"(Aku hamil? Tidak mungkin... Tidak mungkin aku membawa bayi?!! Dan yang paling membuat ku terkejut setengah mati adalah, ini sudah 1 minggu!!)" Neko tampak masih terpucat sambil berjalan pulang dari rumah sakit.
Tapi ia berhenti berjalan. "(Apa yang harus aku lakukan.... Kenapa ini terjadi padaku... Kupikir aku tidak akan bisa hamil, tapi, pria itu....)" ia memegang perut nya.
Sebelumnya ketika masih di ruangan dokter. Ia bertanya sesuatu. "Jika sudah satu minggu, kenapa perut ku tidak memiliki perubahan seperti ukuran?" Neko menatap bingung.
"Kehamilan bisa di lihat ketika sudah berumur 4-6 minggu, jadi jika belum 4-6 minggu, itu tidak akan terlihat bahwa anda sedang hamil," balas Dokter itu.
--
"(Jadi, tidak akan ada yang tahu sebelum mencapai umur 4-6 minggu? Jika memang begitu, itu mungkin akan menutupi nya, sementara, aku harus memikirkan cara lain.... Kupikir aku tidak bisa membuat bayi, ternyata... Itu berkebalikan sekali. Tapi, ini bayi siapa? Apa aku berhubungan dengan orang lain di satu minggu terakhir itu....)" Neko memikirkan orang lain selain Felix. Padahal sudah jelas yang membuat nya begitu adalah Felix.
Tapi ponselnya berbunyi membuat nya melihat, siapa sangka, itu dari Felix membuat nya langsung kesal.
"(Sial, kenapa harus menghubungi ku?!!!)" dia kesal, tapi terpaksa harus mengangkatnya.
Felix kemudian bicara duluan. "Kau menikmati kebebasan mu?"
"Tidak" Neko membalas dengan wajah suram.
"Baiklah, bagaimana jika hiburan, nanti malam, aku tunggu di lokasi yang kukirimkan," kata Felix seketika langsung menutup panggilan membuat Neko terpaku.
"(Sial.... Kau pikir aku ini apa.... Se enak nya menyuruh, jika saja aku bisa lari dari mu, aku tidak akan mau menuruti mu....)" ia tampak kesal. Lalu berjalan ke apartemen, tapi siapa sangka, dia melihat Kim yang sedang tertidur di bawah pintu sambil duduk, tertidur dengan posisi menunggu.
Neko terdiam bingung, mendadak dia menendang pelan kaki Kim membuat Kim terkejut dan terbangun, ia langsung menatap Neko, seketika berdiri. "Nona Neko, ku... Kupikir anda... Di dalam... Aku... Menunggu anda... Selama...." Kim menatap jam tangan. "5 jam..." tambah nya.
Tapi Neko hanya mencueki nya dan berjalan masuk membuat Kim terpaku. "Anu, Nona Neko.... Bisa aku masuk...?" Kim menatap.
Tapi Neko tiba tiba berteriak. "Pergilah!!! Aku benar benar sudah tidak membutuhkan mu lagi!!!" teriaknya membuat Kim terkejut kaku mendengar itu.
"Kau benar benar tidak berguna!! Membuat ku begini dan sekarang aku harus bergantung pada pria itu!! Jika sampai aku melihat mu lagi, aku akan membunuh mu!!" teriaknya lagi.
"Nona... Neko..." Kim tampak terdiam tak percaya.
Seketika pintu apartemen tertutup kencang, Neko terdiam bersandar di pintu, hingga ia menurunkan tubuhnya dan tampak putus asa. "(Hidup ku sudah hancur.... Aku tak tahu lagi harus apa.... Pergilah dari sini.... Kau bukan bawahan ku lagi, jadi kau bebas....)"
Sementara Kim masih terdiam di depan pintu. Hati nya terluka, benar benar hancur, dia tidak pernah dilemparkan kata kata seperti itu dari Neko. "(Kenapa... Kenapa kau mengatakan itu padaku...)" ia mengepal tangan.
Tapi ia tetap bersikeras, sebelum pergi, dia harus mengatakan hal yang tidak akan membuat semua berpikir dia langsung pergi begitu saja.
"Nona Neko, anda dengar aku...." panggilnya, tapi Neko tetap ada di tempatnya dan hanya bisa mendengar nya.
"Nona Neko, maafkan aku, aku benar benar sangat payah, aku tak bisa menjaga mu, setelah kepergian Hyun dan Jun, aku berpikir akan melakukan apapun untuk hidup, hanya untuk menemui mu, memastikan kau baik baik saja dengan begitu aku akan mati tenang, kupikir juga begitu, itu adalah resiko yang membuat ku ikut dengan Tuan Felix... Aku benar benar minta maaf... Jika aku tidak mengikuti nya, aku tidak akan bisa bertemu dengan mu, aku tahu itu hanya akan sia sia, tapi paling tidak, biarkan aku menjadi orang yang paling kau percayai, orang yang menemani mu hingga sekarang... Semua sudah mati, tapi hanya aku... Berpikirlah hanya aku yang bisa menjaga mu..." kata Kim. Di saat itu juga, air mata menetes dari mata nya tapi wajahnya tetap teguh.
Neko hanya terdiam, dia menundukkan wajahnya tak peduli, namun ia berdiri, ia menatap pintu lalu membukanya membuat Kim menoleh menatap dengan senyum senang karena Neko mau berbicara, tapi apa yang dikatakan Neko benar benar berkebalikan. "Aku tidak butuh penjagaan, aku hanya butuh, pahlawan..." kata Neko, di saat itu juga dia kembali menutup pintunya.
Kim kembali terdiam, dia lalu menurunkan senyumnya, lalu memilih untuk menyerah, sebelum pergi, dia mengatakan sesuatu. "Terima kasih.... Dan Maafkan aku..."
Neko terdiam setelah ia merasa Kim sudah pergi. Lalu menghela napas panjang. "(Sial... Apa yang baru saja aku katakan padanya....)" ia tampak kecewa, tapi di saat itu juga, hujan turun perlahan dan deras secara tiba tiba.
Di saat itu juga, Kim berhenti berjalan di tengah hujan, dia kebasahan, tak peduli seberapa basah dia. Lalu menoleh ke jalanan besar itu, ia berjalan ke sana dan melihat truk yang berjalan cepat. Lalu melangkah dan menginjak jalanan untuk kendaraan.
--
--
---
"Kematian seseorang, salah satu mayat dari orang penting telah di sembunyikan oleh direktur Han, dan aku tak bisa menemukan nya," kata Felix yang duduk di meja kantornya menatap seseorang yang berdiri di depan nya yang rupanya itu Kim yang basah kuyup, lantai menjadi basah dan dia hanya memasang wajah suram, dia tak jadi bunuh diri.
"Segera saja temukan mayat itu, bukti yang kuat akan memberikan pihak keuntungan, jika sampai ada yang menemukan mayatnya kecuali kelompok ini, dia akan tertendang direktur Han, dan hukum juga akan ikut dalam hal ini... Segera selesaikan itu," kata Felix, ia lalu berdiri akan berjalan pergi, tapi Kim mengatakan sesuatu.
"Izinkan aku... Meminta sesuatu padamu."
Hal itu membuat Felix terdiam berhenti berjalan, lalu menoleh ke Kim dengan lirikan.
". . . Aku mengulangi permintaan ku, aku ingin di bunuh oleh mu, saja...."
--
Sementara itu Neko menatap payung di samping pintu apartemen. " (Aku salah.... Kenapa aku bisa bisanya mengatakan hal itu padanya, aku harus menyusul nya...)" dia khawatir pada Kim, sepertinya dia bersalah mengatakan itu tadi pada Kim. Seketika ia mengambil payung itu dan berlari pergi ke kantor Felix.
Tapi ketika di parkiran mobil, dia memilih masuk lewat sana karena dia tak mau mencolok dengan masuk depan, tampak terengah engah. "(Ha... Ha... Dia pasti lari kemari...)" ia melihat sekitar, tapi tiba tiba saja, ia merasa sesuatu yang aneh di sekitarnya, padahal tak ada orang.
"(Apa? Kenapa aku mencium suatu bau... Busuk?)" ia menutup hidungnya, sepertinya karena kehamilan nya, indra penciuman nya menjadi sangat tajam.
Lalu melihat sekitar dan menemukan sesuatu di bagian parkiran mobil, ada sebuah bentuk persegi seperti lubang yang di tutupi.
Ia berlutut dengan bingung, karena penasaran pastinya dia membuka penutup itu dan siapa sangka, aroma busuknya tercium sangat dalam membuatnya menutup hidung nya. Namun ia terkejut ketika melihat itu adalah koper besar dengan adanya rambut berantakan keluar dari sana, dia langsung mengetahui bahwa itu mayat.
Namun di sisi lain, ia mendengar ada beberapa orang datang. Bahwa itu adalah direktur Han dan yang lain nya. "Kenapa ini sungguh sangat sulit untuk meyakinkan Park? Dia benar benar keras kepala, apa karena gadis itu, aku harus menangkap gadis itu lalu membunuhnya saja agar tidak mempengaruhi Park," kata Direktur Han.
"Tuan, bagaimana dengan mayat nya?"
"Kita ambil sekarang," balasnya, lalu mereka ke tempat Neko tadi.
Siapa sangka, Neko ada di tiang parkiran dekat dengan mereka. Dia mencoba tidak menimbulkan suara, tapi itu sungguh dekat dengan mereka.
"Tunggu..." Direktur Han menghentikan mereka sebelum membuka penutup itu, karena dia melihat rambut dari mayat itu keluar dari lubang itu yang artinya sudah di buka oleh orang lain duluan.
Ia menatap waspada, lalu mengambil senter.
Neko yang mencoba tidak menimbulkan suara, tiba tiba ia merasa aroma busuk itu membuatnya akan mual. "(Sialan... Jangan sekarang...)" dia menutup mulutnya.
Tapi siapa sangka, sorotan senter mengenai nya di arah lain membuatnya terkejut dan langsung menoleh, pandangan yang langsung mengarah ke Direktur Han dan yang lain nya.
"Ha... Mari lihat ini, kita dapat hewan buruan...." ia menatap suram membuat Neko terdiam gemetar. Dia tidak tahu mayat itu akan langsung mengarah ke berurusan dengan Direktur Han, padahal tadi Felix membahasnya dengan Kim yang basah kuyup.
"Haha, tangkap dia," kata Direktur Han membuat Neko terkejut.
Lalu orang nya mendekat akan mengambil Neko.
"Jangan sentuh aku!!" ia menghindar dan bangun cepat lalu berlari, tapi siapa sangka, ada yang memegang kakinya membuatnya langsung jatuh. "Akh!!" dia terjatuh keras dengan tengkurap, gemetar memegang perutnya.
"Mari lihat, jadi kau dengan beraninya mau berurusan yah..." Direktur Han menarik kerah Neko membuat Neko tertarik bangun.
"Bawa dia," dia menatap mereka. Di saat itu juga Neko tak bisa kemana mana, dia dalam bahaya dan sementara itu Felix berjalan ke kantor Negan yang menatap serius komputer pengawasan, seperti nya dia ada di kantor pengawasan.
Ia menoleh ketika Felix datang. "Park?"
Felix berjalan mendekat lalu meletakan pistol di meja nya. "Bunuh lelaki itu, dia ingin mati," kata Felix, yang dia maksud adalah Kim.
"Tunggu, hei, aku ingin bilang sesuatu... Lihat ini," Negan kembali duduk dan mengotak atik komputer itu, dia memundurkan rekaman CCTV yang ada di parkiran.
Itu menunjukan ada yang datang, seperti gadis yang sama seperti Neko membuat Felix tertarik untuk melihat dengan wajah serius.
Tapi mereka melihat Neko berjalan ke samping dimana tidak bisa di jangkau CCTV membuat mereka bingung.
Namun ada kelompok Direktur Han juga tersorot ke bagian tempat Neko tadi. Di saat itu juga Felix berpikir kesal. "(Dia....)"
Dan rupanya benar, Direktur Han berjalan di ikuti beberapa orang yang salah satunya membawa sesuatu yang tertutup kain hitam. Mereka lalu pergi dan Neko tidak terlihat keluar tersorot kamera, itu artinya mereka membawa Neko.
"(Sialan....)" Felix tampak kesal, ia langsung mengambil kembali pistol tadi dan berjalan pergi.
"Park! Kau tidak berencana akan menyusul nya kan?" Negan menatap panik.
"Bawa orang yang ada," Felix langsung mengatakan itu dengan lirikan tajam. Kini dia penuh amarah.