=Arlan POV=
"Kamu menginginkannya, 'kan?" teriakku yang berhasil membuat Raffan mengehentikan langkahnya. Dia berbalik dan menatapku tajam.
"Apa?"
"Posisi Ge. Kamu menginginkannya?" tanyaku lagi.
"Hah, apa aku nampak seperti dirimu?" Raffan berdecih, segera saja aku mengernyitkan dahi setelah mendengar jawbannya.
"Aku mengabdi kepada tuan Hadiyaksa, aku telah bersumpah untuknya. Sampai kapanpun akan tetap begitu. Aku membenci wasiat itu," ujarnya lagi dengan nada yang tinggi.
"Kamu hanya perlu melakukan yang diperitahkan oleh beliau untukmu. Terima presiden baru dan jalankan tugas sebagai ketua pasukan merah seperti biasa. Kurasa tidak ada hal yang perlu membuatmu marah."
Pandangan kami saling bertemu. Aku melihatnya sebagai seorang saudara. Kedekatan kami saat masih sama-sama menjalankan tugas, membuat bathin kami cukup peka antar perasaan satu sama lain.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com