Seminggu sudah Carlos di Amerika tapi dia belum memberi kabar kepada Jessica. Carlos melihat jam sudah menunjukan pukul 11 : 00.
"Berarti di Indonesia sekarang 23:00 Jessica pasti sudah tidur, aku tidak ingin mengganggunya. Hm … tapi aku rindu padanya, apakah aku telepon sekarang?" Carlos mondar-mandir di kamar.
"Ah, aku coba saja siapa tau dia belum tidur." Carlos mengambil ponsel lalu melepon Jessica, terdengar nada panggil dan terdengar suara Jessica di sana.
"Hallo, Carlos. Kamu kemana saja. Kenapa tidak pernah mengabari aku?" Mendengar suara manja Jessica Carlos langsung tersenyum.
"Hallo gadis kecil, kamu kenapa belum tidur?" tanya Carlos seraya pergi ke teras dan berdiri di sana.
"Aku tidak bisa tidur," jawab Jessica dengan suara manja. "Jawab pertanyaanku, kenapa tidak pernah mengabari aku?" desak Jessica di ujung telepon.
"Maaf aku sibuk, begitu tiba di Amerika pimpinan langsung suruh aku kerja." Carlos berbohong pada Jessica. "Kenapa kamu tidak bisa tidur?" Kembali Carlos bertanya karena Jessica belum menjawabnya.
"Aku tidak tahu," jawab Jessica
"Video call ya," pinta Carlos lalu terdengar suara Jessica sangat senang.
"Iya," jawab Jessica penuh semangat.
Carlos mengganti dengan video call, tapi sedikit buram karena lampu di kamar Jessica tidak terang. Carlos meminta Jessica pindah ke kamarnya,
"Jess pindah ke kamarku supaya terang," ujar Calos sambil melihat di layar ponsel Jessica turun dari tempat tidur dan sekarang dia berada di kamar Carlos.
"Nah, ini baru jelas," ucap Carlos dan melihat Jessica tersenyum.
"Carlos kamu lagi dimana?" Kembali Jessica bertanya, nampak di kamera dia sedang berbaring di kasur.
"Aku lagi di rumah," jawab Carlos sambil terus memperhatikan wajah Jessica di layar ponsel.
Baru saja tiga hari dia meninggalkan Jessica dia sudah sangat rindu padanya.
"Kamu tidak kerja?" tanya Jessica lagi di ujung telepon.
"Hari ini tidak, besok lusa aku kerja lagi." Kembali Carlos berbohong. "Jess, kembali tidur ya." Dia tidak bisa berlama-lama karena ingin ke makam adiknya.
"Tapi aku tidak bisa tidur, Carlos." Terdengar lagi suara manja Jessica, melihat wajah gadis itu ingin rasanya Carlos menggigit bibir mungil itu.
"Mau aku temani?" Canda Carlos dengan tersenyum di kamera.
"Bagaimana caranya sedangkan kamu jauh," ujar Jessica dengan menampakan wajah cemberut di kamera.
"Video call jangan di matikan, supaya aku bisa temani kamu sampai tertidur," saran Carlos sambil melihat Jessica yang sedang berpikir.
"Carlos, bagaimana bisa tidur kalau tanganku tidak lepas dari ponsel." Carlos langsung tertawa mendengar perkataan Jessica.
"Jess, di lemari ada laptop. Kamu ambil dan hidupkan, nanti kita ngobrol lewat aplikasi Skype." Carlos masih menunggu Jessica lalu nampak wajah gadis itu di layar ponsel.
"Sudah hidup?" tanya Carlos.
"Sudah tapi aku tidak tahu paswordnya." Carlos memberikan kode pengaman kepada Jessica.
"Sudah, Carlos," jawab Jessica sambil tersenyum di Kamera. "Terus apa lagi?" Kembali gadis itu bertanya.
"Sebentar, Jess. Aku bikin akunt untuk kamu." Carlos meletakkan ponsel di kasur lalu membuat akun Skype untuk Jessica.
Selesai, Carlos menyuruh Jessica membuka aplikasi Skype lalu memberikan id dan paswordnya, Carlos mencoba video call. Akhirnya bisa, terlihat Jessica tersenyum.
"Bagu di sini Carlos, jadi aku tidak capek pegang ponsel." Carlos terseyum melihat Jessica
"Ok sekarang kamu bisa sambil tidur," ujar Carlos sambil tak henti memperhatikan wajah gadis itu.
"Iya Carlos." Jessica tersenyum lagi, dia memeluk guling dan melihat ke arah camera. Lambat laun akhirnya Jessica tertidur.
Carlos melihat Jessica sudah tertidur, dia tersenyum dan memperhatikan wajah gadis itu.
"Ingin sekali memeluknya, cantik sekali kamu Jess." puji Carlos dalam hati. Carlos membiarkan laptopnya menyalah. Dia keluar kamar dan pergi ke ruang makan disana sudah tersedia makanan.
Carlos keruang kerja Federico, tapi Federico tidak disana. Carlos bertemu dengan Garry.
"Hei, Garry. Daddy dan mommy kemana?" tanya Carlos seraya berjalan menghampiri Garry.
"Ohh … mereka lagi pergi." Carlos mengerutkan dahi dan meninggalkan Garry.
Carlos kembali ke ruang makan, dia menarik kursi dan duduk. Carlos memakan sup buatan Liliana.
Selesai makan Carlos kembali lagi ke kamar, dia melihat ke laptop, Jessica sudah tertidur pulas. Carlos tersenyum lalu duduk di depan teras kamar sambil merokok dan menikmati hijau pepohonan.
Carlos kembali lagi ke kamar dan memperhatikan laptop, Jessica masih tertidur pulas. Carlos melihat jam sudah pukul 14:00, dia akan berkunjung ke makam Dario. Carlos menelpon Federico lalu terdengar suara Federico.
"Hallo, Nak. Ada apa?" tanya Federico dari seberang telepon.
"Lagi dimana, dad?" Carlos tidak menjawab pertanyaan Federico tapi dia bertanya balik kepada ayahnya.
"Lagi mengantar momy kamu belanja, ada apa ,Nak?" Kembali Federico bertanya.a
"Aku akan pergi ke makam Dario," jawab Carlos seraya memindahkan ponsel ke telinga satunya.
"Ok tapi jangan pergi sendiri, ajak Marco dan Garry," saran Federico. Dia tidak ingin terjadi sesuatu kepada Carlos, mengingat kejadian putra bungsunya.
"Iya dad." Carlos menutup telepon dan mematikan laptop kemudian turun ke lantai satu mencari Garry dan Marco. Tapi Carlos bertemu dengan Albert.
"Albert, dimana Garry?" tanya Carlos seraya matanya melihat sana-sini
"Di halaman belakang." Carlos menuju ke belakang disana Garry dan Marco sedang berbincang.
"Garry, Marco. Ayo ikut denganku ke makam Dario," ajak Carlos. Kedua pria itu langsung berdiri.
Carlos kembali ke depan dan menunggu Garry yang sedang mengambil mobil. Begitu Garry datang Marco segera membukakan pintu untuk Carlos.
Carlos duduk di belakang sedangkan Marco duduk di samping Garry, mereka langsung menuju ke makam adik Carlos.
"Carlos wajahnmu sekarang lebih ceria," canda Garry dengan melirik Carlos dari kaca spion.
"Ini pasti karena wanita Indonesia," sela Marco ikut bercanda sehingga membuat Carlos tertawa.
"Kalian bisa saja." Dalam hatinya, "Ya Jessica yang membuat aku jadi ceria seperti ini." Carlos senyum sendiri, saat mengingat canda dan manja Jessica.
"Carlos, anda sudah punya wanita di Indonesia?" tanya Marco dengan menengok kebelakang menatap Carlos.
"Belum punya," jawab Carlos sambil tertawa.
Akhirnya mereka tiba di pekuburan. Carlos langsung turun dan berjalan ke makam Dario yang berada di dalam. Garry dan Marco mengikuti Carlos dari belakang.
Carlos duduk depan makam dan meminta Garry dan Marco menjauh darinya. Carlos mulai berbicara.
"Hi adiku, maaf lama tidak datang melihat makammu. Kamu pasti sangat senang disana, apakah kamu meridukanku?" Tak terasa airmata Carlos menetes.
"Kamu tahu aku sangat merindukanmu. Oh ya Dario, aku bertemu dengan gadis kecil di Indonesia. Namanya Jessica dan umurnya 15 tahun." Carlos terhenti kemudian menarik napas panjang.
"Dia sangat cantik dan aku mulai menyukainya, kamu tahu Dario aku senang sekali kalau dia bermanja-manja padaku." Carlos menunduk kemudian melanjutkan bicaranya.
"Dario, kalau kamu melihatnya kamu juga pasti akan suka padanya dan pasti kamu akan berkata padaku. 'Hei Carlos kamu tidak cocok untuknya, kamu terlalu tua untuk gadis itu. Lihat umurmu sekarang sudah 30 tahun sedangkan dia 15 tahun. Dia lebih cocok denganku, lebih baik dia untukku saja Carlos.' Carlos tersenyum sendiri kemudian menarik napas lagi yang dalam.
"Tapi, Dario. Aku akan menjawabnya aku tidak perduli, walaupun dia berumur 15 tahun aku akan mendapatkannya dan memilikinya. Dia akan jadi miliku selamanya." Carlos tertunduk, kembali airmata menetes di pipinya.
"Aku sangat rindu padamu." Carlos memeluk makam adiknya dan terisak.
Carlos teringat masa-masa dia dan Dario saat mereka bersama, dia sangat rindu dengan moment itu. Carlos berdiri lalu menyeka airmatanya.
"Dario aku tidak bisa berlama-lama disini, sebelum kembali ke Indonesia aku akan datang lagi." Carlos mencium makan Dario kemudian mengajak Garry dan Marco untuk pergi.
Tiba di rumah Carlos langsung menuju ke kamar, dia mengambil handuk dan pergi mandi. Tidak berselang lama Carlos keluar dengan menggunakan kaos juga celana jeans.
Carlos ingin pergi ke pusat perbelanjaan, dia turun ke lantai satu mengambil kunci. Carlos berjalan ke garasi dan masuk ke mobil.
Carlos langsung meluncur ke pusat perbelanjaan, tidak lama kemudian dia tiba. Carlos memarkirkan mobil, lalu berjalan ke dalam menuju toko buku.
Dia melihat-lihat buku, Carlos mengambil salah satu buku dan membukanya tapi tidak menarik baginya kemudian dia meletakkan kembali buku itu lalu menuju ke rak yang lain.
Tanpa sengaja seorang wanita menyenggol Carlos, buku yang ada di tangan wanita itu terjatuh. Carlos mengambilnya lalu memberikan buku itu padanya. Mereka saling pandang dan..
"Hai, Carlo. Kapan kamu datang?" tanya wanita itu dengan membelalakan mata.
"Hai, Victoria. Apa kabar? Kamu terlihat cantik," puji Carlos tanpa menjawab pertanyaan dari wanita itu.
"Seperti yang kamu lihat, aku baik baik saja. Kapan kamu datang?" Kembali Victoria bertanya karena Carlos belum menjawab pertanyaannya.
"Seminggu yang lalu," jawab Carlos sambil memperhatikan wajah dan tubuh Victoria.
"Lama kita tidak berjumpa, sekarang kegiatanmu apa Carlos?" tanya Victoria seraya menatap mata Carlos.
Dari dulu Victoria sangat menyukai Carlos, tapi pria itu hanya menganggap Victoria sebagai teman.
"Um … aku berbisnis kecil-kecilan di Indonesia," jawab Carlos sambil tersenyum. Kalau kamu?" tanya Carlos.
"Oh … kalau aku membantu bisnis orang tuaku," sahut Victoria seraya meletakan buku di rak.
"Oh ya, Carlos. Bagaimana kalau nanti malam kamu datang ke Condominiumku?" ajak Victoria sembari berjalan di samping Carlos.
"Dimana?" tanya Carlos dengan menghentikan langkahnya dan menatap Victoria.
"Tidak jauh dari sini, Ocean Club," jawab Victoria.
"Oh aku tau, nanti malam aku ketempat mu." Victoria terlihat sangat senang Carlos mau ikut ajakannya.
"Baiklah, aku tunggu nanti malam," ucap Victoria sambil mengedipkan mata kirinya kepada Carlos
Carlos tersenyum dan menganggukan kepala. Mereka bertukar no telepon lalu Carlosp pamit untuk pulang.