"Kemana kau akan pergi dari ranjang," Felix menatap, dia masih terbaring miring menatap Neko yang duduk, lalu Neko duduk di samping ranjang menurunkan kaki nya, tapi ia mendesis kesakitan pada paha nya.
"Cih, berapa kali kau melakukan ini padaku?" ia melirik Felix.
". . . Aku tidak menghitung nya..." balasnya, tapi ponselnya berbunyi dari meja dekat ranjang, dia mengulurkan tangan panjang nya dan menatap itu dari seseorang, lalu mengangkatnya meletakan ponsel itu di telinga nya.
Sementara Neko terdiam menatapnya dengan masih telanjang bulat. "(Aku tak tahu apa yang aku lakukan sekarang, bersama nya...)" ia terdiam, tapi mendadak, ia merasakan sesuatu di perutnya. Ia memegang perutnya. "(Aku.... Lapar....)" ia menatap cemas, lalu menoleh ke Felix yang berbicara di ponsel.
"Hm.... Lakukan saja CV nya..." kata dia berbicara di ponsel, lalu pandangan nya menoleh ke Neko dan seketika wajahnya terdiam karena melihat wajah Neko yang tampak menggunakan mata berkaca.
". . . Kenapa? Kau ingin menangis lagi?" Felix bangun duduk dan mengulur tangan, dia mengusap pipi Neko padahal tak ada apa apa di pipi Neko.
Tapi tiba tiba saja, Neko langsung menyerang dan menggigit leher nya membuat Felix kembali terdiam, namun ia tersenyum kecil dan kembali mendengarkan orang yang berbicara di ponsel. Dia seperti tak menghiraukan Neko menggigit nya.
Karena meraih tinggi, Neko menjadi menggunakan lutut nya untuk menyangga tubuhnya. Tangan Felix tampak memegang pinggul Neko yang begitu bebas itu sambil memegang ponsel dengan tangan satunya.
"(Mengapa dia diam saja...? Apa dia tidak apa apa jika aku menggigit nya begini, mungkin aku harus lebih keras menggigit nya,)" Neko menekan giginya untuk terus masuk menusuk, hal itu seharusnya sakit, tapi Felix sama sekali tak menunjukan ekspresi apapun, dia hanya fokus mendengarkan apa yang dikatakan orang di ponsel membuat Neko terdiam dan mengangkat kepalanya menatap Felix dengan tatapan polos.
Felix hanya terlihat memasang wajah seringai kecil.
"Kenapa kau tidak kesakitan?" Neko menatap, tapi siapa sangka Felix mendorong pinggang nya untuk mendekat dan ia mencium bibir Neko. Ia bahkan menjatuhkan ponselnya yang masih menyala dan menyerang Neko di ranjang.
--
"Apa yang terjadi padamu...?" Acheline menatap Neko yang duduk di meja nya dengan wajah suram, dia memakai kaus putih kerah tinggi dengan kemeja hitam nya. Sepertinya dia bermaksud menutupi bekas cupang yang di buat Felix di lehernya.
"Aku baik baik saja," balas Neko, meskipun begitu wajahnya penuh dengan suram dan sakit.
"Kau baik baik saja kan? Bagaimana dengan luka di kepala dan pipi mu?"
". . . Ini masih basah," Neko memegang penutup luka di pipinya.
"Ah begitu ya, aku benar benar kagum kau kuat sekali," tatap Acheline. Namun tiba tiba ponselnya berbunyi, ia melihat lalu kembali menoleh ke Neko. "Um.... Aku akan pergi, sampai jumpa Akai," Acheline berdiri lalu berjalan pergi membuat Neko terdiam bingung, lalu kembali menatap ke laptopnya.
Tapi ia terdiam sebentar. "(Aku bertanya tanya... Apakah sikap yang dimiliki pria itu memang sebaik itu... Kenapa dia tadi benar benar tidak melakukan hal yang begitu buruk, dia bahkan tidak melakukan seks dengan ku, hanya sebatas menggunakan bagian lain, dia menghilangkan ereksi nya tanpa melihat ku.... Ini benar benar sangat aneh.... Haruskah aku berpikir bahwa dia berbeda dari banyak orang lain nya tapi aku belum tahu dia siapa.... Aku bahkan tidak tahu mengapa dia terus membahas soal masa lalu.... Apa ini memang benar soal masa lalu ku... Dia yang membuat ku menjadi gadis yang berbeda dari banyak gadis lain nya... Jika aku tahu begitu, bukankah sudah seharusnya aku mengayunkan pisau padanya... Aku tetap akan menganggap nya pria yang buruk,)" Neko memasang wajah kesal. Sepertinya hati nya belum terbuka sama sekali.
--
Sementara itu Acheline dan Negan menyandera wanita suruhan tadi yang sekarang berada di depan mereka terikat di kursi.
"Apa yang harus kita lakukan padanya?" tanya Acheline.
"Entahlah," Negan membalas tapi Felix membuka pintu ruangan itu dan mereka menjadi menoleh padanya.
". . . Katakan padaku, siapa yang menyuruhmu?" tatap Felix berdiri tepat di depan wanita itu. Lalu wanita itu menengadah dan tersenyum.
"Karena kau bertanya begitu, aku bisa menjawabnya, ini juga bukan urusanku, aku hanya diminta dan di sewa saja."
Lalu Felix terdiam dengan tatapan seriusnya. Dia menjadi mengambil liontin yang di pakai.
"Siapa namamu?"
"Carol," Wanita itu membalas. Mendadak Felix menarik liontin itu hingga putus di leher nya, membuat dia sedikit kesakitan lalu Felix membuang liontin itu.
"Sekarang kau berada di bawahku," tatap Felix.
"Huh? Apa maksudmu, aku sudah bilang aku tidak pernah mengikuti orang!!"
"Kalau begitu tunjukan padaku siapa yang memintamu," Felix menyela.
"Beum...." Wanita yang bernama Carol itu membalas.
"Beum? Aku ingat orang itu," Felix tampak menebalkan alisnya. Ia ingat ketika ia menemukan Neko bersama Felix.
"Ah, orang itu.... Dia adalah Viktor yang pernah bersaing dengan mu, Bos, ketika perebutan distrik barat. Lalu dia juga dengan berani nya memberikan undangan menikah untuk mu," tambah Acheline.
". . . Tapi kenapa kematian Yohan, dia tidak ada di sana? Aku hanya melihat gadis itu di sana."
"Itu ketika Beum sudah membunuh Yohan lalu menugaskan ke empat bawahan nya menyerang gadis itu, lalu kau datang di saat Beum sudah pergi. Beum mengira bawahan nya bisa menyusulkan gadis itu padanya, tapi kau telah mengambil nya," kata Negan.
Lalu Felix terdiam sebentar dan menghela napas panjang. "Jelaskan padaku, mengapa dia menginginkan gadis itu?"
"Sama seperti semua orang yang ingin memiliki nya, mungkin dia tidak akan menyerah untuk mendapatkan nya. Tapi karena aku kesal, aku ingin membunuh nya saja, karena pekerjaan ku memang membunuh," balas Carol.
"Kau.... Berani nya bilang begitu!?" Negan menatap kesal. Tapi Felix terdiam, wajahnya tak terlihat dia memasang ekspresi apapun, hanya suram yang terlihat.
Di sisi lain, Neko menutup laptopnya dan menghela napas panjang, lalu mengambil sesuatu dari sakunya, yakni permen merah, lalu membuka nya dan langsung memakan nya.
Menikmati permen itu sambil membuka ponselnya, namun siapa sangka bahwa ada berita muncul artikel di ponselnya. Artikel itu adalah tentang makanan yakni Kue Apel membuat Neko terpaku melihat itu.
== Kue Manis, yang begitu di gemari gadis manis ==
"Bagaimana Fyp ku bisa masuk ini? Tapi ini benar benar menggoda," Neko tampak kecewa. Ia tak bisa membelinya.
"(Tidak mungkin aku membelinya begitu saja..... Tapi rasanya.... Seperti ingin....)" ia tampak ragu tapi ia menggeleng dan melupakan itu.
"Sudahlah... Tidak peduli...." ia meletakan kembali ponselnya. Tapi ada pesan masuk dari Felix membuat nya bingung lalu membukanya.
== Jika kau pulang, hubungi aku ==
Neko terpaku melihat itu. "Sialan... Apa maksud mu itu... Kau sengaja melakukan nya.... Memang nya kenapa jika aku pulang sendiri..." Neko kesal.
--
Felix tampak menatap kertas yang ia pegang di kantornya. Tapi mendadak ada yang datang dan langsung menancapkan pisau ke meja yang merusak dokumen di sana. Itu adalah pria yang tampak memberontak. "Kau, berani nya kau melakukan ini padaku, aku sudah bekerja padamu selama bertahun-tahun, kenapa kau malah membuat hutang padaku!!" ia menatap kesal.
"Kontrak janji sudah tertulis."
"Apa maksud mu!!" Pria itu berteriak kesal.
Namun Felix berdiri membuat bayangan besar gelap menutupi tubuh pria itu, Felix mencabut pisau itu dan menarik kerah pria itu.
Memanfaatkan pisau untuk mengancam di lehernya. "Dalam hal ini, jika kau meminta sesuatu pada ku melebihi orang lain lakukan, maka kau salah.... Yang ada aku hanya akan membunuh mu di tempat," tatapnya dengan serius.
Pria itu gemetar namun masih menggunakan wajah kesal nya, ia lalu langsung melepaskan diri dan berlari pergi dari sana.
Lalu datang Negan yang bingung sambil melihat keluar lalu berjalan mendekat. "Kau melakukan nya lagi..." tatapnya pada Felix yang menjatuhkan pisau itu di bawah.
"Bagaimana jam gadis itu pulang?" ia malah mengganti topik.
". . . Sekarang dia akan pulang.... Kenapa? Kau berharap dia akan meminta mu mengantar?" Negan menatap meragukan.
Tampak Felix hanya memasang wajah datar, lalu ponselnya berbunyi. "Aku tidak mengharapkan itu, tapi lihat, siapa yang menghubungi ku," Felix menunjukan layar ponselnya yang bertuliskan nama "Amai Akai," yang artinya Neko menghubungi nya.
Hal itu membuat Negan terdiam kaku lalu Felix berdiri dan berjalan ke pintu.
"Tunggu.... Tunggu.... Kau tidak bisa meninggalkan tempat ini begitu saja... Hei..." Negan berteriak tapi Felix tetap berjalan pergi membuat Negan menggeleng sambil menghela napas panjang.
Di sisi Neko, dia berdiri di pinggir jalan menatap ponselnya sambil mengemut permen. Lalu ada mobil putih yang berhenti di depan nya, di pinggir jalan itu tepatnya.
Lalu dari bangku dekat supir, jendela itu turun dan memperlihatkan Felix dari bangku supir. "Kau suka uang?" tatapnya dengan senyum kecil membuat Neko terdiam bingung.
Ia menoleh sekitar. "Kau bicara padaku? Kupikir kau melemparkan pertanyaan yang salah."
"Kenapa? Bukankah semua suka uang?"
"Siapa yang suka uang mu," Neko langsung menyela.
"Baiklah, cukup bercanda nya, masuk lah atau kau di srempet orang," kata Felix sambil menunjukan sabuk pengaman. Lalu Neko menghela napas panjang dan duduk di bangku samping supir.
Tapi ia terkejut ketika Felix akan mendekat. "Apa yang kau lakukan!?" dia langsung mendorong Felix.
"Memasangkan mu sabuk pengaman."
"Aku bukan gadis kecil!! Aku bisa melakukan nya sendiri... Lihat ini!!" Neko langsung memasangkan nya dengan rasa yang kesal.
Felix menjadi tertawa kecil melihat itu dan tentunya itu membuat Neko terdiam melihat nya.
"(Apa dia... Tersenyum...?)"
"Baiklah, kau gadis yang bukan kecil lagi," kata Felix lalu ia mengendarai mobilnya. Neko masih terdiam dengan wajah Felix tadi.
"(Aku benar benar tidak percaya, sebenarnya apa yang aku lakukan... Kenapa aku malah ikut dengan nya.... Apa aku berpikir untuk kesal padanya saja... Mungkin aku harus membenci nya.... Tapi kenapa perasaan ku benar benar aneh...)" Neko terdiam ragu.