webnovel

Chapter 69 The Worked Hard

"Baju yang ditemukan mereka hehe... Agak lucu tapi semoga saja mereka tidak mengenali anda," kata Kim.

"Yeah, lalu apa itu yang mau kau dengar dari ku?"

"Um, jika anda pernah bekerja sama dengan Direktur Hao, dan Kinn mencoba merebut projek anda melalui pengancam Direktur Hao, tapi tidak bisa, lalu siapa itu Direktur Geun?"

"Dari mana kau membaca nama nya?"

"Dari kertas dokumen rencana milik Tuan Beum sendiri," balas Kim.

"Direktur Geun adalah orang yang bekerja sama dengan Chairwoman, dia tidak ada ikatan kerja sama dengan ku, kecuali dia memberikan bantuan dana nya padaku melalui projek museum maka dia mendapatkan 15 persen keuntungan dari projek museum, dia memiliki putri yang sangat menjengkelkan," Neko mengepal tangan dengan kesal.

". . . Apa nama nya Suzune?" tatap Kim.

". . ." Neko terdiam menatapnya.

"Aku mendengar nya dari Tuan Matthew yang menjalin hubungan dengan.... Dengan...." Kim sadar yang ia ucapkan akan membuat Neko kesal karena itu ada kata Matthew, membuat nya berhenti mengatakan kalimat itu dan sekarang Neko memancarkan aura yang sangat gelap membuat nya gemetar.

"Em... Um..." Kim gemetar.

"Lanjutkan saja.... Kim," kata Neko, tapi siapa sangka, wajah yang di pakai Neko menjadi agak terlihat kecewa, dia menghela napas panjang sambil melihat bawah.

"Dia menjalin hubungan dengan Nona Suzune..." kata Kim melanjutkan yang tadi.

Neko kembali terdiam. "(Aku sudah mencari nya selama 10 hari lebih di sini, dan apa yang aku dapat, sebuah berita yang sangat sakit di dengar,)" Neko melemaskan tubuhnya hingga ia bersandar di sofa menatap langit langit.

Kim yang melihat itu menjadi terdiam ikut kecewa juga. "(Itu memang sudah jelas harus dirasakan Nona Akai, selama ini dia bilang padaku bahwa Tuan Matthew adalah lelaki biasa yang begitu memiliki pemikiran yang baik dan begitu polos, dia memberitahu semua tentang apa yang dia lakukan hanya untuk membuat Nona Neko tertarik padanya, hingga pada saat dia hampir tertarik... Ini semua terjadi, apa yang dikatakan nya terakhir kali, dia tidak berbohong, Tuan Matthew bukan lelaki biasa, dia justru dari keluarga yang begitu penting, lebih tepatnya penting dalam se enak nya melakukan semua tindakan. Perlakuan polos dan begitu membosankan kan nya pada Nona Akai dulu, mungkin akan berubah sangat drastis,)" pikir Kim dengan Khawatir.

Lalu Neko menutup mata dengan kepala masih menatap langit langit. "(Dia benar, apa yang sedang aku lakukan sekarang....)" ia terdiam hingga tiba tiba wajah Yechan terlintas di pikiran nya membuat nya membuka mata.

Lalu dia mengangkat kepalanya menatap Kim. "Bisa kau berikan berkas informasi nya padaku, termasuk artikel, semuanya," tatap Neko dengan serius.

"B... Bisa, tapi untuk apa, bukankah anda bisa melihatnya setelah kembali ke distrik nanti?"

". . . Aku, tak bisa meninggalkan tempat ini begitu saja... Ada sesuatu yang akan hilang jika aku meninggal kan tempat ini," kata Neko.

Kim terdiam, dia lalu berdiri. "Aku akan mengambilnya sekarang."

"Tunggu, kau baru saja sampai kemari, apakah Beum tidak akan curiga kau kesana kemari?" Neko menatap.

Kim terdiam dan tersenyum kecil, dia lalu berjalan ke arah lain dimana gelas yang di lempar Neko pecah tadi, dia mengambil dan membersihkan nya sambil berbicara sesuatu. "Dari awal aku sudah berjanji pada anda, bahwa aku akan melakukan apapun sebagai pengawal anda, nama ku Kim, orang yang akan masuk dalam daftar suka pada Neko," kata Kim membuat Neko terdiam dan tersenyum kecil.

"Terserah saja, tapi kau tidak akan bisa mendapatkan ku."

"Aku tahu itu, aku sadar diri dengan diri ku, tapi paling tidak aku bisa menjadi pengganti jika suatu saat kamu di tinggalkan."

Neko terdiam sebentar dan tersenyum kecil. "Terserah, sekarang pergilah," tatap Neko. Lalu Kim menundukan badan dan berjalan pergi setelah membersihkan pecahan cangkir dan air tadi.

Akhirnya, Neko kembali terdiam, dia menghela napas panjang dan mengambil bukunya. "(Aku benar benar tak tahu lagi harus apa...)"

Tapi tak lama, bel pintu berbunyi dan langsung masuk seseorang, siapa lagi jika bukan Yechan yang langsung masuk. "Akai, ini aku!!" dia langsung melepas sepatunya dan masuk, dia bahkan masih membawa tas ransel.

Neko terdiam. "Kau baru saja di kampus?"

"Ya, lihat apa yang ingin aku tunjukan padamu," Yechan mengambil sesuatu dari tasnya, itu nilai kertas ujian.

"Tada..." dia menunjukan bahwa nilai nya benar benar tinggi, 90 ke atas.

Neko terdiam. "(Apa kau harus melakukan sesuatu?)" dia bingung, hingga akhirnya bertepuk tangan membuat Yechan tertawa sombong.

"Fufufu, sekarang kamu melihat ku bahwa aku pintar dalam segala bahasa," kata Yechan.

"Yeah... Si paling..." Neko membalas begitu dengan wajah tak peduli, tapi ia terdiam bingung ketika melihat kertas ujian Yechan itu. Dia berdiri dan mendekat membuat Yechan terdiam.

Neko langsung mengambil kertas kertas itu dari tangan Yechan. "Tunggu, ini...." Neko baru sadar. "Dimana pelajaran matematika nya?"

Seketika Yechan terkejut. "Uh... U.... Soal itu.... Um..." Yechan membuang wajah dengan wajah malu.

Neko menatap tajam, hingga ia menemukan kertas satu lagi di dalam tas ransel Yechan yang terbuka, dia langsung mengambil itu membuat Yechan terkejut.

"Ah, Akai Jangan dilihat!" dia akan mengambil tapi Neko menahan wajahnya Yechan dan ia sendiri menatap kertas itu.

Nilai nya tidak lebih dari 40 ke atas.

Hal itu membuat Neko terdiam dengan wajah kasar, dia menatap Yechan dengan tatapan tajam membuat Yechan terpaku.

"Kau mungkin hebat dalam segala apa yang kau pelajari, tapi soal perhitungan seperti ini, apa kau perlu belajar lebih giat!" Neko menatap tajam.

"Huhu maafkan aku... Aku memang tidak pandai dalam matematika..." Yechan merengek, dia berlutut dengan menangis.

Neko menggeleng dengan kesal, lalu dia membuang kertas nya ke bawah membuat Yechan terpaku.

"Dengar ini, kau harus mendapatkan nilai bagus dalam perhitungan angka," Neko menatap mengancam.

"Akh... Akai, kenapa kamu meminta ku begitu, kamu bukan kakak ku," Yechan menatap seperti anak kecil yang metengek.

Lalu Neko menghela napas panjang. "Sekarang aku bisa jadi kakak mu, dengan menuntut mu harus mendapatkan nilai baik, aku benar benar tidak suka jika melihat nilai yang sebegitu rendah, sangat rendah!" Neko menatap merendahkan membuat Yechan semakin merendah.

"Perkataan mu jika kesal begitu memang langsung membuat ku begini...." Yechan putus asa.

Neko lalu menoleh sekitar. "Aku tak punya buku yang membahas soal hal ini," gumam nya, dia lalu menoleh ke tas Yechan yang masih di punggung Yechan.

"Keluarkan buku matematika mu," Neko menatap.

"Tapi...."

"Keluarkan!" Neko langsung berlagak tegas membuat Yechan langsung mengambil buku itu dan memberikan nya dengan gemetar.

Lalu Neko mengambil buku itu dan membuka halaman nya satu persatu. Dia melihat dimana di sana tak ada sama sekali huruf yang menjelaskan melainkan hanya angka saja.

"(Pantas saja dia tidak paham soal hal ini...)" Neko tetap fokus melihat angka angka itu membuat Yechan terduduk terlutut di depan nya.

Tapi ponsel nya berbunyi, dia mengambil dari sakunya dan melihat itu dari ayah nya. "Hiya ayah?" dia langsung mengangkat panggilan itu sementara Neko masih berdiri di hadapannya membaca buku itu.

"Yechan, kau dimana? Kenapa belum pulang dari kampus?" tanya ayah nya.

"Ah aku--

Belum selesai bicara, Neko langsung mengambil ponsel Yechan membuat Yechan terkejut.

"Maafkan aku, ini aku," kata Neko.

"Oh, nona manis, ada apa?" tanya Ayah Yechan di ponsel.

"Bisakah aku meminjam Yechan untuk mengajarkan nya matematika, aku lihat nilai nya buruk," kata Neko seketika Yechan benar benar terpaku.

"Ah, hahaha... Ini baik baik saja, terima kasih telah melakukan nya, aku tunggu kabar buruk Yechan tak bisa," kata Ayah nya yang juga meremehkan putranya sendiri membuat Yechan saat ini putus asa.

Lalu Neko memberikan ponselnya pada Yechan. "Aku akan membuat mu paham soal ini, dalam waktu 2 jam," kata Neko, dia menunjukan buku yang ia bawa itu.

"Um, buku itu tebal."

"Aku tahu buku ini tebal, begini saja... Setengah lembar buku ini, kau harus paham dalam waktu 2 jam."

"Hah, setengah buku!? Itu... Berapa halaman?!"

"Jangan menganggap ini susah, kau akan bisa mengerjakan nya jika aku yang mengajari mu," kata Neko dengan tatapan penuh keyakinan membuat Yechan menelan ludah.

Satu jam berlalu, Yechan tampak mengerjakan soal yang di berikan Neko melalui kertas, dan ia duduk di bawah meja sofa.

"Um..." dia mulai kebingungan, tapi tiba tiba sebuah rotan terpukul di meja depan nya membuat nya terkejut.

Rupanya Neko, dia menatap tajam. "Jangan berhenti menulis," tatapnya dengan sangat tajam membuat Yechan kembali menulis dengan panik.

"Um... Akai... Bisa kamu jelaskan padaku?" Yechan menunjukan salah satu angka, lalu Neko mendekat berlutut di dekatnya membuat Yechan terpaku.

"Ini?" Neko menunjuk angka nya dan siapa sangka, buah dada miliknya begitu dekat di lengan Yechan hingga akhirnya menyentuh.

"(Astaga... Tidak, aku harus fokus,)" Yechan langsung menoleh ke kertas.

"Kau harus meng kuadrat kan ini terlebih dahulu, setelah itu jumlah kan semuanya," kata Neko.

"Um..." Yechan menatap tidak paham.

Lalu Neko mengulangi nya lagi dengan menjelaskan padanya hingga beberapa menit berlalu dan tampak Yechan menulis tanpa henti, di depan nya, Neko duduk di sofa menyilang tangan dengan rotan terselip di lengan nya dan melirik ke Yechan.

Tapi tak lama, dia bosan sendiri, ia mulai menatap jam tangan. "(2 jam akan berlalu, 5 menit lagi dia harus menyelesaikan nya,)" Neko menghela napas panjang dan meletakan kepalanya perlahan menutup mata.

Tapi tak lama jam nya berbunyi, ia terbangun dan menatap jam tangan nya, dia langsung menoleh ke Yechan. "Ini sudah seles--

"Ini!" Yechan menyela langsung memberikan kertas nya pada Neko.

Neko terdiam dan langsung mengambil kertas itu. "Jika aku menilai nya kurang dari 70, aku akan memaksa mu lagi," Neko menatap tajam membuat Yechan menelan ludah. "(Akai lebih cocok jadi dosen....)"