webnovel

Merasa Hampa

Yara kembali masuk ke kamar Eira untuk membangunkannya.

"Eira, bangunlah kita akan segera pergi, di jam makan siang kau harus kencan!" kata Yara menggoyang-goyangkan Eira.

"Kenapa kau semalam minum, kau baru minum obat tidur dan di tambah lagi kau minum bir, kenapa kau tidak bisa menjaga kesehatan kamu Ra, kita di sini untuk bersenang-senang bukan untuk bersedih," kata Yara yang percuma karena Eira tidak mendengarnya.

"Kau ini tidur atau mati sih!" lanjutnya.

Yara pun kesal dan terus menggoyangkan badan Eira.

"Kau ini kenapa sih Ra, aku masih ingin tidur, aku belum juga bermimpi Lord, aku akan tidur terus hingga bertemu dengannya," jawab Eira.

"Hah! Kau ini tidur seperti orang mati hanya untuk mimpi?" tanya Yara.

"Emmm," jawab Eira.

"Tidak kau tidak boleh tidur lagi, lihatlah sekarang sudah jam sepuluh pagi, kau harus mandi dan bersiap pergi untuk makan siang dengan lelaki pilihan ibumu," kata Yara.

"Sekarang sudah jam sepuluh?" tamya Eira membuka matanya.

"Tapi aku belum memimpikan Lord, aku masih ingin tidur," lanjut Eira.

"Mimpi itu tidak bisa di rencanakan, lebih baik sekarang kau bangun dan mandi," kata Yara menarik tangan Eira untuk bangun.

"Baiklah baiklah jangan tarik tarik aku aku akan bangun dan mandi, tanganku sakit jika kau tarik begini," kata Eira.

"Bagus, sana segera siap ya!" jawab Eira.

Eira pun masuk ke kamar mandi Yara menunggunya di kamar Eira.

"Kenapa dia jadi gila akan lelaki itu, apa ini sebenarnya, mengapa hal aneh terjadi padanya?" gumam Yara.

Tak lama kemudian Eira pun keluar dari kamar mandi dengan lesu.

"Ayolah sayang, jangan pasang muka seperti itu, aku lihat dari fotonya dia tampan loh," ujar Yara.

"Aku tidak peduli, di mataku hanya Lord yang tampan," jawab Eira.

"Terserah kau ayo kita segera ke sana," kata Yara.

"Kemana?" Tanya Eira.

"Ya menemui teman kencanmu itu," jawab Yara.

"Di mana?" Tanya Eira.

"Di pinggir danau, ya di restaurant lah kita kan mau makan siang," kata Yara.

"Aku kira beneran di pinggir danau, aku ingin ke pinggir danau Ra," ujar Eira.

"Aku salah jawab begitu, huft baiklah nanti sore kita ke sana," jawab Yara.

"Yeay…" kata Eira senang.

Mereka pun berangkat ke tempat yang sudah di putuskan oleh Yara. Sesaampainya di sebuah restaurant barat mereka pun langsung turun dan menuju meja yang sudah di pesan. Lelaki yang menjadi pasangan kencan Eira pun belum sampai di sana.

"Dia belum datang Ra?" tanya Eira.

"Kau sudah melihatnya?" tanya Yara.

"Belum," jawab Eira.

"Jika belum berarti memang belum datang, sudah duduklah dan tunggu dia sambil minum, aku akan duduk di sebelah sana untuk makan juga jika ada apa-apa kau bisa memanggilku dengan cepat," kata Yara.

"Baiklah," jawab Eira.

Mereka pun memesan makanan dan juga minuman yang mereka sukai, setelah makanan dan minuman datang lelaki itu pun juga datang dengan membawa sebuah bunga mawar merah.

"Apa kau Eira?" tanyanya.

"Ya, silahkan duduk," jawab Eira.

"Kamu lebih cantik dari pada di foto, aku bawa bunga untukmu," kata lelaki itu.

"Terimakasih, kau juga sangat tampan, tapi maaf siapa nama kamu?" tanya Eira.

"Aku Vee," jawab Vee.

"Hai Vee, mari kita makan," kata Eira.

Vee pun mengangguk.

Sepertinya Veei orang yang tidak banyak bicara, dia juga tidak memiliki kesan buruk di pertemuan pertama ini, tetapi hal itu membuat Eira bingun harus bersikap seperti apa pada orang yang lembut dan romantic seperti dia. Sebelum bertemu Lord Vee adalah tipe lelaki yang di inginkan Eira, tetapi setelah bertemu dengan Lord tipenya berubah seketika, yaitu mencintai hal yang tidak nyata.

"Eira, kau seorang penulis novel?" tanya Vee.

"Ya, sebenarnya itu hanya sekedar hobi saja, tidak menyangka akan jadi seperti ini," jawab Eira.

"Hobi membawa berkah ya tidak papa kan, aku suka semua karya kamu di novel digital, aku selalu mengikuti kamu," kata Vee.

"Apa kau penggemarku?" tanya Eira.

"Ya, aku penggemarmu, aku tidak tahu kenapa saat membaca novelmu hatiku selalu merasa senang dan nyaman," jawab Vee.

"Ouhh makasih banyak, aku tidak menyangka bisa bertemu penggemarku di sini," jawab Eira.

"Aku juga pernah datang ke jumpa fans mu tahun lalu Ra," kata Vee.

"Benarkah? Lalu apa yang kamu lakukan di sini sekarang?" tanya Eira.

"Aku kebetulan sedang rapat dengan calon rekan kerja di sini, aku sudah tiga hari di sini, mungkin besok aku sudah kembali ke Korea," jawab Vee.

"Ahhh begitu, jika kau kembali berhati-hatilah ya," kata Eira.

"Kau kembali kapan Ra?" tanya Vee.

"Mungkin dua atau tiga hari lagi Vee, kenapa?" tanya Eira.

"Tidak papa, aku hanya ingin bertemu lagi jika kita berada di Korea, dulunya kita tidak saling mengenal, tapi kita sekarang saling mengenal bukankah tidak masalah jika bertemu lagi?" tanya Vee.

"Benar, baiklah besok kalau aku sudah di Korea aku akan memberimu kabar, tapi aku belum bisa jika menerimamu sebagai kekasihku, kita baru saja kenal, apa mungkin kita bisa berteman saja?" tanya Eira.

"Kau tidak menyukaiku?" tanya Vee.

"Bukan begitu, hanya saja aku masih ragu dengan hatiku sendiri, aku belum siap berpacaran saja," jawab Eira.

"Baiklah kalau begitu aku akan menunggu kamu hingga kamu siap, kita bisa berteman dulu," jawab Vee.

"Aku tidak janji kepadamu ya Vee, jika endingnya kita tidak bersama itu tidak jadi masalah bukan? kau tidak akan membenciku kan?" tanya Eira.

"Jika aku tidak bisa bersama kamu, ya aku akan melanjutkan sebagai penggemar setia kamu, aku tidak akan jadi masalah kok," jawab Vee.

"Kamu baik sekali," kata Eira tersenyum.

Yara yang melihat senyum dari mulut Eira pun ikut senang, Yara berharap Eira bisa menerima Vee dengan hatinya dan melupakan Lord. Yara sangat bahagia melihat mereka berdua berbincang dengan senang. Waktu pun berlalu sangat cepat, Eira dan Vee pun berpisah dengan baik-baik Eira pun mengantarkannya sampai di pintu restoran bersama dengan Yara, setelah Veei pergi Yara tak henti menggoda Eira.

"Bagaimana Ra, tampan sekali ya," kata Yara.

"Emmm, tampan," jawab Eira.

"Oih…aku senang kau jatuh cinta padanya," kata Yara.

"Siapa yang bilang? Aku tidak mengatakannya," jawab Eira.

"Ehh…kau bilang dia tampan, bukankah kau menyukainya?" tanya Yara.

"Ya, suka sebagai teman," jawab Eira.

"Oy…sulit bicara denganmu," ujar Yara keluar dari restaurant.

"Kau mau kemana?" tanya Eira.

"Siapa tadi yang bilang ingin pergi ke danau?" tanya Yara.

Eira pun tersenyum lebar dan berlari mengikuti Yara.

"Danau mana Ra?" tanya Eira.

"Ikuti saja aku," jawab Yara.

Mereka pun pergi ke danau yang di inginkan Eira.