaksa matanya untuk tidur tetapi dia merasa tidak bisa tidur.
"Yara, aku rasa aku sedang merasa aneh pada diriku," ucap Eira.
"Kenapa? kau mabuk?" tanya Yara.
"Tidak, aku hanya tidak bisa tidur," jawab Eira.
"Astaga aku kira kau mabuk pesawat, jika kamu tidak ngantuk ya tidak bisa tidur," jawab Yara.
"Tapi bukankah aku akhir-akhir ini mudah sekali untuk tidur?" tanya Eira.
"Iya juga yang kamu katakan itu, lalu kau sedang memikirkan apa?" tanya Yara.
Eira pun berpikir sejenak.
"Atau jangan-jangan dia tidak ingin menemui ku Ra, dia marah denganku Ra, jadi dia tidak ingin aku tidur dan bertemu dengannya," kata Eira.
"Bisa jadi seperti itu, tapi tidak papa bukankah malah bagus, kau juga bisa dengan tenang berkencan dengan yang lainnya, sudah relakan saja dia cari saja lelaki di sana nanti," jawab Yara.
Eira kesal dengan jawaban Yara, dia pun memejamkan matanya lagi, tetapi malah membuatnya semakin kesal, akhirnya dia hanya membaca komik saja sambil menunggu pesawat turun.
"Di mana dia, kenapa aku tidak bisa tidur, apa ini kerjaan dia? Lalu bagaimana jika aku mau menemuinya?" gumam Eira dalam hati.
Tak lama kemudian mereka pun sampai di bandara, mereka pun turun dan segera memesan taxi, sebelum pergi dari bandara mereka pun memutuskan untuk pergi membeli snack pengisi perut sebelum makan siang tiba. Setelah mendapatkan apa yang mereka cari mereka pun segera masuk ke taxi yang sudah menunggu di depan supermarket bandara.
"Pak kita langsung ke hotel ini ya!" kata Yara sambil menunjukan alamat di ponselnya.
Mereka pun menikmati pemandangan di paris sambil memakan camilan yang mereka beli di supermarket tadi.
"Eira kok tumben kau tidak tidur?" tanya Yara.
"Aku tidak tahu, aku ingin tidur tapi mataku belum ingin tidur, aku juga belum mengantuk, apa kamu bisa membelikan aku obat tidur?" tanya Eira.
"Baiklah nanti kita ke apotek dulu beli obatnya," jawab Yara.
"Terimakasih Ra," ucap Eira dan kembali memandang suasana dari dalam mobil dengan pandangan kosong.
"Berhentilah memikirkan itu, mungkin dia butuh sendiri dulu," ujar Yara.
"Tapi aku ingin bicara padanya, terakhir kali aku bicara dengannya tadi, aku sangat kasar sekali, aku ingin minta maaf padanya, tapi dia sekarang tidak ada kabar dan juga aku tidak bisa menemuinya," jawab Eira.
"Ini yang aku khawatirkan Ra, kau ada masalah dengannya tapi hanya kau yang kebingungan untuk mencarinya, kau bingung cara untuk bertemu dengannya, lalu masalah ini kau sendiri yang akan menderita," kata Yara.
Eira hanya diam saja.
"Lupakan dia Ra, dia hanya sekedar bunga tidur di setiap tidur mu, dia tidak nyata, kau harus memilih lelaki yang benar-benar bisa menyentuhmu di sini," lanjut Yara.
"Aku tidak bisa, aku sudah berjanji padanya, dia juga berjanji akan menemuiku di sini kok, aku akan menunggunya, aku tidak peduli jika itu harus mengorbankan diriku hingga tua tanpa seorang pasangan hidup," jawab Eira.
"Kau ini sulit sekali di bilangin Ra, aku hanya ingin kau tidak menderita, kau sudah tidak pernah berpacaran, sekalinya pacaran kau menjalin hubungan dengan lelaki halu di dalam mimpimu, aku tidak bisa berkata apa-apa jika itu sudah menjadi keputusan kamu," kata Yara.
Eira pun mengangguk. Tak lama kemudian mereka sampai di hotel yang sudah mereka pesan. Sesampainya di hotel Ibu Eira pun menghubungi Yara.
"Ra, ini Ibu mau bicara denganmu," kata Yara dan memberikan ponselnya.
"Ada apa bu?" tanya Eira.
"Bagaimana dengan kencanmu?" tanya Ibu.
"Baik-baik saja bu," jawab Eira.
"Lalu apa kau menyukainya?" tanya Ibu.
"Mereka semua tapan dan kaya bu, tapi belum ada yang Eira mau," jawab Eira.
"Seharusnya kau sudah bertemu dengan dua orang lelaki bukan?" tanya Ibu.
"Sudah, tapi memang belum ada yang mencuri hatiku ibu," jawab Eira.
"Baiklah ibu akan menghubungi kamu lagi jika semua lelaki sudah kau jumpai," kata Ibu dan mematikan ponselnya.
"Huhh…ibu macam apa yang menghubungi anaknya hanya untuk menanyakan lelaki, harusnya dia menanyakan keadaanku bukan?" gumam Eira kesal dan memberikan ponsel Yara.
"Tapi mengapa Ibu tidak menelepon ponselmu sendiri Ra?" tanya Yara.
"Ponselku mati, ini baru mau di cas," jawab Eira.
"Ahhh pantas saja," kata Yara.
Setelah mengantar Eira ke kamarnya, Yara pun kembali ke kamar nya sendiri tepat di sebelah kamar Eira. Malam pun tiba mereka tidak banyak melakukan aktivitas, setelah makan malam Eira dan Yara memutuskan untuk tidur karena besok masih harus menjalankan tugas dari Ibu Eira.
"Tidurlah, aku akan kembali ke kamarku sendiri, jika ada apa-apa telpon saja aku ya, kalau kau lapar di tengah malam kau bisa buka kulkas mini di sana," kata Yara.
"Baik, aku sudah mengerti, kembalilah aku ingin segera tidur," jawab Eira.
"Kau sudah meminum obatnya?" tanya Yara.
"Sudah," jawab Eira.
"Baiklah silahkan tidur," kata Yara.
Mereka pun berpisah kembali untuk tidur di kamar masing-masing. Setelah Yara pergi Eira pun mencoba untuk tidur dan akhirnya dia bisa tertidur berkat obat tidur yang dia minum. Setelah tidur di tengah malam ia pun terbangun.
"Kenapa aku tidak bermimpi bertemu dengannya?" tanya Eira.
"Di mana dia? Kenapa sama sekali tidak ada di dalam mimpiku, lalu kenapa aku juga tidak memimpikannya? Aku harus tidur kembali!" gumam Eira.
Eira pun mencoba untuk kembali tidur, dia berhasil tidur lagi tetapi dia tidak bermimpi sama sekali, tidurnya pun sebentar-sebentar dan bangun kembali.
"Kenapa aku bangun lagi?" tanya Eira melihat jam dan ternyata sudah jam dua pagi.
"Dia benar-benar marah denganku, dia menghilang tanpa kabar, apa yang harus akau lakukan?" tanya Eira dan kembali merebahkan badannya.
Saat merebahkan badannya dan ingin kembali tidur, perut Eira pun berbunyi.
"Aku akan makan dulu, siapa tahu setelah aku makan aku akan memimpikan dia dan bertemu dengannya," ujar Eira.
Eira pun bangun dan mencari makanan di kulkas mini yang di katakana oleh Yara.
"Wahhh ini kulkas kecil aku kira hanya ada snack dan minuman, ternyata lengkap juga di dalamnya," gumam Eira.
Eira pun mengambil makanan ringan dan memakannya tak lupa Eira juga minum bir buat menemani makanan ringanya. Setelah makan dan minuman habis Eira pun kembali ke ranjangnya.
"Aku akan memimpikan kamu kan Lord?" gumam Eira.
Eira pun memejamkan matanya dan tertidur hingga pagi dengan harapannya yang tidak terwujud karena semalaman dia tidak bermimpi Lord sama sekali. Hingga pukul sembilan pagi Eira belum juga bangun. Yara sudah berusaha membangunkan Eira tetapi dia belum juga bangun, mungkin karena bir yang dia minum hingga membuatnya mabuk dan tertidur pulas.