webnovel

Diselamatkan

"Apa yang Bapa inginkan sebenarnya, mau menghabisi saya tidak maumau, tetapi mau membuat saya bebas, pun bapa tidak mau. Sudah saya bilang, kalau saya tidak perduli lagi dengan semua ini. Kalian semua tidak transparan dengan apa yang kalian incar daridari saya, soal masa lalu yang berputar-putar penjelasannya, saya pikirpikir iniini sudah di batas kesabaran, dandan sayasaya mau selesaikan ini meskipun ada akhirnya harus ditukar dengan nyawa sayasaya sendiri, jadi lepaskan saja saya dan tumbalkan saya sekarang juga!"

Aku berteriak dengan sengaja agar semua anggota sekte sesat itu bisa melihat ke arahku dan membuatku menjadi santapan buat makhluk halus yang mereka sembah sebagai kekuatan tertinggi. Sesatnya mereka benar-benar membuatku repot beberapa waktu, kupikiri ini sudah keterlalun, kupikir kehidupanku sebaiknya seleaai saja dibanding harusharus menghadapi berbagai macam pengikut Nyai yang kegilaannya membuatku hampir gila.

Semua yang menjadi harapanku seaat ini akhirnya terkabul, ketika rapalan-rapalan itu tercipta dan aku tidak lagi mendnegar mereka mengucapkannya. Hening tercipta, aku merasakan ada banyak tatappan yang seakan menelanjangiku. Mereka semua perlahan mendekat, seperti seorang kesetanan yang hendak berlomba-lomba menjamah tubuhku dengan kedua tangan mereka.

Aku bisa menatap mereka yang matanya tidak normal seperti biasa, bagian hitam mata merekaa terlihat lebih besar, aku tidak meliat warna putih di mata mereka.

Pak Kusuma yang sadar pun seakan sedang melawan sesuatu, aku bisa menatapnya sedang menghalangi apa yang tidak bisa kulihat. Tangannya mengibas-ngibas udara seperti orang mengusir serangga.

Entah apa yang lelaki aneh itu lakukan sekarang, dia terlalu banyak omong sejak tadi, dan sekarang dia terdiam serta sibuk dengan dunianya sendiri. Ada apa dengannya.

Aku bisa menatap Bu Putri, wanita yang hampir menghabisiku di rumahnya serta di rumahku itu juga nampak sama dengan yang lain.

Aku menutup mata saja ketika beberpa orang berhasil memegang bagian tubuhhku, sempat merasa kesakitan juga ketika ada goresan kuku tangan yang terasa tajam seakan memanjang di bagian lenganku yang terbuka.

Aku tidak mau melihat, hanya mau merasakan saja, karena bisa saja semua ini terlalu menyeramkan.

Hingga suara aneh mulai menggema, dan semua orang berssahut-sahutan seakan menjawabnya.

Aku tidak tahan, kupingku terasa pengang dan naik ke kepala sampai peninng gara-gara mendengar suara-suara aneh yang terkadang melengking.

Beberapa lama aku bisa mendengar suara itu menghilang, dan tidak ada lagi tangan-tanagn yang berusaha menjamah tubuhku. Aku merasakan kedinginan, suhu panas tadi seakan turun ke titik nol, aku bisa membeku bila terus begini,

Oh tolonglah, kenapa prosesnya terasa lama, harusnya mereka langsung saja menumbalkanku agar aku tidak menyesal menyerahkan diri seperti ini. Aku tersiksa dengan rasa dingin yang menusuk dada.

Aku tidak bisa menunggu lebih lama dan hendak memeriksa keadaan. Kupksakan membuka mata dan melihat sebenarnya ada apa sampai-sampai bisa terjadi seperti ini.

Ketika mataku terbuka yang ada hanya barang-barang yang sudah tidak berdiri di tempatnya lagi, rumah ini keadaan ini terlihat sangat menyeramkn dari yang tadi. Semua orang yang tadinya penuh dan berebut menyentuhku juga tidak nampak satu pun termasuk Pak Kusuma maupun Bu Putri dan Bu Rohani.

Mereka menghilang ke mana, dan kenapa begitu cepat samai aku tidak menyadari sudah ditinggal sendirian.

Ruangan ini terasa sangat mencekam jika dalam keadaan berantakan. Tidak ada penerangan yang bisa menjangkau banyak ruangan. aku hanya bisa menatap ruanganku saja dengan berantakan.

Suhu yang terlalu rendahh membuat keadaan jadi lembab, aku juga bisa melihat tembok yang berembun dan bagian atas, dari plafon meneteskan air seperti bocor.

Aku mengigil, tubuhku terasa kaku ddan seperti di tusuk-tusuk jarum.

Aku masih terikat di tempat yang sama, tidak ada perubahan dalam diriku, hanya tempat ini saja yang berubah wujud dan semua orang meninggalkanku, apakah semua ini terjadi karena aku sudah dalam tahap ditumnbalkan, tapi apakah prosesnya hanya sampai saat ini, tanpa aku terluka, atau tanpa kejadian yang menyakitkan serta menyeramkan seperti yang ada dalam bayanganku sendiri, ini begitu biasa saja meskipun jika aku ditinggalkan sendirian dengan suhu minus ini, bisa saja aku terkena hipotermia dan akhirnya kehabisan napas juga karena saking dinginnya.

Aku mendesah panjang, menghela napas yang terasa mulai pendek, menikmati habisnya usiaku di sini dalam penyiksaan tiada akhir. Apa dosaku kalau kupikir-pikir kepada mereka, orang-orng yang tidak kukenal semenjak aku lahir ekalipun. Kenapa mereka bisa menempatkan orang tak bersalah sepertiku di tempat seperti ini, di posisi sebagai tumbal, aku menyesali hidup sekarang. Kenapa dulu tidak kuliah saja keluar negeri, atau menikah saja dengan orang yang sempat dijodohhkan oleh teman-temanku dibanding aku berkenalan dengan Mas Fadil dan sekarang harus bertukar nyawa demi kemaslahatan hidup banyak pengikut sesat ini.

Aku mendengar langkah kaki, dan itu terasa terseret, tidak menapak dengan sempurna seperti orang normal pada umumnya.

Walaupun sulit aku mencoba melihat kira-kira siapa orang yang telah melangkah seperti itu, aku melihat ke arah kanan tidak ada siapa-siapa, begitu pun ke kiri, nihil, tidak ada tnda-tanda pengunjung yang mau mendatangiku, tetapi suara langkah yang terseret tersebut semakin mendekat, hingga aku sadar kalau aku belum melihat ke arah belakang, tetapi, kalau aku melihat ke sana pun tidak bisa karena tubuh ini terikat dengan sangat kuat, jadi hanya bisa menengok ke arah kanan, kiri dan depan yang pasti tidak ada.

Aku pasrah saja, muungkin ini ulah hantu nenek yang dipanggil nyai itu. Jadi aku tidak perduli jikalau mereka atau dia mau menghabisiku ala-ala film horor dan misteri seperti ini. Yang bisa kulakukan hanya menarik napas dan membuangnya perlahan agar aku bisa menenangkan diri dan membuatku rileks dalam menemui ajalku yang entah cepat atau lambat selesainya.

Akan tetapi, yang kutemui bukanlah ajal yang sudah kuperhitungkan dan perkirakan bahkan aku ikhlaskan. Bukan seperti itu. Apa yang datang benar-benar dari belakang, tetapi aku tak yakin kalau makhluk yang berdiri di belakangku punya niat bagus atau niat jelek mendatangiku dengan cara yang sangat aneh ini.

Semenjak tadi tidak terdengar suara apapun yang menandakan dia hadir, atau dia menolongku dari caci maki Pak Kusuma pun tak ada, sekarang dia malah datang menemuiku dalam keadaanku yang tidak berdaya dan sangat menyusahkan ini, mungkin dia mau memberiku selamat atas kegagalanku dalam mencari tahu sesuai dengan ancaman yang sering aku gaungkan kepadanya, aku jadi kesal sekarang dengan perbuatannya yang menyebalkan ini.

"Kita harus pergi dari sini sebelum terlambat," ucapnya sambil berusaha membuka ikatan di tubuhku dengan tergesa-gesa.