webnovel

BAB 3

Tidak perlu berpikir panjang lagi, aku segera mendobrak pintu kamar. Di tendangan yang ketiga pintu itu berhasil terbuka. Dan terkejutnya aku tatkala melihat ke dalam kamar. "Reyna.....!" teriakku semakin panik, hingga jantungku terasa mau lepas dari tempatnya.

Di dalam kamar, lampu masih menyala. Tapi Reyna tidak ada di dalam kamarnya. Entah, kemana dia pergi? Kenapa tidak meminta ijin padaku? Aku ini kan masih suaminya. Sungguh aku merasa tidak dihargai.

"Mas, sudahlah! Reyna itu sudah dewasa. Mungkin dia lagi mencari ketenangan. Mungkin lagi ke tempat orang tuanya atau temannya. Nanti juga bakalan pulang kalau masih menganggapmu sebagai suami."

Aku menghela nafas panjang dan duduk di atas ranjang mencoba menenangkan pikiran. Mataku menyapu melihat sekeliling. Keyla mendekatiku dan berdiri di depanku. Lalu bergelayut manja. Dia nampak sangat cantik dengan lingerie merah yang ia kenakan, entah sejak kapan ia berganti pakaian. Aku pun tergoda dengan lekuk tubuhnya yang terlihat sangat indah, yang mampu membuyarkan pikiranku tentang, Reyna.

Hampir saja kami melakukan hubungan suami istri, tiba-tiba terdengar langkah kaki semakin mendekat. Aku dan Keyla segera berdiri dan berjalan ke luar kamar. Benar saja, Reyna sudah pulang.

"Dari mana kamu, Reyna?" tanyaku.

"Dari rumah teman," singkatnya seakan malas menjawab.

"Kenapa tidak ijin padaku? Aku ini masih suamimu, hargai aku kalau kamu masih ingin menjadi istriku," bentakku.

"Bukankah kamu yang tidak mau menceraikan aku, Mas Reyhan?" jawabnya memandangku dengan sinis.

Aku berusaha untuk melayangkan tamparan di pipinya. Namun, dengan cekatan dia menepisnya dan membuang tanganku kasar. Kini dia terlihat semakin berani.

"Sudah cukup kamu menyakiti saya dan sekarang aku tidak akan membiarkan kamu atau siapapun menyakitiku lagi!" ucapnya dengan memandangku penuh kebencian. Lalu dia pergi menuju lantai atas.

*******

POV REYNA....

Ini sungguh sangat menyakitkan. Mereka betul-betul tidak punya hati. Bahkan mereka tinggal dalam satu rumah ini. Aku tidak boleh lemah, aku harus kuat. Ini sudah terjadi, aku harus mencoba pasrah menjalani cerita kehidupan rumah tanggaku. Aku harus bersabar, melihat dulu ke depannya, bagaimana sikap mereka.

Untuk mencari kesibukan, aku harus kembali lagi bekerja. Aku akan mencari pekerjaan di perusahaan Haris, yang tak lain adalah salah satu saingan berat perusahaan, Reyhan. Ide cemerlangku terlalu banyak terpendam selama ini. Sekarang waktunya aku keluarkan untuk bersaing dengan suamiku sendiri.

"Begini adalah caraku untuk mengobati luka hatiku. Caramu melukaiku, sungguh sangat sempurna," batinku dengan salah satu sudut bibirku naik ke atas.

Janjimu selama ini adalah palsu. Dan kini tinggallah janji. Dulu, Reyhan berjanji akan menua bersamaku hingga maut memisahkan. Akan selalu mencintaiku sampai mati dan tidak akan pernah menghianatiku. Namun, semua sirna karena seorang sahabat yang selama ini aku kenal sangat baik. Tapi bagiku keduanya tidak ada bedanya.

Caraku membalas sakit hatiku adalah dengan cara aku bekerja di perusahaan musuhmu. Kau bekerja dengan istri barumu, lantas aku bekerja di rumah menyiapkan makan kalian, menyuci baju kalian? Oh, ini tidak akan mungkin aku lakukan.

Mari kita mulai permainan ini! Kita lihat siapa yang akan menang? Seberapa adil kamu menjadi suami?

Tok tok....

Suara pintu kamar terdengar. Aku pun dengan malas membukanya. Ternyata yang datang benar, Reyhan. Setelah aku membuka pintu, dia menyelonong masuk ke dalam kamarku. Entah, apa yang diinginkan laki-laki penghianat itu.

"Reyna, aku mohon! Tolong, terima Keyla menjadi madumu! Sekarang dia adalah istriku. Dan dia mempunyai hak yang sama sepertimu."

"Oh, tidak. Dia tidak sama sepertiku. Aku bukan wanita murahan seperti dia dan aku bukan perebut suami orang, apalagi suami sahabat sendiri. Aku masih punya harga diri, dan otakku masih waras untuk tidak menjadi seperti dia," cerocosku panjang lebar, tapi masih dengan nada rendah.

"Kamu di sini, Mas Reyhan?" tiba-tiba wanita jalang itu datang. Lalu, mendekat ke arah suamiku dan bergelayut manja di depanku. Aku memalingkan wajah, serasa mau muntah melihat keduanya. Betul-betul aku menjadi jijik dengan sepasang manusia laknat itu.

"Mas Reyhan, aku ingin melakukannya bertiga. Biar semakin panas adegan malam ini, Mas?" ucapnya dengan membuka pakaiannya di depanku. Betul-betul jalang, tak tau malu dan perempuan yang gila akan sex. Aku yakin, dia pun tak cukup dengan satu laki-laki.

Aku melangkahkan kaki mencoba untuk pergi dari kamar ini. Rasanya di semua tempat rumah ini sudah tidak nyaman lagi untukku. Saat aku melangkahkan kaki, tiba-tiba sebuah tangan menarikku dari belakang. Lalu, aku menghentikan langkahku tanpa menoleh ke belakang.

"Reyna, kamu mau kemana? Aku bisa kan menjadi madumu yang baik? Kenapa kamu tidak?" tanya Keyla masih dengan memegang tanganku.

Semakin geram aku dibuat oleh kelakuan wanita biadab satu ini. Aku menoleh menatapnya dengan melepaskan tangannya dengan kasar. "Kamu ternyata bukan manusia! Lebih tepatnya kamu adalah iblis!" geramku. Namun, wanita itu hanya tersenyum simpul seakan senang melihatku merasakan amarah. Lalu, aku berlalu pergi meninggalkan keduanya.

*******

Keesokan harinya, aku bangun pagi dan membuat sarapan untuk diriku sendiri. Tidak memikirkan kedua manusia itu, yang mungkin sudah kenyang karena makan cinta. Kemudian mandi dan sedikit berdandan, untuk tidak terlihat lusuh di depan mereka. Setelah mandi aku pun menuju meja makan untuk sarapan. Belum selesai sarapan, kedua pengantin baru itu keluar dari kamarnya.

"Reyna, sudah masak?" tanya Keyla mendekat ke arahku. Sementara aku hanya diam tidak menjawabnya dan asyik dengan sarapanku.

"Mana, Reyna, masakanmu? Kamu tidak membuatnya untuk kita?" tanya Reyhan.

"Tidak, aku takut istri kamu tidak suka," jawabku santai.

"Mas Reyhan, aku mau dibuatkan masakan seperti itu sama dia," ucap Keyla manja membuatku semakin jijik.

"Reyna, tolong buatkan makanan sepertimu!" perintah Reyhan.

"Maaf, aku bukan babu di rumah ini," jawabku tegas. Aku ingin beranjak pergi meninggalkan mereka di meja makan yang kosong, sengaja aku tidak mau memasak buat mereka. Biarkan saja, mereka pikir aku babunya apa? Suruh melayani istri barunya. Untung kan tidak aku racun.

"Reyna!" bentak Reyhan. Namun, aku hanya tersenyum simpul. Ternyata baru begini saja sudah membentakku.

"Kenapa, Mas? Maaf, aku tidak bisa melayani kalian. Aku mau pergi mencari pekerjaan," jawabku santai.

"Reyna, berani kamu membantah suami sendiri? Ingat, pekerjaan di rumah ini banyak! Kenapa cari pekerjaan di luar? Kalau kamu membantah lagi, silahkan pergi dari rumah ini. Dan jangan membawa apapun kecuali pakaian kamu!" marah Reyhan kepadaku.

"Apa anda mengusirku karena perempuan murahan itu, Tuan Reyhan?" tanyaku penuh penekanan.

Reyhan berusaha melayangkan tangannya untuk menamparku. Namun, dengan cekatan aku menepisnya dan menggenggamnya kuat. "Tidak perlu dengan cara kasar, Tuan Reyhan. Dengan senang hati aku akan pergi meninggalkan rumah ini," ucapku.

Cuih

"Cepat pergi dari rumah ini dan jangan pernah kembali!" usir Reyhan dengan meludahi wajahku.