webnovel

DISTRIK 25 : Sebuah Mimpi Buruk

VOL.I DISTRIK 25: SEBUAH MIMPI BURUK Ami sangat membenci para elit negara karena perubahan sistem pemerintahan sejak pergantian presiden beserta jajaran yang membuat warga tidak tenang, terlebih dengan adanya rumor mengenai hilangnya anak-anak di bawah umur yang di gunakan sebagai tumbal dari sebuah ritual yang dilakukan oleh para elit negara. Mereka bahkan selalu siap untuk menyakiti ataupun menangkap siapapun yang menentang kebijakan Pemerintah. *** VOL.II DISTRIK 25: DUNIA TANPA KEGELAPAN “Kalian mungkin mengira semua ini disebabkan oleh kegelapan. Tapi apa kalian tahu kalau manusia bahkan dapat menjadi lebih kejam dari kegelapan,” kata seorang pria tua yang berjalan dengan tongkatnya. *** VOL.III DISTRIK 25: SEBUAH MASA LALU Sebuah perjanjian dengan kegelapan di masa lalu membawa dampak sangat besar untuk masa depan. Perjanjian berdarah, perjanjian penuh ritual dan penumbalan. Kekuatan dan kekuasaan, semuanya diberikan oleh kegelapan dengan imbalan darah yang melimpah dan kesengsaraan. *** *** Dengan memberikan dukungan untukku berupa vote dan hadiahnya, teman2 telah menjadi PEMBACA ISTIMEWA juga menjadi SAKSI DARI KISAH DISTRIK 25 ^,^ Love *,*

snaisy_ · Fantasi
Peringkat tidak cukup
369 Chs

Sejarah Tanpa Judul

=Ami POV=

Wanita itu berhenti tanpa aba-aba membuatku dan Laya berhenti mendadak setengah terkejut. Dia berbalik dan berkata, "Kalian bisa tinggalkan kedua obor itu disini. Aku tidak menyukai ada sampah di rumahku."

Aku mengedipkan mata bebera kali. Segera tersadar kalau kami telah tiba di tujuan dari perjalanan kami tadi. Tidak begitu jauh, pikirku.

Di sini, di depan sebuah rumah dengan bangunan lawas seperti rumah Lila di Utara. Aku dan Laya sama sekali tidak menyadari kalau kami telah tiba di halaman rumah wanita itu. Kami sedikit menoleh kanan dan kiri memastikan kalau kami tidak sedang tertidur tadi selama di jalan. Jalanan dan suasana yang sedikit berbeda, aku sama sekali tidak dapat mengingat kapan terakhir kali aku berkeliling di pusat Distrik hingga tidak lagi mengenai jalanan dan bangunannya.

Aku dan Laya segera mengangguk. Kami meletakkan dua batang obor itu pada teras rumah yang terbuat dari marmer putih. Bukan rumah yang murah, pikirku lagi.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com