webnovel

Chapter 48 The Worked Hard

"Ah, tolong mereka menakutiku, Tuan, tolong aku..." salah satu anak bermain dan berlari bersembunyi di belakang Neko yang berdiri di samping Yechan. Neko terlihat menatap tidak suka pada anak anak.

"Akai, enjoy saja, kau seperti terlihat tidak menyukai mereka," Yechan menatap sambil tersenyum.

"Lalu aku harus apa?"

Lalu anak yang ada di belakang nya itu menarik pelan kain celana Neko membuat Neko menoleh ke bawah padanya. "Apa kamu lebih tua dari orang tua itu?" ia menunjuk Yechan dengan rasa takut.

"E... Haha... Aku bukan orang tua," Yechan menatap menundukan badan padanya, tapi anak itu tetap ketakutan. "A...!!" ia bahkan berteriak semakin menyembunyikan tubuhnya di Neko.

"(Astaga, apa dia setakut itu, aku hanya berusaha mengatakan padanya bahwa aku bukan orang tua,)" Yechan terpaku menatap itu.

"Lihat ini, takutlah," dua anak laki laki mendadak menunjukan belalang kecil dan serangga yang mereka bawa yang sudah mati pada Neko.

Seketika Neko ingat pada belalang sialan itu. "Singkirkan, itu, dari, ku...." ia menatap tajam pada dua orang anak itu, seketika mereka terdiam kaku menjatuhkan serangga yang mereka bawa dan di saat itu juga mereka lari ketakutan.

"Waw Akai, kamu benar benar membuat mereka ketakutan," Yechan menatap.

"Hm..." Neko hanya membalas dingin, lalu kebetulan gadis yang mengobrol dengan Neko tadi datang mendekat. "Kakak, ini ponsel mu, terima kasih telah meminjamkan nya," ia mengembalikan ponsel Neko.

"Kau sudah menghubungi ayah mu?"

". . . Aku tidak bisa mengingat nomornya," balasnya yang langsung berjalan pergi.

"Akai, apa yang terjadi?" Yechan menatap bingung dan masih berdiri di sampingnya.

"Tidak apa apa, dia hanya sebatas meminjam ponsel ku, dan dia juga mengatakan bahwa dia merindukan ayah nya."

"Ah begitu, agak bahaya jika dia tidak memiliki panutan keluarga," kata Yechan, mendengar itu, Neko terdiam, dia lalu menghela napas panjang dan berjalan pergi. "Aku akan pulang, ini sudah selesai bukan?"

"Ah, iya, sebentar lagi, tunggu Akai..." Yechan menyusul nya.

Setelah semua selesai, Nampak Neko mengemudikan mobilnya dan Yechan duduk di samping bangku karena tadi menggunakan mobil Neko.

"Akai, terima kasih untuk hari ini, kamu benar benar membantu ku," tatap Yechan.

"Ini tidak masalah... Lagipula kau yang mengajak ku tanpa mendengar jawaban ku."

"Eh, hehhe maaf... Oh iya, kau benar benar diterima di kampus bukan?" Yechan menatap.

"Hm..."

"Haha, itu bagus, kita bisa berangkat maupun pulang bersama begini kan.... Hehehe..."

". . . Yeah, tak masalah..." Neko membalas.

"Wah, wah Akai, kamu benar benar baik sekali... Mobil mu ini bisa berjalan dengan jarak yang jauh ya, padahal ini tidak terlalu besar."

". . . Ini mobil dengan jarak jauh, berjalan selama 5 hari tanpa henti tak akan membuatnya macet kecuali karena bensin..." kata Neko.

"Wah, hebat.... Oh, turunkan saja aku di sini," Yechan menunjuk depan, di depan ada rumah Yechan.

Lalu Neko memberhentikan mobilnya di depan rumah Yechan.

"Kerja bagus hari ini Akai, dan terima kasih sudah menghantar," kata Yechan sambil keluar mobil.

Lalu Yechan melambai ke mobil Neko yang berjalan pergi. Neko menatapnya dari kaca tengah. "Hm... Seperti aneh saja, bocah lucu."

Sementara itu Dongsik mengendus endus semak dan bersin sendiri. Posisi nya belum diketahui dimana tapi yang pasti, dia tidak di vila Neko.

"Apa kau sendiri?" seseorang tiba tiba memanggilnya membuatnya menoleh. Rupanya gadis yang duduk di gubuk bersama Neko tadi. Bagaimana gadis itu bisa sampai disitu. Dia mendekat berlutut menatap dengan senyuman manis.

--

"Anakmu kembali..." kata Yechan.

Orang tuanya menoleh dari membuka buah buahan di ruang tamu. "Bagaimana, apa berjalan baik?" tatap ibunya.

"Aku lihat kau di antar gadis itu ya, benar benar hebat, dia bisa menyetir mobil dengan baik," tambah ayahnya.

"Tentu saja," Yechan membalas sambil girang dan masuk ke kamar.

"Hei, mandi dulu Chan!" kata ibunya.

"Ya, aku hampir melakukan nya," Yechan meletakan tas ransel yang ia bawa lalu berjalan ke kamar mandi yang ada di kamarnya.

Setelah selesai, ia keluar dari kamar mandi hanya dengan celana nya, lelaki memang suka seperti itu, hanya keluar dengan celana dan handuk di atas kepalanya mengeringkan rambutnya.

Tampak di bagian tubuhnya, dia memiliki bentuk tubuh dan otot yang bagus dengan kulit gelapnya.

Lalu mengambil ponselnya. "(Aku tidak mengerti, kenapa Akai memberikan ponsel nya padaku, dan ponsel ini masih baru... Padahal aku punya ponsel yang hampir sama.... Apa dia sengaja?)" Yechan berwajah merah, dia mengingat wajah Neko.

"Haha..." ia menatap gembira. Lalu mengirimi pesan pada Neko. "Hehe... Dia pasti membacanya..." ia kembali senang sendiri.

Tapi ponselnya tiba tiba berbunyi panggilan dari seseorang membuatnya menerimanya. "Ya, di sini ada Yechan," ia terdiam ketika mendengar perkataan orang yang menghubunginya. Seketika ia langsung terkejut. "Apa?! Bagaimana bisa, ceritakan padaku!!" ia menjadi panik.

Neko yang duduk disofa menggunakan celana pendek nya sambil memakai spot bra dan handuk yang ada di kepalanya. Ia tersenyum kecil membaca pesan yang di kirim Yechan.

== Hai Akai, besok kita ke kampus bersama ya ==

"(Semuanya berjalan dengan baik dan begitu... Lambat... Tapi aku juga belum menemukanya, kenapa dia tidak mengangkat telepon dariku,)" Neko menatap langit langit dan mengingat Matthew. Neko kembali ingat kata kata Matthew saat mereka ada di hotel itu. "(Kenapa aku mulai takut dia akan menggunakan wajah dua padaku,)" batin Neko, lalu ponselnya berbunyi dari Jun.

Neko lalu mengangkatnya membuat Jun bicara duluan.

"Bos... Sepertinya kami punya masalah disini."

"Ada apa?"

"Sepertinya putra dari Tuan Besar memiliki tugas untuk ke jepang. Jadi dia kemari dan akan bekerja sama dengan perusahaan museum milik bos yang dipegang Tuan Beum."

"Siapa?"

"Di sini kami belum mendapatkan info kurang jelas, ini mungkin berkaitan dengan saudara Tuan Beum," kata Jun.

"(Saudaranya itu hanyalah Matthew, karena marga dalam mereka itu sama.... Ah, tidak mungkin itu Matthew, dia tidak mungkin bisa memegang bisnis yang seperti itu, dia hanya lelaki biasa dan juga, Matthew belum aku temukan di sini apalagi di kota.) Tidak masalah bukan, selagi dia tidak tahu aku ada dimana, itu tidak akan masalah untuk ku."

"Tapi, bagaimana jika Tuan Beum membongkar semuanya melalui perkataan ketua."

"Jangan khawatir, seseorang telah mengurusnya," Neko membalas dengan wajah merencanakan sesuatu.

Sehari sebelumnya, Beum Jyoun berjalan memasuki kantor Neko. Didalam ada seorang pria yang rupanya itu Kim. "Selamat pagi Tuan Beum."

"Siapa kau?"

"Aku asisten baru anda," Kim menundukan badan.

"Oh, baiklah... Kau akan membantuku mulai hari ini."

"Ya, dengan senang hati," Kim membalas. Di balik itu dia juga berekspresi merencanakan sesuatu karena dia di tugaskan Neko untuk menjadi asisten palsu Beum.

Setelah menutup telepon. Neko menghela napas panjang dan meletakan kepalanya menatap langit langit.

"(Aku belum melihat anjing itu dari tadi? Apa dia lari? Well aku tidak terlalu peduli akan hal itu, paling dia akan kembali lagi, dia sering di ajak jalan jalan Yechan ketika aku tidak ada di sini, jadi mungkin dia bisa mengingat jalan pulang,)" pikirnya.

Ia lalu terbaring di sofa. "(Aku lelah.... Aku tidak menemukan jejak Matthew sama sekali, dimana dia sekarang, aku sangat lapar untuk meminum darah...)" dia memegang perutnya yang telanjang.

Hingga ia menutup mata dan teringat sesuatu, wajah Matthew yang terus teringat di pikiran nya.

Tapi telepon Neko kembali berbunyi dan itu dari Yechan. "Akai!" Yechan langsung berteriak, untungnya Neko tadi menjauhkan ponselnya dari telinga nya ketika Yechan berteriak panik begitu.

"Ada apa?"

"Kau ingat anak anak tadi, salah satu anak telah hilang. Anak itu adalah gadis tadi," kata Yechan dengan panik.

Neko juga mengingat gadis itu yang tadi meminjam ponsel Neko untuk menghubungi ayahnya. "Dia hilang?" Neko berbicara dengan wajah datarnya.

"Polisi berbicara akan membutuhkan waktu sebelum mereka tiba, dan hanya ada satu orang pada shift malam di pertanian, jadi aku kembali ke sana sekarang," kata Yechan.

"(Bagaimana bisa... Aku harus mencarinya,) Baiklah," Neko membalas lalu ponselnya mati dan ia berdiri mengambil kaus putih lengan pendek nya dan memakainya.

Neko juga mengingat perkataan nya dengan gadis itu sebelum berakhir pembicaraan mereka.

--

"Apa kamu tahu tempat ini?" gadis itu memberikan secarik kertas dan Neko saat itu masih duduk di gubuk itu.

Neko mengambil kertas itu dan melihat nomor jalan di salah satu desa tersebut. "Yang aku tahu tempat ini dekat dengan jalanan aspal, mungkin tepat di halte," kata Neko sambil memberikan kertas itu.

"Ah, begitu, terima kasih."

"Ada apa memangnya dengan tempat itu?" tanya Neko.

"Tak ada apa apa kok," gadis itu membalas membuat Neko terdiam.

Begitulah sesuatu yang Neko ingat, dan ia tahu dimana gadis itu sekarang. "(Akan aku coba, dia pasti ada di sana,)" dia langsung masuk ke dalam mobil dan mengemudikan nya.

Sementara itu, Yechan keluar dari mobil pengangkut dan mendekat ke ibu gadis yang hilang bersama seorang petugas polisi. "Aku disini, bu, apa yang terjadi dengan gadis itu?" dia bergegas kesana.

"Ya di sini? Kami mencari ke seluruh bangunan, tapi kita masih belum menemukannya," beberapa orang juga mendekat.

"Petugas bilang dia akan segera datang," tambah mereka.

"Dia... Dia mungkin mencari ayahnya yang pergi, aku benar benar menyesal menyembunyikan ini darinya," kata ibu itu, dia menangis dan sedih.

"Jangan khawatir, kita akan mencarinya," petugas polisi itu mencoba menenangkanya.

Yechan terdiam, dia akan menghubungi Neko tapi petugas polisi itu memanggilnya. "Yechan ayo cepat."

"Ah baik... (Mungkin Akai tidak akan mencarinya dia tadi hanya membalas singkat... Aku juga tak akan merepotkan nya...)" Yechan agak kecewa, padahal Neko juga sedang mencari gadis itu sekarang sendirian dengan mobilnya.

Lalu mereka bertiga, yakni Yechan, ibu gadis itu dan petugas polisi tadi mencari menggunakan mobil petugas polisi itu.