Saat itu pula banyak teman Febby yang menggosipkannya bahwa ia hamil di luar nikah.
Suatu ketika, Febby sempet bertemu dengan Laila setelah menikah.
Dia seperti terlihat sangat senang melihat kondisi Febby.
Dia juga bercerita jika telah diterima di fakultas ekonomi.
Rasa iri pasti terbesit dalam pikiran Febby. Tapi apa daya, dia tidak bisa melanjutkan kuliah.
Selama menikah, Riki belum juga dapat pekerjaan.
Mereka tinggal di rumah Riki bersama ibunya Riki.
Mertua Febby pun selalu bersikap baik, mungkin karena tidak punya anak perempuan.
Jadi, mertuanya mengurus dengan baik Febby saat hamil.
Mertua Febby memiliki toko grosir kelontongan yang cukup besar di kawasan mereka tinggal. Sehingga dengan sabar ia menghidupi Riki dan Febby selama Riki masih belum mendapatkan pekerjaan.
Akhirnya, tibalah Febby untuk melahirkan, ia melahirkan anak laki-laki yang sehat dan sempurna.
Anak mereka dinamai Andriansyah. Riki merasa sangat bahagia memiliki anak laki-laki.
Walaupun Riki belum bisa menafkahi anak dan istrinya, dia bisa mengurus anaknya dengan sangat baik.
Dia sangat telaten sekali dan baik terhadap Febby.
Tapi entah kenapa, setelah melahirkan Febby justru menjadi benci ke Riki, padahal sebelumnya Febby sangat amat cinta ke Riki.
Walaupun Riki tidak melakukan kesalahan tapi dimatanya dia tetep salah.
Apalagi ketika dia belum dapat kerjaan juga, Febby selalu mengomel setiap hari padanya.
Selama beberapa waktu, Riki sempat bekerja jadi sales tapi karena memang dia tidak tekun dia malah keluar kerja.
Febby ingin sekali kerja untuk bisa menyambung hidup bersama anaknya, hingga akhirnya ia mencoba melamar ke beberapa perusahaan.
Febby diterima jadi kasir di supermarket, meski sempat merasa malu kerja seperti itu, tapi mau tidak mau ia harus bekerja.
Beberapa kali Febby bertemu dengan teman SMA nya.
Perasaan malu sangat terasa, karena kebanyakan dari temannya sudah berkuliah atau memiliki pekerjaan yang amat menyenangkan.
Saat itu, Febby hanya bisa menyalahkan Riki karena telah membuat hidupnya menjadi terpuruk.
Setelah menikah, orang tua Febby jadi kurang peduli terhadapnya, ia seperti dianaktirikan oleh mereka.
Ibu dan ayah Febby lebih mementingkan Adiknya daripada kehidupannya.
Karena sering bertengkar dengan Riki, Febby meminta cerai.
Riki tidak mau cerai dengan Febby, dia mempersulit proses cerainya.
Saat itu, usia anak mereka masih 2 tahun.
Setelah proses cerai yang lama dan panjang, akhirnya mereka bisa berpisah secara sah.
Hak asuh anak jatuh ke tangan Febby.
Saat itu, Febby benar-benar tak menyangka jika guna-guna yang dipakai oleh Riki benar-benar membuat hidupnya berantakan.
Febby mencoba menata hidup yang baru, hingga berkeinginan untuk kuliah.
Walaupun sedikit terlambat tapi mungkin Febby masih bisa mencapai cita-citanya.
Ia mencoba hubungi Laila hingga kembali intens berkomunikasi.
Saat bertemu dengan Laila, ia mengutarakan ke Laila jika ingin melanjutkan kuliah.
Dan Laila juga mendukung untuk kuliah saja. Tapi mungkin kuliah di universitas swasta.
Febby jadi lebih sering main ke rumah Laila lagi.
Walaupun rumah Laila dan Riki berdekatan, hal itu tidak menyurutkan niat baiknya untuk bisa curhat dengan Laila.
Hubungan Febby dan Riki kadang baik dan kadang juga tidak.
Suatu hari, Febby menumpang shalat di kamar Laila. Tapi kata Laila tidak boleh shalat dikamarnya.
Ia menyuruh Febby untuk shalat di ruang tamu saja
Sudah di ruang tamu, tapi mukenanya belum juga disiapkan oleh Laila, mungkin saja dia lupa.
Jadi, Febby berinisiatif mengambil mukena sendiri ke kamar Laila.
Saat itu Febby tidak tahu Laila kemana, mungkin lagi ke lantai dua rumahnya.
Karena dari dulu Febby juga sudah terbiasa dirumah Laila dan Laila juga tidak masalah kalo ia harus kekamarnya, jadi ia memutuskan untuk menerobos masuk kamar Laila.
Saat membuka kamar Laila, mata Febby langsung berkeliling mencari mukena yang dimaksud.
Tapi ia tak menemukannya. Lalu Febby inisiatif buka lemari Laila, karena biasanya Laila menyimpan mukena di lemari.
Di lemari bagian bawah, ia menemukan mukena yang dimaksud.
Tapi ketika ia tarik mukenanya, ada beberapa kertas yang jatuh.
Febby sebenernya tidak kepo dengan kertas tersebut, ia bahkan hendak memasukkannya kembali.
Tapi ketika diambil kertasnya, mata Febby menangkap ada tulisan namanya disitu.
Betapa kagetnya bahwa di dalam lipatan kertas itu ada foto Febby dan Riki yang di print di kertas.
Dan disitu juga ada tulisan nama lengkap Febby, nama lengkap Riki, tempat tanggal lahirnya dan Riki dan juga nama lengkap orangtua mereka.
Selain itu ada juga tulisan isim yang panjang didalamnya dan ditulis dengan tinta merah.
Seketika wajah Febby auto berkerut dan bilang
"Apaan nih…," rasa penasaran Febby
Pikiran Febby masih menerka-nerka apa yang dilihatnya.
Tapi ternyata Laila sudah ada didepan Febby dan merebut kertas yang ia temukan.
Laila kemudian akan merobek kertas itu, namun Febby reflek untuk menghentikannya.
Akhirnya mereka jadi dorong-dorongaan dan karena tenaga Febby lebih kuat, Laila jatuh didorong olehnya.
Ia berhasil merebut lipatan kertas tadi yang sudah mulai koyak dan menanyakan kembali baik-baik pada Laila
"Apa ini La?" tanya Febby.
"Bukan apa2.." jawab Laila sambil melengos.
Kelihatan sekali dari raut jawahnya jika Laila ini ketakutan. Takut Febby tahu rahasianya.
Tak yakin dengan jawaban Laila, Febby terus mendesak Laila untuk berkata jujur.
Ketika Febby semakin emosi pada Laila, tiba-tiba orangtua Laila pulang dari kerja.
Mereka melihat suasana yang tidak kondusif diantara Febby dan Laila.
Febby langsung cerita pada orang tua Laila kalau ia menemukan kertas aneh itu di lemari baju Laila.
Tentu saja orang tua Laila juga kaget dengan apa yang Febby temukan.
Jadi saat itu, Laila tidak hanya didesak oleh Febby tapi juga didesak oleh orangtuanya.
Ketika didesak itu, Laila malah menangis. Dia menangis histeris menjerit-jerit.
Tapi ayahnya Laila tidak iba melihat Laila seperti itu, ayahnya Laila justru menampar keras pipi anaknya itu.
Seketika Laila diam. Tangisnya berhenti dan matanya melotot ke arah Febby.
Ternyata Laila ini memang punya kebiasaan seperti itu, jika sudah terdesak sesuatu dia akan menangis histeris.
Itu bukan tangisan sungguhan, tapi hanya tangisan bohongan kata orangtuanya.
Febby pun sebisa mungkin meredakan emosinya dan bertanya lagi pada Laila.
Orangtuanya juga bertanya lagi. Akhirnya Laila buka suara...
"Aku iri sama kamu Febby… kamu selalu bisa rangking 1, kamu disukai banyak orang, kamu juga mau masuk ke kedokteran. Sedangkan aku selalu aja engga bisa rangking 1, engga bisa juga disukai banyak orang. Orangtua aku juga engga bisa biayai aku ke kedokteran." jelas Laila.
"Trus apa yang kamu lakukan ini?" tanyaku.
"Aku bikin supaya kamu sama Riki jatuh cinta." kata Laila.
"Jatuh cinta gimana?" tanyaku.
"Yaa aku guna-guna supaya kalian bisa suka sama suka.." jawab Laila.
"Hah… jadi kamu yang lakuin ini ke aku? Aku kira ini perbuatan Riki" kaget Febby.
"Aku sebenernya benci sama kamu Febby" teriak Laila.
Saat itu, Febby tidak bisa menggambarkan perasaannya ketika mendengar kata benci dari Laila.
Padahal selama ini hanya Laila sahabat terdekatnya. Ia tak menyangka jika ternyata Laila sejahat itu.
Dia sengaja membuat Febby dan Riki tergila-gila satu sama lain agar Febby tidak fokus sekolah dan tak kuliah.
Kata Laila sengaja dia menjodohkan Febby dan Riki, karena Riki memang cowok tidak jelas.
Laila bilang jika dia tidak tahu bahwa perbuatannya itu sangat fatal bagi kehidupan Febby dan masa depannya.
Dia juga mengatakan tak menyangka jika Febby akan hamil di luar nikah.
Dia rencananya hanya ingin Febby dan Riki pacaran, nilai di sekolah turun dan tidak kuliah.
Justru Riki yang tidak tahu apa-apa harus kena akibat dari ulah Laila.
Perasaan Febby tentu sangat sakit hati sekali.
Hidup dan masa depannya hancur dan keluarganya pun tak mempercayai Febby lagi.
Febby terlanjur dikucilkan oleh keluarganya sendiri. Hanya karena teman yang iri padanya, ia harus hamil diluar nikah, tidak bisa lanjut pendidikan dan janda di usia muda lagi.
Febby berpikir Laila lebih lebih jahat dari setan, karena setaunya setan tidak pernah mengkhianati sesama setan.
Sekarang sudah 17 tahun kejadian itu berlalu. Anak Febby, Andriansyah juga sudah SMA.
Dan sampai sekarang Febby masih trauma dengan pertemanan, trauma dengan percintaan.
(Tamat)