webnovel

kedatangan dokter Devan ke rumah

"Kalau kamu mengatakan jujur pada tuan Arka, sudah aku pastikan dia tidak akan mau memakan bubur masakanku, karena tuan Arka sangat tidak menyukai aku, mungkin karena hal semalam." jelas Kimmy.

"Baik." pak Toni mengangguk tanda mengerti dan segera menaiki anak tangga menuju kamar Arka.

Kimmy sangat sedih atas tindakan Arka padahal dia sangat menyukai pekerjaan itu, melayani suaminya sendiri walaupun Arka tidak mempedulikannya. Kimmy kembali menangis segera dia menyeka air matanya dan pergi kembali ke dapur.

Tiba-tiba Kimmy berhenti melangkah, dia melihat dari arah pintu utama terlihat seorang pria tidak kalah tampan dari Arka, bertubuh sixpack dengan menggunakan kemeja abu-abu polos, lengan kemeja di gulung sampai siku terlihat jelas kulit putih bersihnya di padukan celana jeans warna hitam polos, dan sepatu pantofel berwarna hitam

menambah ketampanannya, Kimmy terpaku melihatnya.

"Hai cantik." sapa pria itu.

Kimmy masih terpaku melihatnya, "pria ini tidak asing lagi, bukankah dia Dokter yang merawat Arka kemarin." batin Kimmy.

"Hai cantik." sapa Dokter Devan melambaikan tangannya tepat di hadapan wajah Kimmy.

"ha-hai" sapa Kimmy kalut.

"kamu jangan melihat aku seperti itu, aku tahu aku sangat tampan." puji Dokter Devan pada diri sendiri dengan senyum manisnya.

Kimmy hanya menanggapinya dengan senyuman, kamu dokter Devan bukan, yang merawat Arka kemarin?" tanya Kimmy memastikan.

"Betul Kimmy, by the way kamu tahu dari mana namaku?" ucap Dokter Devan balik bertanya.

"Aku sempat mendengar Isabella menyebut namamu." jawab Kimmy.

Dokter Devan menganggukkan kepala tanda mengerti.

"Ada yang bisa saya bantu Dok?" tanya Kimmy pada Dokter Devan.

"Tidak ada, hmm bagaimana keadaan Arka?" tanya Dokter Devan kembali.

"Keadaan Arka sudah membaik, dia berada di kamarnya sedang sarapan." jawab Kimmy.

"Kamu memberikan sarapan bubur kan?" tanya Dokter Devan lagi.

"Iya Dok." jawab Kimmy.

"Jangan panggil aku Dokter, panggil saja Devan." jelas Dokter Devan tersenyum manis pada Kimmy, Kimmy mengangguk mengiyakan.

"Silahkan duduk Dok?" ma, maaf pak Devan, saya tinggal sebentar ke belakang untuk membuat kopi." ucap Kimmy mempersilahkan.

"apakah saya terlihat tua? kenapa kamu memanggil saya pak?" tanya Dokter Devan.

Kimmy hanya menggeleng, ya sudah buatkan saya kopi jangan terlalu manis, dan sekali lagi jangan panggil saya dokter atau pak." ucap Dokter Devan memerintah.

"Iya," ucap Kimmy tersenyum manis. "astaga dia sangat manis." batin Dokter Devan kagum.

Sebenarnya Dokter Devan tidak peduli jika seseorang memanggilnya dengan sebutan dok atau pak, tapi dia tidak merasa nyaman jika wanita yang dikaguminya memanggilnya seperti itu, entahlah...

"Hi Dokter Devan." sapa Toni.

"Hi Toni." sapa Dokter Devan balik.

"Ada yang bisa saya bantu Dokter?" tanya Toni.

"Tidak Toni, aku hanya ingin bertamu sekalian melihat keadaan Arka." jelas Dokter Devan.

"Mari saya antar ke kamar tuan Arka Dokter." ajak Toni.

"Tidak perlu Toni, saya bisa sendiri, saya hanya menunggu kopi yang di buatkan Kimmy." jawab Dokter Devan.

"Baik kalau begitu Dokter, saya tinggal sebentar karena ada urusan di luar." pamit Toni.

"Iya silahkan Toni." ucap Dokter Devan mempersilahkan.

Dari arah dapur terlihat wanita cantik berjalan ke arah ruang tamu di mana Dokter Devan berada.

"Ini kopinya." ucap Kimmy sambil meletakkan secangkir kopi yang di buatnya.

"terima kasih Kimmy." ucap Dokter Devan.

"sama-sama." balas Kimmy.

Kimmy baru saja ingin melangkahkan kaki menuju dapur, langsung saja Dokter Devan mencegahnya.

"Kimmy kamu mau kemana?" tanya Dokter Devan pada Kimmy yang baru saja ingin melangkah meninggalkannya.

"saya harus kembali ke dapur." jawab Kimmy.

"kamu tidak mau menemani saya disini?" tanya Dokter Devan menatap Kimmy.

"saya harus bekerja." jawab Kimmy lagi.

"apakah pekerjaan kamu masih banyak?" tanya Dokter Devan.

Kimmy hanya menggeleng menandakan pekerjaannya tidak begitu banyak.

"duduklah saya ingin mengobrol dengan kamu." perintah Dokter Devan.

Kimmy masih berdiri dalam keadaan diam dan bingung, dia juga merasa canggung pada pria yang ada di hadapannya itu.

"Hei," sapa Dokter Devan pada Kimmy.

"Tidak, saya harus menyelesaikan pekerjaan saya nanti Arka memarahi saya karena tidak bekerja." ucap Kimmy pada Dokter Devan.

"apakah Arka terlalu kejam pada kamu!" tanya Dokter Devan, Kimmy segera menggeleng cepat pertanda jawabannya tidak.

"duduklah temani saya disini, jika Arka memarahi kamu nanti saya akan menjelaskannya." perintah Dokter Devan lagi.

Kali ini Kimmy mematuhi perintah Dokter Devan, dia tidak enak jika tamunya berdiam diri tidak di temani siapapun karena tuan rumah sedang sakit. Kimmy langsung menurunkan bokongnya duduk di sofa empuk, berhadapan dengan Dokter Devan. Kimmy merasa canggung karena Dokter Devan terus menatapnya.

"silahkan di minum," ucap Kimmy.

"Oh iya aku lupa, terima kasih." ucap Dokter Devan terkekeh.

Beberapa menit mereka berdua terdiam, Dokter Devan akhirnya membuka suara.

"kamu sudah berapa lama bekerja di sini?" tanya Dokter Devan basa-basi.

"satu bulan." jawab Kimmy.

Dokter Devan hanya mengangguk, "kamu berasal dari mana?" tanya Dokter Devan lagi.

"Jakarta." jawab Kimmy singkat.

"Wow, kamu lahir di Jakarta?" ucap Dokter Devan menganggukkan kepala sambil mengambil cangkir kopi yang terhidang di meja tamu.

Dia tidak menyangka, seorang wanita seperti Kimmy terlahir di ibukota Jakarta.

Kimmy hanya tersenyum menanggapinya, dalam pikirannya bila dia tidak menjawab pertanyaan Dokter Devan itu kurang sopan.

"Di Jakarta mana tempat tinggal orang tua kamu?" tanya Dokter Devan sambil meletakkan cangkir kopi yang baru saja di minumnya. Kimmy menggeleng tersenyum kecut, terlihat jelas wajah cantiknya terlihat sedih.

Dokter Devan melihat raut perubahan wajah Kimmy, walaupun wajah itu tersenyum.

"apa ada yang salah dengan ucapan saya barusan?" tanya Dokter Devan berhati-hati.

Kimmy Menggelengkan kepala,

menatap Dokter Devan.

"kedua orang tua saya sudah tiada." jawab Kimmy kemudian, berusaha untuk tidak terlihat sedih.

"maaf, saya turut berduka cita Kimmy." ucap Dokter Devan merasa bersalah.

Mereka kembali terdiam, kali ini tidak ada lagi yang membuka suara. Kimmy sendiri masih bingung harus berbicara apa, dia tidak terbiasa seperti ini.