webnovel

Alesha bertemu kembali dengan Aldisha

"Hilya, kamu tidak ingin memberikan aku makanan?" tanya Kimmy mengalihkan pembicaraan.

"ah iya, aku lupa, maafkan aku." ucap Hilya memperlihatkan deretan giginya, dia baru menyadarinya.

"Dasar kamu." ucap Kimmy berpura-pura marah, Hilya menanggapi dengan kekehannya.

"Kurang lebih dua minggu lagi kita disini, setelah itu kita kembali ke Indonesia." jawab Arka, setelah Isabella menanyakan berapa lama lagi mereka di Singapura.

Isabella mengusulkan mereka harus kembali ke Indonesia, karena urusan kantor memang sudah membaik. Hanya tinggal menunggu waktu tender yang mereka sepakati dari beberapa hari yang lalu, mungkin akan menunggu kurang lebih dua bulan lamanya. Arka menerima saran dari Isabella, jika dipikir-pikir perkataan Isabella memang benar, mengingat Alesha sendirian menghandle pekerjaannya di kantor pusat.

Alesha baru saja menutup laptopnya, tanda pekerjaannya sudah selesai, tapi bukan selesai untuk hari besok, tapi hanya untuk hari ini. Karena semua pekerjaan tidak ada habisnya, waktu saat ini sudah menunjukkan jam istirahat kantor, Alesha bangkit berdiri dari duduknya, dia keluar dari ruangan dan berjalan menuju parkiran kantor, Alesha berniat pergi ke cafe dekat kantor saja, karena perutnya sudah mengamuk meminta haknya untuk di isi.

Saat tiba dijalan menuju parkiran, tiba-tiba saja telponnya berbunyi tanda panggilan masuk, dia merogoh tas mahalnya dan mengambil benda tipis itu.

Terlihat di layar ponsel Alesha, nomor yang tak dikenal menelponnya, Alesha langsung saja mengangkatnya. "Iya halo." sapa Alesha, orang di balik telpon juga menyapa Alesha, terdengar suara seorang wanita.

"Dengan siapa ya?" tanya Alesha, karena dia tidak mengenal orang tersebut.

"Kamu tidak mengenal aku?" tanya wanita itu di balik telponnya.

"Aku tidak mengenal kamu." jawab Alesha.

Terdengar wanita itu sedang tertawa pelan, entah apa yang lucu menurutnya.

"Ini siapa, aku sungguh tidak mengenal kamu!" ucap Alesha bertanya.

"Aku Aldisha Sandra." ucap wanita itu.

Alesha diam sejenak, berusaha mengingat nama itu, tapi tetapi saja dia tidak ingat.

"Aku lupa, aku baru mendengar nama kamu." ucap Alesha jujur, dia betul-betul tidak mengingat siapapun.

"Benarkah?" ucap wanita itu lagi, sepertinya wanita itu berniat bermain-main pada Alesha, dia memaksa Alesha untuk mengingat dirinya.

"Kamu mengganggu waktu aku, aku sama sekali tidak mengingat kamu." ucap Alesha tegas.

Dia sudah merasa kesal dengan seorang wanita di balik telpon itu, perut Alesha rasanya sudah sangat lapar, dia malah membuang waktunya meladenin wanita aneh itu.

Kamu terlihat cepat emosi, aku Aldisha, kita sempat bertemu di cafe waktu itu, kamu ingat? kita pernah saling menabrak saat berjalan." ucap Aldisha mencoba mengingatkan Alesha.

"Oh astaga, maafkan aku, aku sudah melupakan kamu." ucap Alesha dengan nada terkejut.

"Tidak masalah." ucap Aldisha dibalik telpon.

"Bagaimana kabar kamu?" tanya Alesha pada Aldisha.

"Kabar aku baik, bagaimana dengan kamu?" ucap Aldisha bertanya balik.

"Sama seperti kamu, kabar aku juga baik." jawab Alesha.

"By the way, untuk apa kamu menelpon aku?" tanya Alesha penasaran.

"Memangnya aku tidak boleh ya kalau menelpon kamu?" tanya balik Aldisha.

"Tentu saja boleh." jawab Alesha.

"Dimana kamu sekarang?" tanya Aldisha lagi.

"Aku sedang berada di kantor, tapi baru saja aku keluar ingin mencari makan." jawab Alesha.

"Wah kebetulan sekali, aku sedang berada di parkiran kantor kamu. ucap Aldisha.

"Hah, kamu sedang apa disitu?" tanya Alesha terkejut.

"Hanya ingin jalan-jalan, aku berniat mengajak kamu makan siang, bisa?" ucap Alesha bertanya.

"Tentu saja, sangat kebetulan, aku berniat keluar ingin mencari makanan." ucap Alesha sambil membuka pintu mobilnya mengangkat telepon dari Aldisha.

"Aku menunggu kamu di parkiran." ucap Aldisha.

Aldisha menutup telponnya setelah Alesha membalas ucapannya, dan memasukkan kembali telpon genggamnya ke dalam tas. Dia melihat dari kiri ke kanan tiap bangunan besar yang menjulang tinggi yang di hadapannya itu, dan seketika dia menyeringai, tersenyum sinis, entah apa yang ada di pikiran Aldisha saat itu.

Kimmy baru saja selesai membersihkan badannya. Dia keluar dari kamar mandi dan sudah memakai pakaian gantinya, Kimmy sudah bisa muncul berjalan lebih kuat dan lebih lama dari sebelumnya ketika berdiri.

Dia sudah terbiasa, karena melatih dirinya untuk berjuang walaupun hanya dari kasurke kamar mandi, dan terkadang dia ke balkon kamar untuk menikmati pemandangan barang sebentar. Pagi ini Kimmy merasa dirinya lebih segar, karena beberapa hari dia tidak mandi, tidak di rasa sudah empat hari Kimmy berada di rumah setelah kepulangannya dari rumah sakit.

Dokter Devan setiap harinya tidak

lupa untuk berkunjung ke rumah, dan Alesha juga setiap hari menginap di rumah. Beberapa hari ini dia tidak tinggal di apartemen miliknya. Pagi yang cerah ini mereka semua melakukan aktivitas pekerjaan mereka masing-masing, tapi tidak dengan Kimmy. Dia begitu bosan hanya berada di dalam kamar sepanjang hari, untuk menginjakkan kakinya ke lantai satu pak Toni tidak mengizinkannya, Katanya itu salah satu perintah dari Arka.

Kimmy tidak habis pikir, sikap Arka terlalu berlebihan padanya, padahal dirinya hanya masih dipandang sebagai pelayan bukan sebagai seorang istri.

Seperti seorang ratu saja, padahal dirinya hanya pelayan. Kimmy memandang taman dari balkon kamarnya, dia berdiri sambil memegang tembok pembatas, agar tubuhnya lebih lama berdiri.

Kimmy baru mengingat, sudah empat hari di rumah tapi dia belum menyentuh ponselnya sekalipun. Buru-buru saja dia berjalan menuju king sizenya, mengingat-ingat dimana dia menaruh benda cantik itu. Tidak lama kemudian, dia baru mengingat, ternyata benda itu dia simpan di laci lantai bawah, kamar sebelumnya.

"Aduh bagaimana ini, ponsel itu berada di kamar bawah. batin Kimmy.

Dia bingung to mungkin dia turun ke lantai bawah hanya untuk mengambil benda itu, pak Toni sudah berpesan pada dirinya untuk tetap di kamar saja.

"Ah, tidak, aku harus mencarinya, mungkin saja aku yang lupa." batin Kimmy lagi, mungkin dugaannya benar, karena sebelumnya pak Toni telah membawa semua barang-barang miliknya ke kamar ini.

Kimmy mulai mencari di laci dekat kasurnya, terdapat dua susun laci itu, dia sudah memeriksa keduanya, tapi dia tidak menemukan benda yang di carinya. Kimmy kembali berdiri dan mencoba mencari di meja rias yang berada di kamarnya itu, terdapat ada beberapa laci, tentu saja dia memeriksa semuanya. Tapi nihil, hasilnya juga sama, dia tidak menemukan apapun di laci itu.

Dia masih berusaha mencari benda itu, seketika dia mengarahkan pandangannya pada lemari besar di sudut dinding kamar. Kimmy berjalan menuju lemari besar itu. Begitu dia berada di depan lemari, tidak butuh lama langsung saja dia buka dengan kedua tangannya.

Terlihat semua pakaiannya tersusun sangat rapi, tapi dia tidak melihat benda itu. Kimmy mulai kesal, tapi dia tetap mencarinya sampai dapat, karena tidak mungkin pak Toni tidak membawa ponselnya.