Sementara itu, Neko membuka mata di ranjangnya. Ia memegang keningnya sendiri sambil melihat ke langit-langit. Ia sudah berganti pakaian.
Tapi ia merasakan sesuatu bahwa pakaian dalamnya masih basah. "(Yohan... Dia tidak mengganti pakaian dalamku saat aku tertidur?)" ia menjadi terdiam bingung, tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu yang sangat menyakitkan, yakni masa lalunya. Hal itu membuatnya terdiam dengan hati yang masih hancur.
"(Aku benar-benar terlalu berharap. Bahkan sampai kapanpun, memang nya aku ditakdirkan untuk berharap? Melakukan nya saja sudah berat apalagi harus berharap bahkan pada sesuatu yang tidak pasti di kehidupan ku...)" ia menutup mata, dan ketika membukanya, air mata mulai menetes perlahan.
Tiba-tiba, tangannya tergenggam seseorang, membuatnya terkejut. Ia segera bangun dan menoleh, rupanya Yohan sedang menatapnya dengan berlutut dan wajah yang khawatir.
"Aku melihatmu dari tadi. Apa kau tidak sadar kalau aku ada di sampingmu?" tatapnya memegang tangan Neko.
"Yohan?" Neko menjadi terdiam, tak percaya.
Lalu Yohan menutup mata dan menghela napas. Seketika, ia langsung memeluk Neko.
"Yohan?" Neko menjadi terkejut.
"Aku mohon, Luna, jika kau punya masalah, ceritakan padaku. Aku akan mendengarkan untukmu," kata Yohan sambil memeluknya sangat erat.
"(Apa yang dia pikirkan?) Yohan, apa yang terjadi? Ada apa dengan mu?"
"Aku mohon jangan putus asa seperti ini. Aku akan membunuhnya sehingga dia tak bisa menyakitimu lagi," Yohan menatap dengan khawatir.
Hal itu membuat Neko terdiam dan kembali meneteskan air mata, tak di sangka sangka dia benar benar tak tahan pada tangisan air matanya. Ia juga langsung memeluk Yohan dengan erat, menyembunyikan tangisnya di tubuh Yohan.
"(Rasanya tubuhku hangat, tangisnya memang tak bisa didengar tapi bisa dirasakan...)"
Sementara itu, Beum berbicara dengan beberapa orang di kantornya.
Ia terdiam, bermain dengan bolpen yang ia pegang di jarinya sambil menyangga dagu dan memikirkan sesuatu, yakni Neko.
Ia menghela napas panjang. "Katakan padaku, siapa orang yang telah menyentuh gadis itu?" tatapnya pada bawahannya yang ada di hadapannya.
"Berdasarkan informasi, hanya beberapa orang saja yang menyentuhnya dan menganggapnya sebagai gadis yang manis. Tapi sampai saat ini dia masih perawan," balasnya.
"Perawan? Itu berarti dia bisa membuat keturunan. Darahnya itu sangat langka untuk keturunan nanti. Aku berpikir bahwa keturunan nanti pasti akan lebih kuat darinya... Jika mendapatkan keturunan dari dia, pasti akan sangat beruntung bahkan juga berguna..."
"Tapi Tuan Viktor, Nona Neko menganggap tubuhnya sudah hancur dan rusak. Kita memang bisa berharap soal keturunan, tapi kita tak bisa berbaur dengan sikap nya yang tidak layak."
"Hmp... Itu hanya kata-kata dari tubuhnya. Dia memang sangat ahli dalam hal seksualitas, tapi hal ranjang itu beda lagi," balas Beum. Lalu mereka hanya terdiam menutup mulut.
"Aku benar-benar ingin mendapatkannya. Siapkan pernikahanku dengannya," kata Beum.
Seketika orang-orangnya terkejut tak percaya. "Apa Anda yakin? Bagaimana jika dia menolak?"
"Paksa dia. Gadis itu harus menjadi milikku. Benar-benar sudah memincutku, bagaimanapun juga, jika aku sudah mendapatkan kekuasaan ini, kurang puas jika aku belum membuat gadis itu memenuhi permintaan ku. Aku juga akan semakin bertambah umur, jadi mungkin aku ingin menikah. Soal berbaur dengan sikap gadis itu, aku pikirkan belakangan saja karena aku yang punya kuasa di sini..." kata Beum dengan tatapan kuasanya.
Tapi tiba-tiba, seseorang masuk sambil berteriak kesal. "Apa yang baru saja kau katakan?!" rupanya Matthew membuat semuanya terdiam, termasuk Beum.
"Apa yang kau katakan tadi?! Kau ingin menikahinya!! Apa yang membuatmu berpikir begitu?!" Matthew menatap kesal.
"Hei, Matthew, kau ingat pertemuan ku dengan mafia Rusia yang baru-baru ini dibicarakan dalam artikel? Aku sudah melihatnya. Dia memiliki tubuh yang begitu besar dan sangat mengerikan, dan dia juga mengatakan bahwa dia mengenal sekali yang namanya Amai Akai. Dia ingin menjemput gadis itu dan bicara soal penurunan kesetiaan, tapi aku tak akan membuat nya mengambil gadis itu, bagaimanapun juga dia akan jadi bagian dari ku," kata Beum.
"Apa?! Itu siapa?" Matthew menatap tak percaya.
"Namanya saja sudah bahaya. Dia Park Choisung, tapi dia punya nama lain versi negaranya sendiri. Aku juga tidak tahu apa hubungan dia dengan gadis itu, tapi yang jelas, dia ingin mendapatkannya. Aku tak mau dia mendapatkannya, bisa jadi dia menggunakan gadis itu untuk memanfaatkan kekuasaan, jadi aku ingin mengambil gadis itu duluan. Aku juga sudah jatuh cinta dari dulu," kata Beum.
Matthew menjadi terdiam, dia tak bisa apa-apa.
"Matthew, aku tahu kau memang punya hubungan dulu dengan dia, tapi aku kecewa padamu karena kau sama sekali tak mau berhubungan badan dengannya. Jika kau bisa membuatnya mengandung, pastinya bayi miliknya akan berharga. Bayi muda dari darah gen mata merah adalah yang paling berharga," kata Beum, membuat Matthew masih terdiam dan benar-benar tak rela. Mau bagaimana lagi, Beum sudah memberikan perintah.
Di sisi lain, Neko membuka lembaran baru di buku yang ia baca di ranjang.
Lalu ada yang mengetuk pintu. Setelah masuk, terlihat itu Yohan. "Luna," dia masuk membawa teh hangat.
"Aku membawakanmu teh hangat," ia memberikan teh itu pada Neko.
"Terima kasih," Neko menerimanya dan meminumnya perlahan.
Tapi Yohan masih diam, berdiri di samping ranjang seperti ingin mengatakan sesuatu, hingga ia akhirnya berkata, "Um... Luna, apakah tubuhmu sudah baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja," Neko langsung membalas meskipun matanya fokus pada buku yang ia baca.
"Luna...." panggil Yohan lagi, membuat Neko menoleh menengadah padanya dengan tatapan dingin.
"Jika suatu saat nanti aku bisa menunjukkan sesuatu yang membuatmu percaya padaku, apakah kau akan mencintaiku seumur hidup?" tatap Yohan dengan nada yang sedikit grogi.
Lalu Neko dengan wajah biasanya, ia meminum kembali tehnya perlahan lalu membalas, "Jika kau bisa melakukannya, aku akan menghargai itu pastinya. Dan satu hal, jangan menyebutkan perasaanmu padamu. Jangan terlalu berharap aku juga memiliki rasa yang sama."
"(Dia benar-benar hanya menganggapku angin, tapi mungkin ini baik-baik saja. Yang penting aku bisa menjaganya sampai sekarang,)" tatap Yohan.
"Terserah saja," balas Neko.
Seketika Yohan berlutut di bawah ranjang, membuat Neko menoleh dengan bingung.
"Luna, maafkan aku. Sebenarnya aku adalah seorang utusan... Utusan... dari seseorang yang sangat kau benci dan sangat benci, bahkan kau tak ingin melihat penampilannya meskipun kau ingin sekali melihat wajahnya, wajah yang membuat mata milikmu merah," kata Yohan menundukkan wajah.
Seketika, Neko yang mendengar itu terkejut tak percaya dan langsung menjatuhkan cangkir yang ada di tangannya hingga gelas itu jatuh ke bawah dan pecah begitu saja. Buku yang ia pegang juga ikut jatuh di bawah ranjang.
"Maksudmu... Park Choisung..." tatap Neko dengan kosong dan gemetar. Yohan hanya terdiam menundukkan wajahnya, sudah tidak dapat berkata apapun lagi.
Tiba-tiba, Neko turun, tak peduli menginjak serpihan kaca itu yang melukai kakinya.
Yohan yang melihat itu menjadi terkejut, akan bangun tapi Neko mendorong kerah Yohan dan jatuh. Mereka berdua jatuh dengan Neko yang duduk di atas Yohan, menarik kerah Yohan.
"Katakan padaku, Yohan!!! Di mana dia sekarang?!" teriak Neko dengan tatapan kosong. Telapak kakinya benar-benar berdarah sangat banyak dan terluka. Neko seperti haus ingin mendapat jawaban dari Yohan.
Yohan terdiam sebentar dan menatap kecewa pada Neko. Dia kecewa karena pada dirinya sendiri. "Akan aku beri tahu di mana. Aku sekarang memberitahumu karena aku menyesal bahwa aku telah melakukan hal lebih padamu. Padahal tujuan ku ke sini adalah membawa mu padanya," balasnya.
Neko yang mendengar itu menggigit mulut. "Sialan kau..." ia kesal dan langsung mencekik Yohan dengan kedua tangannya, membuat Yohan terdiam, tapi kedua tangannya tak maju menyerang. Dia membiarkan Neko melakukan itu.
"Kau benar-benar sialan!!! Selama ini kupikir kau bisa dipercaya dalam hal ini dan sekarang kau mengaku bahwa kau suruhan-nya. Apa kau tahu betapa penasaran aku dengan dia? Siapa dia dan bagaimana dia bisa hidup tanpa aku yang menurunkan tangan untuk bekas dendam padanya dan sekarang kau mengatakan dengan mudah bahwa kau adalah mata-mata di sini?!" Neko berteriak dengan amarah kesal.
"Maafkan aku!! Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku kemari juga sekaligus ingin mengatakan bahwa kau sedang dicari oleh atasan-ku itu, dan dia bilang, Tuan Viktor juga akan mencarimu. Ini ibarat kau sedang diperebutkan. Kau harus memilih salah satu atau lari!!" kata Yohan.
Neko terdiam, dia benar-benar tak percaya. "...Sekarang katakan padaku dulu, seperti apa pria yang bernama Park Choisung?" Neko menatap.
"...Dia pria yang tinggi dan juga dominan dewasa. Darah asli dari Rusia dan dikenal sebagai mafia yang
pandai dalam penggandaan bisnis," balas Yohan.
"Aku tidak tanya soal itu. Aku tanya soal penampilannya. Apa dia lebih kuat dari Viktor?"
"...Ya, karena aku sudah melihatnya langsung," tatap Yohan. Tapi tiba-tiba, Yohan tertampar tangan Neko, membuatnya terpaku tidak percaya.
"Kau benar-benar pengkhianat, Yohan. Kau bilang, kau ingin menjadi pengawal yang setia dan juga dipercaya. Lalu, apa yang kau lakukan sekarang sebenarnya? Apa kau benar-benar melakukan ini untuk atasanmu itu?"
"Nona, dengarkan aku. Aku tidak akan memberi tahu siapa aku yang sebenarnya jika aku tidak percaya padamu. Sekarang aku benar-benar percaya padamu dan ingin membantumu. Aku juga membantu memberitahu bahwa kedepannya kau akan berada dalam bahaya dalam lipatan ganda...."
"Tutup mulut itu!! Kau benar-benar tidak bisa dipercaya!!" Neko menjadi marah dan kesal.
Tapi tiba-tiba, Hyun dan Jun datang di sana dan terkejut melihat itu. "Bos, apa yang terjadi?!" Mereka menatap panik.
Neko menoleh dan mengangkat satu alisnya. "Kapan kalian kemari, huh?"
"Kami kemari untuk bertemu dengan Anda lagi, tapi kami melihat hal yang salah."
Lalu Neko terdiam dan melepas cekikannya, berdiri duduk di ranjang. Yohan terdiam memegang lehernya.
"Bawa lelaki ini pergi dari hadapanku," kata Neko.
Seketika, Hyun dan Jun melirik pada Yohan yang akan bangun. Ia lalu menyeret bahunya pergi. "Tunggu... Nuna!!"
Neko terdiam menghela napas panjang. "(Ini semua akhir... akhir dari segala jurang lainnya...)"