webnovel

Chapter 63 The Worked Hard

"Jadi, apa yang ingin kau berikan?" Neko menatap, dia masih terlihat bernapas agak cepat dengan wajah tenang nya.

Acheline menatap keringat yang menetes perlahan di leher maupun dagu Neko membuat pemandangan semakin menggoda. "(Gadis ini, seksi juga, beruntung sekali atasan ku akan bertemu dengan nya,)" pikirnya dengan merencanakan sesuatu, lalu dia memegang dagu Neko.

"Kau hebat, melakukan 6 kali permainan berturut turut dan kau sudah melakukan cetak skor sebanyak 10 kali, dan yang aku lihat, kau menggunakan pukulan dan lompatan yang sangat lincah, jadi karena kau telah mau menuruti ku, sesuai janji ku, aku akan memberikan sesuatu padamu..." tatap Acheline, wajahnya sangat dekat lalu dia mengambil sesuatu dari sakunya.

Hal itu membuat Neko menatap tajam fokus ke tangan Acheline itu, tapi ketika tangan itu keluar, bukan ditunjukan di depan Neko, tangan itu malah langsung ke belakang kepala Neko dan mendorong kepala nya mendekat ke wajah Acheline, seketika Acheline mencium leher Neko dan semuanya menatap mereka.

Apalagi Yechan dan Choka, wajah mereka berdua sama. "Apa yang baru saja aku lihat...." Yechan bermata besar tak percaya melihat Acheline mencium leher Neko.

Lalu Acheline menarik rambut Neko menatap, mereka saling menatap. "Bahkan keringat mu pun terasa sangat manis..." tatap Acheline.

Neko melirik dan menyingkirkan tangan Acheline.

Di saat itu juga Choka mendekat membuat mereka menoleh.

"Acheline, Nuna, aku membawa minuman untuk kalian," kata Choka, dia memberikan botol air pada mereka berdua.

"Oh, terima kasih Choka," Acheline menerima nya.

Tapi tiba tiba ada bola voly yang akan mengarah padanya. Tepatnya pada kepala Choka.

"Astaga hei, Choka!!" teriak para pemain itu yang panik.

"Choka," Acheline menjadi ikut terkejut.

Choka menoleh ke bola itu yang melaju kencang. Dia terpaku tak bisa kemana mana. Saat akan mengenainya dan untungnya Neko berlari dan menampar bola itu dari samping Choka, karena posisi nya fokus menampar bola itu sehingga dia tidak tahu bahwa dia sangat dekat dengan Choka, setelah menampar bola itu membuatnya akan terjatuh. Tapi dia tak mau jatuh di Choka, jadi Neko mundur dan dia akan jatuh ke belakang karena tak bisa menahan tubuh nya.

"Nuna..." Choka terkejut seketika menahan punggung Neko, tapi ia tak kuat dan alhasil mereka berdua jatuh. Choka yang malah jatuh di tubuh Neko.

"Ugh..." Neko tertimpa Choka.

"Akai...! Choka!" Yechan terkejut melihat mereka.

"Kau baik baik saja?" Acheline membantu Choka berdiri. Ia juga membantu Neko berdiri.

"Nu-nuna maafkan aku," Choka menjadi menyesal.

Tapi Neko menatap tajam. ". . . Aku akan mengganti baju ku," Neko berjalan pergi. Seketika Choka terdiam kaku.

"Sepertinya cukup lelah untuk bermain ini yah, benar kan Choka...?" Acheline menatap. Tapi ia terkejut ketika melihat Choka diam pucat, di saat itu juga dia menangis.

"Choka, kau baik baik saja kan?"

"Kamu menangis?" Yechan ikut terkejut.

". . . Em yah, aku baik baik saja... Itu minuman untuk tim mu Acheline. Aku akan pergi...." kata Choka sambil berjalan pergi. Yechan dan Acheline yang melihat itu menjadi terdiam bingung.

"(Aku membuat Nuna Akai marah, apa yang kulakukan...)" Choka berjalan sambil melihat bawah dengan perasaan aneh. Tapi ia menjadi bertemu Neko. Dia melihat Neko berjalan di depan nya membelakanginya.

"(Eh... Nuna, aku ada di belakangnya,)" Choka berhenti berjalan. Neko terlihat berjalan perlahan meninggalkanya dengan menatap ke ponselnya sendiri. Dia sudah berganti baju yakni memakai celana hitam panjang dan kemeja nya itu.

"(Apa yang kulakukan, aku harus minta maaf,)...N-nuna," panggil Choka sambil berlari mendekat. Neko menoleh perlahan tapi tak disangka sangka Choka tersandung di depan Neko sendiri.

Bruk!!

"Auw..." ia terjatuh sendiri dengan lutut jatuh duluan.

". . . Kau baik baik saja?" Neko mendekat membungkuk padanya, dia bahkan hanya melihat Choka terjatuh.

"Aku, em... Baik baik saja ehhehe," Choka langsung berdiri. Tapi Neko menatap ke lutut Choka dari pakaian gaun pendek yang di pakai Choka dan lututnya itu yang berdarah.

". . . Kya, jangan dilihat, aku baik baik saja."

Choka menutupi lututnya. Tiba tiba Neko menarik tangannya. "Kemari, ikut aku."

"(Nu-nuna,)" Choka menjadi memerah.

Neko membawa Choka ke ruang uks.

"Tunggu Nuna, kau sungguh tak perlu melakukan itu," Choka menatap Neko yang duduk di bawahnya akan mengobati lutut Choka yang duduk di ranjang.

"Ini terus mengalir, apa kau malah ingin ini terinfeksi?" tatap dingin Neko.

"Em.... Ti-dak."

"Baiklah kalau begitu diam saja," kata Neko sambil menatap luka itu. Ia mendadak terdiam.

". . . Em... Nuna. (Kenapa kau terdiam Nuna?)" Choka menjadi bingung. Rupanya Neko ingin darah itu, ia mendekatkan mulutnya dan membuka lebar lebar menjilat lutut Choka.

"Nu-nuna... Uh... Apa yang kau lakukan?" Choka terkejut sambil menutupi mulutnya sendiri.

Neko terus membersihkan darah yang mengalir dari kaki Choka dengan mulutnya.

"Nu... Nuna... Itu... Uh..." Choka masih gemetar bahkan menutup mulut dan matanya hingga Neko tersadar dan langsung menatap Choka.

"(Apa yang kulakukan?) Maafkan aku," Neko berdiri dengan wajah terkejut.

Choka menatap lututnya dan ia juga terkejut karena luka di lututnya hilang. "Eh... Apa barusan," ia menjadi terdiam. Lalu menengadah melihat Neko yang masih berdiri didepanya. Ia melihat ada sedikit darah di mulut Neko.

"Em... Nuna, kau meninggalkan ini," Choka mengambil tisu dan membersihkan darah itu dari mulut Neko yang terkaku.

"Aku mohon, maafkan aku," kata Neko dengan bahasa formalnya.

". . . Em... Nuna, apa yang sebenarnya terjadi?" Choka masih penasaran dengan sembuhnya lukanya.

Mendadak ada yang masuk. "Akai kau disini?"

Rupanya Yechan, mereka berudua menoleh.

"Kenapa kalian ada disini, apa kalian terluka?!" dia menatap panik.

"Tidak aku hanya..." Choka menatap lututnya lalu ia tersadar bahwa lukanya tak ada. Ia menjadi terdiam dan menatap Neko.

"Aku harus pergi," kata Neko sambil berjalan pergi.

"E... Akai... Choka, maafkan aku ya," tatap Yechan lalu dia berjalan menyusul Neko.

Choka memegang lututnya sendiri. "(Apa yang terjadi.)"

--

"Akai... Kamu baik baik saja?" Yechan tampak menyusul Neko yang berjalan buru buru di lorong kampus.

"Aku ingin pergi dari sini," kata Neko tanpa menoleh ke Yechan.

"Um..." Yechan masih khawatir dengan Neko tapi ponselnya kemudian berbunyi membuat nya menerima nya.

"Hm? Ah, iya, aku bisa ke sana.... Baik," Yechan membalas lalu menutup ponsel, dia lalu menatap ke Neko.

"Akai, bagaimana jika ikut aku ke rumah stroberi," kata Yechan.

Tapi Neko terdiam tak menjawab, dia diam tanpa menoleh ke wajah Yechan.

"Stroberi sangat manis kok, aku yakin kamu akan menyukai pemandangan nya, stroberi pun berwarna merah juga," kata Yechan.

Neko masih terdiam membuat Yechan juga semakin khawatir. "(Um... Aku benar benar khawatir dengan Akai, sikap nya berubah, apa ini karena Acheline memperlakukan nya tadi?) Um Akai... Acheline memang begitu," kata Yechan membuat Neko menatapnya.

"(Oh rupanya benar, itu soal Acheline.) Um.... Sebaiknya jangan bahas dia hehe, ayo ikut aku saja ya..." tatap Yechan, dia lalu memegang tangan Neko dan tersenyum lembut lalu menarik pelan menuntun jalan nya.

Hingga mereka ke rumah stroberi setelah pulang dari kampus. Tampilan rumah stroberi itu tidak lebih berbeda dari ladang terowongan omaji berry kemarin, seperti terowongan yang di penuhi dengan stroberi menjalar dimanapun, tak hanya di atas, di bawah pun juga ada, banyak sekali warna merah di sana.

Neko melihat sekitar dan Yechan memegang satu tangkai buah Stroberi. "Ini Akai, aku akan mengajari mu cara terbaik memetik stroberi," kata Yechan. Lalu Neko berjalan mendekat.

"Jika kamu melihat strawberry ripe, pahami dengan ringan, lalu gunakan pergelangan tangan mu untuk memetik ke dengan cara nya, jangan menerapkan tekanan apapun yang akan meruas kulit... Itu trik orang yang lebih cerdas. Orang biasanya menarik stroberi ke bawah ketika mereka memilihnya. Tetapi kemudian, mereka menjadi tidak berharga dan harus dibuang. Jadi gunakan cara nya, pegang stroberi nya lalu putar tapi tangkai nya," kata Yechan.

"Ingin mencoba sekarang?" tatapnya pada Neko.

"Pegang stroberi nya lalu putar dan tarik," Neko melakukan nya dan dia benar benar bisa memetik stroberi nya dengan baik.

"Wah hebat, kamu belajar dengan cepat, karena kamu sudah berhasil, ini hadiah nya," Yechan memberikan stroberi merah pada Neko dari tangan nya.

Neko menatap stroberi itu dan akan membuka mulutnya, tapi di saat itu juga Yechan ingat sesuatu.

"(Apa ini kesekian kalinya aku menyuapi Akai.... Aku tak ingin terbawa arus apapun, aku tak mau jantung ku berdebar lagi.... Jadi mungkin,)" Yechan menarik kembali stroberi nya menbuat Neko tak jadi memakan itu.

"Um... Ini... Ini . . . . Makan saja sendiri yang kamu petik, ini untuk ku," kata Yechan membuat Neko terpaku mendengar kalimat itu, hingga Yechan benar benar memakan stroberi nya sendiri.

Dia tidak jadi menyuapi Neko dan malah memakan nya sendiri membuat Neko masih terdiam dan menghela napas panjang.

"(Kau mencoba mempermainkan ku huh?)" Neko tersenyum kecil, lalu dia menunjukan stroberi yang dia petik dari tangan nya.

"Kau pasti sangat suka stroberi, jadi kau bisa menikmati ini," Neko menunjukan stroberi itu, di pandangan Yechan, Neko ingin menyuapi Yechan.

"(Dia... Dia ingin menyuapi.... Ku?!)" Yechan berwajah merah hingga ia mendekat membuka bibirnya.

"A...." ia akan memakan itu. Tapi siapa sangka, ketika dia menggigit, dia tidak mendapati stroberi itu di bibirnya membuat nya terkejut menatap Neko yang rupanya menarik kembali stroberi itu.

"Gotcha!" Neko menatap mempermainkan, sehingga dia memakan stroberinya sendiri membuat Yechan terpaku dan terlutut sementara Neko berjalan pergi dengan senyum kecil, dia berhasil memutar balikan permainan Yechan tadi.

"(Itu tadi sangat kejam... Tapi aku suka dia.. Suka dia...)" Yechan gemetar dengan tak percaya.

Hingga mereka selesai melakukan pemetikan.

"Akai, terima kasih untuk hari ini," tatap Yechan.

". . ." Neko hanya terdiam datar.

"Um... Jadi, ayo pulang."

"Kau akan di tempat ku?" Neko menatap.

"Um, maafkan aku... Aku harus mengurus stroberi ini dan memberikan nya pada orang yang mengirim ke kota," balas Yechan.

"Baiklah," Neko berjalan duluan. Tapi Yechan memanggil. "Akai."

Membuat Neko berhenti berjalan dan menoleh.

"Sampai jumpa besok," kata Yechan, Neko terdiam dengan senyum kecilnya lalu berjalan pergi membuat Yechan juga tersenyum.