webnovel

Chapter 87 (Caged The Beast)

"Selamat pagi Luna" Pei Lei melambai pada neko yang berjalan ke kentor.

"Selamat pagi" Neko membalas sambil tetap berjalan melewatinya.

"Ah Luna, tunggu" Pei Lei menghentikan jalan nya membuat Neko terdiam.

"Maafkan aku mengganggu, tapi apakah aku boleh bertanya sesuatu?" Tatap Pei Lei.

". . . Apa, katakan saja"

"Apakah kau memang sudah punya pacar?" Tanya Pei Lei.

". . . Dari mana kau berpikir begitu?" Neko menatap miring.

"Kemarin, bukankah sudah jelas sekali kemarin malam itu.." Pei Lei menatap khawatir.

Neko terdiam dan teringat Kim yang kemarin mengantar nya, seketika dia tertawa kecil. "Pft.... Itu hanya assist-- maksud ku, hanya... Saudara ku" Kata Neko, dia harus banyak berbohong kali ini.

"Apakah itu benar?" Pei Lei masih menatap ragu.

"Ha.... Itu benar, kau pikir aku ini apa memiliki pacar yang seperti itu" Neko menatap tajam, lalu dia berjalan pergi melewatinya.

". . . (Apa maksud nya? Kamu tidak suka lelaki yang menaiki motor speed itu?)" Pei Lei terdiam bingung.

Setelah melewati Pei Lei, Neko kembali berjalan lalu masuk keruangan nya.

Tak lama kemudian Roiyan muncul masuk. "Luna, Aku membawakanmu kopi"

Neko menoleh lalu menerima kopi itu. Tapi Ia berhenti membuat Roiyan bingung. "Kapan Direktur akan kutemui"

". . . Apa Kau ingin bertemu direktur Beum?"

"Aku hanya ingin bertemu saja, mungkin Dia bisa memanggilku untuk urusan sesuatu sehingga aku dapat bertemu denganya"

"(Kenapa dia terus ingin bertemu dengan Direktur Beum, apa dia mengetahui sesuatu?) Dia mungkin terlalu sibuk" Kata Roiyan, namun ditengah itu ponsel Neko berbunyi, ia lalu menoleh ke Roiyan.

"Pergilah keluar" Tatap Neko dengan tatapan tajam.

"Itu siapa?" Roiyan menatap.

"Aku tidak tahu, ini hanya ada nomor saja, karena itulah keluar"

". . . Baiklah, aku akan pergi" Roiyan juga melemparkan tatapan tajam lalu dia berjalan pergi menutup pintu.

Neko menerima panggilan itu, lalu muncul suara wanita. "Apa ini kantor departemen kekuasaan yang mengarah langsung ke museum?"

". . . Ya, kau menghubungi pihak yang benar, ada apa? (Aku tidak tahu dia mendapatkan nomorku, mungkin karena nomorku sudah termasuk admin dalam departemen ini)"

"Aku hanya ingin sedikit protes... Tapi tidak bisa mengatakan nya di ponsel, bagaimana jika bertemu saja"

"(. . . ) jika aku boleh tahu, ini berhubungan dengan apa?"

"Salah satu patung dalam museum itu, putri ku... Salah satunya" Kata orang itu lalu menutup panggilan membuat Neko terdiam.

"(Apa maksud nya? Apa dia mengatakan bahwa putrinya salah satu pemahat? Lalu apa yang ingin dia protes? Apa soal bayaran.... Mungkin aku harus ke sana saja)" Pikirnya lalu pesan map masuk ke dalam kontak tadi menandakan dia mengirim tempat dimana dia harus bertemu dengan Neko sesuai yang di janjikan.

Neko bersiap, karena buru buru, dia meninggalkan ponselnya dan langsung berjalan pergi, tapi Roiyan melihatnya hampir melewatinya di lorong.

"Kemana Kau akan pergi?" Roiyan menatap Neko yang berjalan keluar dari kantor.

"Hanya keluar" Neko membalas lalu Ia berjalan keluar gedung membuat Roiyan terdiam, lalu dia mencoba mengabaikan itu dan berjalan pergi ke arah yang berbeda.

Tak lama kemudian, Neko melihat sekitar, dia ada di bagian belakang gedung departemen.

"(Dimana?)" Ia melihat sekitar tapi tak menemukan satu pun orang hingga terlihat seorang wanita paruh baya menghampirinya.

"Kamu yang aku hubungi?" Wanita itu mendekat.

"Ya, aku sudah ada di sini, katakan saja padaku apa keluhan mu maka aku akan bilang pada atasan" Neko menatap.

"Apa aku bisa bicara padamu... Kamu termasuk bisa menerima orang protes seperti ku kan?" Wanita itu menatap ragu.

Neko terdiam dan mengatakan. "Katakan saja padaku apa yang terjadi pada putri mu karena kau mengatakan nya di ponsel tadi"

". . . Salah satu patung di sana, patung itu berbentuk wanita yang sangat cantik, menari diam dan sangat persis seperti manusia asli.... Eeee--- AAKHHH... ITU ADALAH PUTRI KU!! YANG JADI PATUNG NYA ITU ADALAH PUTRI KU!!" Teriak nya tiba tiba, Neko yang mendengar teriak tiba tiba itu menjadi terpaku menatap lebar karena wanita itu menyerangnya dengan mendorong kerah Neko untuk terpojok di tembok.

Neko jadi tertekan di tembok, hanya bisa menahan dorongan dari wanita itu.

"KATAKAN PADAKU... BAGAIMANA KAU BISA MENJELASKAN ITU!! TEMUKAN PEMBUNUH PUTRI KU!!"

"Aku mengerti soal hal itu, kau tak bisa bicara berlebihan ketika aku tidak melawan mu" Neko membalas dengan wajah dingin nya.

"Apa maksudmu, Kau lah yang membunuhnya, persetanan denganmu!!" Wanita itu melepas kerah Neko membuat Neko memegang lehernya.

Tapi mendadak dia menerkam Neko dengan sebuah pisau membuat Neko tak bisa bergerak karena terkejut.

Untungnya pisau itu berhenti dan jatuh, rupanya Roiyan yang menahan tangan wanita itu. "Aku sudah menghubungi polisi, jatuhkan pisau itu!!" Kata Roiyan, sementara wanita itu menangis, Neko yang melihatnya terdiam sambil memegang kerahnya yang berantakan.

Wanita itu tampak menangis putus asa. "Tolonglah aku.... Percayalah padaku, aku sudah banyak menghubungi orang orang di sini, tapi.... Mereka sama sekali tak ada yang bertindak.... Kalian jelas harus bertanggung jawab.... Hiks... Hiks..." Itu kalimat terakhir yang di dengar Neko bahkan itu membuat nya berpikir.

"(Patung dari manusia? Apakah ini akan menambah sebuah ke ilegalan?)"

--

"Siapa wanita itu?" Roiyan menatap sambil mengikuti jalan nya Neko.

"Dia bukanlah siapa siapa.... [Aku harus apa soal ini, apakah benar ada patung yang begitu ilegal] mungkin hanya orang lain tadi" Neko membalas.

"Kau terlihat seperti seorang yang terbebani yah, bagaimana jika minum nanti" Roiyan menatap.

". . .Tidak bisa" Neko mengacuhkanya. Tapi tiba tiba bahunya tertarik Roiyan dan Ia terpojok.

"Ada apa? Kau tidak tertarik padaku? Aku juga selama ini mencarimu, aku mulai yakin kau adalah kakak ku itu, mengaku lah bahwa nama mu itu Amai...." Roiyan mendekat.

Tapi Neko hanya terdiam melemparkan tatapan tajam.

"Selama ini, aku tertarik pada kakak ku, aku bahkan ingin menikahi nya tapi... Dia pergi, aku harus menganggap mu apa, sifat mu sama seperti nya, atau mungkin aku bisa mengatakan bahwa kau bisa menjadi pengganti nya, aku benar benar tertarik dengan paras mu yang sama seperti kakak ku" Roiyan memegang pipi Neko, tapi Neko menurunkan tangan Roiyan dengan tatapan tajam.

"Aku tak tertarik apapun darimu, dan Aku sudah bilang padamu, Aku bukan orang yang kau cari" Neko menatap. "Jika kau terus bersikap seperti ini, aku anggap ini adalah termasuk teror seksual dan aku bisa melaporkan mu pada pihak berwajib" Tambah nya sambil tersenyum kecil nan sombong lalu berjalan pergi.

Setelah sampai di kantornya, Neko duduk dan menatap ponselnya melihat kontak Kim.

Lalu dia mencoba menghubungi Kim. Kebetulan Kim berpisah dengan Beum saat di lorong karena Beum memberinya istirahat.

Kim sedang merokok di ruangan khusus merokok dan di saat itu juga ponsel nya berbunyi membuat nya melihat bahwa itu dari Neko dan langsung menerima nya.

"Ya, Nona Neko? Apa anda butuh sesuatu?" Kim bertanya.

"Kim, apa kau bisa kemari sekarang, aku butuh infromasi" Kata Neko.

"Ah baik baik" Kim membalas dan segera mematikan rokoknya lalu berjalan pergi dari sana.

Hingga ketika sampai di departemen kekuasaan museum. Dia langsung berjalan terburu buru akan ke kantor Neko.

Tapi tiba tiba pintu terbuka sendiri dari dalam oleh Neko dan mereka sama sama terkejut berpapasan begitu.

"Nona Akai?"

"Jangan bicara di sini, semuanya bisa melihat maupun mendengar" Neko menatap serius.

Kim melihat sekitar dan rupanya hampir semuanya menatap nya. "Ups... Aku menarik perhatian"

Tapi mendadak, ada yang datang. "Luna!" Rupanya Pei Lei, dia lalu menatap ke Kim yang sama sama menatapnya.

"Luna... Ada apa?" Pei Lei menatap Neko.

"Tidak ada, aku hanya ingin membahas hal penting dengan Tuan Kim" Neko membalas.

"Tapi.... Aku juga ingin membicarakan sesuatu dengan mu" Pei Lei menatap.

"Soal apa?"

"Satu minggu yang lalu, aku di hubungi oleh seseorang tidak di kenal, dia langsung bilang berteriak padaku soal patung ilegal yang terbuat dari putrinya, begitu"

Seketika Neko terpaku. "(Wanita itu bicara dia menghubungi banyak orang di departemen ini tapi tak ada satu pun yang menolong nya dan rupanya dia salah satu nya yang di hubungi oleh nya....) Baiklah, begini saja, kalian berdua masuk saja ke dalam" Neko kembali masuk ke dalam kantornya.

Kim dan Pei Lei terdiam lalu berjalan masuk, lalu mengunci pintu yang di lakukan oleh Kim sendiri.

"Kim, museum itu, siapa yang berhak masuk ke dalam sana di bagian departemen kekuasaan ini?" Tanya Neko.

"Sejauh ini hanya orang penting, jika dilihat, tak boleh ada yang masuk di museum di departemen di sini, termasuk Direktur sementara Roy maupun anda yang manajer di sini" Balas Kim.

Di saat itu juga Pei Lei mendengar nada bicara nya dengan jelas. "(Kenapa dia berbicara layaknya Luna adalah atasan nya, dia bicara seperti begitu serius... )"

"Jika begitu, aku hanya akan menyerahkan ini padamu..." Neko menatap.

"Tunggu, ada apa sebenarnya" Kim menjadi tak mengerti.

"Salah satu patung yang ada di museum, adalah patung yang ilegal, bahkan termasuk dalam kategori pembunuhan" Kata Neko.

"Bagaimana bisa? Setelah kasus patung ilegal dan patung yang tak jadi dipajang, sekarang kasus lain lagi" Kim menjadi kesal.

"Ah, apa jangan jangan.... Salah satu patung itu... Sama seperti yang di bicarakan orang yang menghubungi ku?" Pei Lei langsung menyangkut.

"Yah, apa kau tahu Pei Lei, kita bisa menggunakan hal ini untuk menjatuhkan publiktas soal hal ini, siapa yang mengurus banyak nya patung yang di pajang itu?" Neko menatap.

"Tuan Matthew, adik dari Tuan Beum" Balas Pei Lei.

"(Haha... Bagus sekali.... Ini adalah lubang balas dendam ku, lihat ini Matthew, aku akan membuat mu turun dalam publik yang mengenal mu berbeda....) apa kau mau membuat artikel non publik padaku?" Neko menatap Pei Lei yang terdiam.

"Maksudmu.... Ini akan menyindir langsung Tuan Matthew, aku bisa di keluarkan, apalagi kamu"

"Jangan khawatir, jangan tulis nama dari penerbit artikel, publikasikan saja pada para Direktur karena Direktur berhak tahu artikel non publik... (Ini kesempatan ku mengatakan benci pada Matthew)" Kata Neko.