webnovel

Kata-kata yang Mengejutkan

Editor: Wave Literature

Feng Jiu benar-benar tidak menyangka. Akhirnya, kemampuan medisnya yang paling membantu Feng Jiu. Tapi, itu hanyalah obat yang dia campur menjadi ramuan. Tapi jika dilakukan oleh Ahli Kimia di dunia ini...

Ketika pemikiran itu melintas di kepalanya, sebuah kilatan muncul di kedua mata Feng Jiu. Sebuah ide terbentuk dalam pikirannya.

Feng Jiu mengangkat pandangannya dan melihat Pengawas Dong di hadapannya. Lalu dia bertanya: "Aku lihat ada gadis muda yang berlutut di luar sana. Dia terlihat seperti orang yang meminum obat itu beberapa hari yang lalu?"

"Ya, itu adalah dia. Gadis itu sudah berlutut di sana selama dua hari dan dia melakukannya agar bisa bertemu dengan Tuan."

"Bertemu denganku?" Feng Jiu mengangkat alisnya. Dia merasa cukup terkejut.

"Benar. Dia pejuang Warrior yang cukup terkenal di Arena Pasar Gelap. Kabarnya dia memiliki saudara laki-laki yang sedang sakit. Gadis itu telah menggunakan semua uang yang dia menangkan di sini untuk merawat saudaranya. Tapi semua tabib yang mereka temui mengatakan bahwa saudaranya itu tidak bisa hidup lebih lama lagi."

Saat Pengawas Dong berbicara, dia melihat Feng Jiu tertarik. Kemudian lanjut berkata: "Baru dua hari yang lalu, saudaranya koma dan semua tabib di kota tidak berdaya menolongnya. Gadis itu tidak tahu harus melakukan apa lagi. Jadi, dia berlutut di sana, memohon untuk bertemu Tuan. Kami telah berjanji pada Tuan untuk tidak mengungkapkan informasi apapun tentang anda. Kami tentu tidak memberitahunya. Sejak saat itu, dia telah berlutut di sana selama ini. Dia tidak mau menyerah bahkan ketika kami mengusirnya."

Feng Jiu mengangguk dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Sesaat kemudian, dia meninggalkan beberapa pesan tentang obat. Dia segera berdiri untuk pergi.

Saat Feng Jiu keluar melalui gerbang Pasar Gelap dan melewati gadis muda itu, Feng Jiu tersadar bahwa gadis itu sedang menatapnya. Feng Jiu berhenti sejenak. Dia melirik gadis itu dan terus berjalan pergi.

Gadis berpakaian hitam itu menatap sosok yang sedang pergi. Kedua matanya berbinar sebelum dia berdiri untuk mengikuti sosok itu.

Setelah Feng Jiu melewati tiga jalan, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Suaranya meninggi.

"Setelah membuntutiku selama ini, apakah kamu berpikir ingin merampokku?" Pada saat yang sama, Feng Jiu berbalik.

Sosok berpakaian serba hitam itu berjalan dari belakang. Itu adalah seorang gadis muda. Dia bahkan mengolesi wajahnya menjadi berwarna hitam. Dia melihat sosok berpakaian merah cerah di hadapannya. Sambil menggigit bibir, dia berkata.

"Ada aroma obat di tubuhmu. Kamulah yang meracik obat itu."

Feng Jiu tersenyum. Dia lalu menyilangkan tangan di depan dadanya. Dia menyeringai saat berkata: "Lalu?"

Gadis berpakaian hitam itu menatap Feng Jiu. Dia terdiam sesat sebelum tiba-tiba berlutut dengan kepala yang menunduk. "Saya mohon agar anda menyelamatkan saudara saya."

Suaranya terdengar kaku dan keras. Punggungnya menjadi sangat lurus.

Ketika Feng Jiu melihatnya, itu mengingatkannya pada hari itu, saat berada di Arena. Kedua mata gadis itu tampak seperti binatang buas kecil. Matanya yang terlihat kuat dan tangguh.

"Katakan padaku. Kenapa aku harus menyelamatkan saudaramu?"

"Saya bisa membantu anda membunuh orang."

Feng Jiu menggelengkan kepala. "Untuk urusan membunuh, ada pembunuh bayaran yang profesional di Pasar Gelap."

"Saya bisa memberikan nyawa saya."

Feng Jiu menggelengkan kepala lagi. "Nyawamu tidak berguna bagiku."

Setelah mendengar itu, sang gadis mengangkat pandangannya dan menatap lurus orang di hadapannya itu. "Lalu, apa yang anda inginkan?"

Tatapan Feng Jiu mengarah pada gadis itu dari atas ke bawah dengan seksama. Kemudian, dia menggelengkan kepalanya lagi sambil tersenyum sinis. Dia segera pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Melihat sosok berpakaian merah yang perlahan-lahan menjauh, gadis muda itu berdiri dan berteriak: "Saya bisa menghangatkan kasur anda!"

Tiba-tiba, kaki Feng Jiu tersandung dan hampir menabrakkan wajahnya ke tanah setelah mendengar ucapan gadis di belakangnya.