21 Apr...
hari yang cerah terlakar di sebuah desa tua jauh dari keramaian kota. semua sibuk dgn aktifitas masing² menggambar kan sebuah desa yg menikmati hasil bumi sebagai pemasukan utama mereka
"ibu!.. aku berangkat.. teriak lantang suara hanim membuat ibu ny melukis senyum kecil.
"masih saja seperti anak kecil, padahal sekarang sudah bekerja" geleng sang ibu. di lanjut kan nya mengelap epal satu persatu di depan nya.
di sebuah sekolah kecil, Hanim seperti biasa menyapa anak² kecil yang baru saja masuk ke kelas. tersenyum manis dengan bibir yg mungil berwarna merah jambu cerah. secerah pipi nya yang merona seraya terkena sinar mentari pagi yang baru menampakkan diri dari celah² Gunung Raub dan bukit istagina. gigi yg putih bersih rapi tersusun menjawab salam satu persatu anak didik kesayangan nya.
Hanim, gadis ayu berhijab labuh yg di juluki dewi desa oleh orang² desa itu sesekali membetulkan jubah lembut nya yang tertiup angin sambil melangkah masuk ke dalam pejabat guru bersama guru² yang lain nya.
hari ini hati nya sangat tidak karuan menunggu hasil jawaban lamaran kerja nya di kota. ya, tanpa pengetahuan ibu hanim bertekad untuk berhijrah kesana bukan tanpa sebab.. tapi ada sesuatu yang perlu dia cari di sana.
meski pun dia lulus, ini baru langkah awal kerana jika yang di cari tidak ada di kota itu maka ia harus ke kota lainnya.
"ahh aku tak peduli.. aku sudah bertekad demi ibu aku harus menapak satu demi satu langkah yang memungkin kan aku bertemu"