Setelah jam kampus dalam kelas Neko selesai, dia keluar dan tampak melihat semua mahasiswa maupun mahasiswi juga keluar dan mengobrol sendiri masing masing.
Neko menatap ponselnya, rupanya Yechan mengirimkan nya pesan.
== Akai, kelasku belum berakhir ==
== Ini tak apa, aku akan menunggu mu di taman == Neko membalas begitu.
Lalu dia mulai berjalan, tapi ketika berjalan, dia masih terpikirkan soal Acheline.
"(. . . Apakah dia memang benar benar bawahan dari seseorang yang dia sebut.... Siapa... Aku hampir lupa...)" Neko berhenti berjalan sambil mengingat ingat hingga ia benar benar ingat.
"(PCS? Hanya satu orang yang punya nama itu yang berarti kepanjangan nya adalah Park Choisung? Kenapa... Nama itu aneh sekali... Itu bukan nama, tapi marga yang di satukan. Park adalah nama Marga, begitu juga Choi dan Sung, ada tiga marga, aku yakin nama nya bukan salah satu dari ketiga marga itu, Park Choisung? Kenapa aku seperti pernah mendengar nama itu, apakah itu berhubungan langsung dengan nya?)" Neko menjadi curiga dengan Acheline.
"(. . . Jika dia bukan dari Cheong, hanya ada satu jawaban yang tersisa,)" pikir nya sekali lagi, sama yang dia pikirkan, yakni Choka.
Di taman kampus, tampak Choka ada di sana sambil duduk sendirian di salah satu bangku batu di bawah payung teduh terbuat dari kayu yang kuat.
Dengan cemilan ada di meja batu samping nya, dia menatap sisi lain taman sambil mengambil satu persatu cemilan itu dimasukan di bibirnya.
Rupanya dia sedang melihat banyak nya orang orang yang ada di taman menikmati pulang mereka, bahkan ada yang duduk berdua, ada yang mengobrol dan yang lain nya.
Ketika Choka melihat pasangan lelaki dan wanita sedang berdua, lelaki nya merangkul dan mereka duduk di atas rumput bersama, di pandangan orang itu mungkin sangat mesra tapi di pandangan Choka.
Di tubuh lelaki itu muncul bayangan yang perlahan melilit tubuh wanita itu. "(. . . Itu artinya, dia sedang bergairah dan ingin menikmati tubuh wanita itu secepatnya, padahal dari ekspresi nya, dia seperti tidak mau menyia nyiakan wanita nya, itulah lelaki.... Mereka hanya mau menikmati nafsu mereka sendiri, setelah itu meninggalkan wanita setelah mencicipi mereka,)" pikir Choka, lalu dia menoleh ke dua orang yang mengobrol dengan akrab di antaranya laki laki dan perempuan, mereka bukan pasangan. Tapi Choka melihat lain.
Dimana bayangan samar samar keluar dari tubuh wanita itu akan menyentuh tubuh lelaki itu, tapi bayangan itu menghilang ketika akan menyentuh membuat Choka terdiam menatap itu.
"(Yang satu ini... Aku sama sekali tak mengerti...)" pikir nya.
Hingga ada yang tiba tiba bicara. "Maaf menunggu."
Membuat Choka terkejut dan langsung menoleh ke belakang. Rupanya Neko.
"Ah, Nuna," dia menatap ramah. "Duduklah Nuna."
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Neko bertanya sambil duduk di hadapan nya.
"Hehe, hanya menikmati apa yang bisa aku lakukan, memandangi orang orang di sini."
". . . Apa kau sedang membaca psikologis mereka?" Neko menatap.
"Hehe lebih seperti lebih dalam.... Oh benar, akhirnya kita bisa bicara hanya berdua, Nuna nikmati saja waktu nya sambil makan cemilan," Choka menunjukan cemilan tadi.
Rupanya itu kepingan kripik kentang, Neko terdiam dan menatap ke Choka dengan wajah datar. "Aku ingin langsung saja," tatap Neko.
". . . Um... Baiklah... (Sepertinya dia memang tipe orang yang terlalu buru buru dan haus akan langsung cepat saja....) Um... Sebenarnya aku bisa mengukur tingkat tekanan buruk pada orang orang," kata Choka membuat Neko terdiam bingung.
"Sejak aku lahir, aku dapat keunikan ini, dimana ketika orang memiliki tekanan dalam tubuh nya entah itu karena masalah dan konflik maupun gairah yang dia alami, aku akan langsung bisa melihat nya, semakin sedikit bayangan yang aku lihat, itu berarti hanya sebentar saja masalah itu datang setelah itu pergi, tapi bayangan yang sangat banyak bahkan hampir menutupi pandangan ku sendiri karena melihat orang itu, masalah nya akan terus berlanjut," kata Choka.
". . . Jadi, kau bisa melihat tingkatan masalah orang lain hanya dengan kau melihat bayangan yang muncul dari tubuh mereka?"
"Ya, dan yang paling istimewa di sini adalah ketika aku bertemu dengan Nuna."
". . . Kenapa begitu?"
"Sebelum aku bertemu dengan mu, aku melihat banyak nya bayangan dalam orang lain, tapi aku bosan karena masalah mereka sama saja, entah itu cinta, entah itu pekerjaan, entah itu hidup dan yang lain nya, tapi meskipun begitu masalah mereka di alami satu persatu, jadi tidak semuanya, membuat bayangan mereka sedikit setelah itu hilang dengan sendirinya karena saking sedikit tekanan mereka, lalu ketika aku bertemu dengan mu, aku baru pertama kali melihat mu dipenuhi banyak kebencian, kekesalan, masalah, dan pusing dalam satu hal, itu menelan tubuh mu secara perlahan dan menjadikan tubuh mu lemas, karena itulah kau butuh kehangatan," kata Choka.
". . . Jadi itu alasan mu memeluk ku beberapa kali ketika kita bahkan tak akrab."
"Um... Iya... (Jika di ingat rasanya malu juga...)" Choka mengangguk dengan wajah yang merah.
Lalu Neko menghela napas panjang. "Jadi, kau menganggap ku apa?"
"Orang yang harus di tolong!" kata Choka, dia langsung mengatakan itu membuat suasana terdiam.
". . . Aku bukan hal yang seperti itu," Neko langsung menatap tajam membuat Choka langsung menutup mulut. "Maafkan aku."
Neko kembali menghela napas panjang lalu dia melihat pasangan yang duduk di atas rumput agak jauh di sana, pasangan itulah yang tadi dilihat Choka.
"Ah, Nuna, apa pendapat mu soal mereka?" tanya Choka.
Neko masih diam menatap mereka. Hingga ia tersenyum kecil. "Mereka menganggap dunia milik mereka dan menikmati kemesraan mereka sendiri, mungkin itu yang dilihat orang orang tapi tidak, kebahagiaan tidak selama nya untuk wanita itu. Lelaki yang brengsek memang mudah di kenali," kata Neko, dia benar benar mengatakan nya berbeda dari penjelasan Choka tadi ketika dia melihat pasangan itu, Neko bisa melihat pasangan itu sesuai yang dilihat oleh Choka tadi.
Hal itu membuat Choka terkejut. "(Kenapa dia bisa tahu.... Apa dia juga memiliki bayangan itu, dia bisa melihat bayangan?) Um lalu bagaimana dengan mereka, aku tak bisa mendefinisikan mereka," Choka menunjuk wanita dan lelaki tadi yang mengobrol dengan akrab.
Neko menatap mereka dan terdiam sebentar.
Lalu dia kembali menatap ke Choka. "Sebelumnya, apa kau mempelajari psikologi?" Neko menatap.
". . ." Choka terdiam lalu mengangguk.
"Jika kau belajar, pastinya kau menggunakan hal itu, bukan menggunakan kemampuan mu yang semua orang tidak punya," kata Neko.
"Apa maksud Nuna, apa Nuna bisa mengatakan mereka itu apa? Mereka bukan pasangan tapi aku melihat bayangan wanita itu muncul memegang tubuh lelaki itu tapi ketika di pegang, bayangan itu hilang."
"Jangan melihat dari bayangan melalui kemampuan mu, nyata nya, dari ekspresi saja sudah jelas. Wanita itu, dia suka pada lelaki, tapi ketika tahu bahwa lelaki itu juga di sukai banyak wanita, dia menjadi ragu untuk mengungkapkan rasa dari suka nya," kata Neko.
"Tapi kenapa rasa suka itu harus di definisi sebagai bayangan tekanan dan masalah itu?"
"Cinta dan rasa suka membuat kita tertekan pada akhirnya, tapi itu juga membuat kita sadar, ini antara masalah kebencian atau masalah kesedihan, dia takut dia akan berakhir sama seperti wanita pertama tadi, akan di tinggalkan setelah di cicipi," kata Neko.
"(Itu... Luar biasa,)" Choka terdiam. "(Dia memang tak bisa melihat sama seperti ku, tapi, aku yakin, dia melebihi profesor psikologi lain nya, dia menebak hanya dengan membaca ekspresi... Bahkan aku yang bisa melihat masalah pun dikalahkan oleh dia... Sebenarnya, siapa dia...)" Choka terdiam.
"Jadi, apa ini sudah cukup kau memberitahu ku tentang mu?" Neko menatap.
"Um uh... Ya, bagaimana dengan Nuna, apa aku boleh bertanya soal Nuna, ini pertukaran rahasia," tatap Choka.
Lalu Neko terdiam dan menyetujui nya saja. "Baiklah... Terserah."
". . . Nuna, kamu masih ingat kamu menggigit ku, bisa kamu jelaskan?" Choka menatap, seketika Neko terdiam.
Suasana juga ikut terdiam hingga Neko menatap ke arah lain sambil memegang lehernya. "Itu sulit untuk di jelaskan."
"I.... Ini tak apa, aku akan berusaha keras memahami perkataan yang Nuna katakan," kata Choka dengan wajah tak sabar.
". . . Aku---
"Akai!!" tiba tiba ada yang berteriak memanggil membuat mereka menoleh, rupanya Yechan.
"Akai, ayo pulang, oh, halo Choka!" Yechan mendekat.
"Ah, halo," Choka membalas.
Lalu Neko berdiri.
"Ah, Nuna, tunggu, kamu belum sempat mengatakan nya, jangan membuat ku begitu penasaran," Choka menatap, dia menahan lengan Neko membuat Neko menatapnya.
". . . Lain kali, aku akan datang sendiri ke kafe mu, dan mengatakan nya," balas Neko dengan dingin membuat Choka terdiam, di saat itu juga Neko melihat leher Choka.
"Apa bekas itu sudah hilang?" tatapnya.
Choka terdiam dan mengangguk pelan.
Lalu Neko memegang leher Choka membuat Choka terkejut, Neko mendekatkan bibirnya ke telinga Choka. "Jangan sampai buka mulut apapun soal ini pada orang lain, jika kau melakukan nya, aku tak akan membiarkan leher mu tersisa," bisik Neko membuat Choka terpaku.
Lalu Neko menatapnya dengan dekat, di saat itu juga Mata Neko bercahaya merah, sangat merah membuat wajah Choka terkena cahaya itu.
Lalu Neko melepasnya dan ia sendiri berjalan pergi. Yechan terdiam melihat itu. "Choka, kamu baik baik saja---
"Yechan, cepat pergi!" Neko langsung mengatakan itu sambil berjalan duluan.
"Ye... Yechan, ini... Baik baik saja, aku baik baik saja," kata Choka membuat Yechan terdiam, lalu dia mundur perlahan dan berbalik mengikuti Neko.
Choka masih gemetar. "(Kenapa mata itu.... Mata itu seperti ingin membunuh ku, aku takut... Aku sangat takut...)" ia memegang dadanya.
Tapi mendadak ponselnya berbunyi panggilan. Ia dengan gemetar mengambil ponselnya dan melihat nama kontak itu yang bertuliskan nama 'Ayah'
Choka menelan ludah dan mengangkat itu.
"Ayah..." panggilnya.
Lalu muncul suara berat. "Sayang, kau harus pulang ke kota, aku akan menunggu mu," kata suara itu membuat Choka semakin terdiam.
"(. . . Ayah ku.... Bernama.... Cheong.)"