=Ami POV=
"Tempat kita tidak disini," ujarku segera menatap Laya dan bang Arlan.
"Kita harus menunggu semuanya selesai. Lagipula kita perlu berpamitan dengan Presiden," sahut bang Arlan.
"Benar. Kurasa ini bukan tindakan baik jika pergi begitu saja tanpa pamit. Sam juga masih disana, apa kamu akan meninggalkannya?" sambung Laya.
Entah kenapa mereka sungguh kompak kali ini. Aku memandangi keduanya secara bergantian. Kembali mehela napas, tidak berminat untuk melakukan apapun lagi. "Aku akan menunggu diluar bersama Ander," ujarku segera berjalan meninggalkan mereka.
Sebenarnya, apa gunanya aku berada di tempat ini?
Kami meminta keadilan untuk rakyat, meminta kebebasan dalam menyampaikan pendapat untuk semua warga. Namun mereka, para elit itu memberi kami kejutan berupa surat wasiat. Apa itu masuk akal?
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com