webnovel

Chapter 82 (Caged The Beast)

". . . Kemarilah Luna, Aku akan mengantarmu" Kata Roiyan, lalu Neko berjalan mengikutinya.

"Ini, Kau bisa mengambil kopi ini, aku harap Kau suka ini"

"Terima kasih" Neko menerimanya. Mereka sudah masuk di kantor manajer.

"Aku hanya ingin memastikan apa Aku ini salah atau benar, karena Aku melihat orang yang sama seperti di saat itu . . ."

". . . " Neko mulai kembali meliriknya bingung.

"Aku memiliki seorang kakak yang cantik, dia sangat menawan dan bahkan aku sampai tak rela dia di ambil orang lain, dia seharusnya hidup senang sekarang karena menikmati kekayaan ayah ku" Kata Roiyan.

"(Kau pikir aku ini orang apa, kau pikir hanya ayah mu saja yang punya banyak uang? Hanya karena yang, kau membuat kalimat palsu soal aku mengemis begitu? Dasar bajingan...) . . Hm. . . Aku akan turut senang jika dia bisa bahagia..." Neko mencoba membalas tenang dan menyembunyikan kemarahan nya.

"Tidak, kau salah, dia telah pergi, selamanya karena sebuah kecelakaan bom" Kata Roiyan.

Di saat itu juga Roiyan langsung menatap ekspresi Neko yang diam saja. "(Dia tidak terkejut... Apakah dia tidak berpikir begitu, jika ekspresi nya begitu, berarti dia sudah tahu dan itu adalah dia)" Roiyan langsung memastikan.

Tapi Neko berpikir lain. "(Sepertinya, dia sudah curiga soal aku...) kalau begitu, aku turut berduka cita, dia pasti mengharapkan mu untuk tenang dan tak perlu memikirkan nya lagi" Kata Neko.

". . . Kenapa kau berpikir begitu?" Roiyan melirik curiga.

"Karena orang mati memang seperti itu, kau tak bisa terlalu banyak memikirkan nya atau dia akan tidak tenang" Kata Neko, jawaban nya benar benar masuk logika membuat Roiyan terdiam.

"(Sepertinya dia bukan Amai... Hanya perasaan ku saja kalau dia Amai)" Karena hal itu, Roiyan yang tidak jadi mencurigai Neko.

"Apa yang membuatmu berpikir begitu?" Neko menatap.

"Berpikir.... Bagaimana?"

"Entahlah, kamu seperti curiga akan sesuatu dari ku atau apa... Dari awal kita bicara, nada milikmu seperti sangat curiga" Kata Neko membuat Roiyan terdiam.

"(Dia mulai menganggap ku aneh, jangan jangan dia memang bukan Amai....) Um... Soal kakak ku yang mati itu, aku sengaja kemari untuk mencarinya karena aku benar benar tak percaya bahwa dia mati, informasi mengarah ku kemari" Tatap Roiyan, dia menggunakan kalimat terakhir untuk mencurigai Neko sebagai Amai.

"Dia tidak akan pernah ditemukan jika kamu tidak tahu dia ada dimana?"

"Ya, mungkin memang benar, selama ini Aku sudah mencarinya kemanapun, tapi tidak menemukan nya selama berbulan bulan" Kata Roiyan.

"(Ya jelas lah bodo, aku ada di Jeongju....) menurutmu, dia akan menjadi apa jika ada di sini?" Neko menatap.

". . . Sama seperti mu" Kata Roiyan.

Tiba tiba saja, ketika kalimat Roiyan selesai itu, Neko tak sengaja melepas kopi itu dari tangan nya alhasil kopi itu tumpah ke karpet lantai.

Diluar, Pei Lei berhenti karena mendengar sesuatu dari dalam. Neko terdiam kaku melihat itu, lalu ia akan berlutut mengambil gelas itu, tapi tangan nya di tahan Roiyan.

Lalu Pei Lei tampak berjalan masuk. "Ada apa, Aku mendengar sesuatu" Dia masuk dengan panik.

"Ini bukanlah serius" Kata Roiyan yang menahan tangan Neko untuk membersihkan noda itu.

"Ah, biarkan Aku membersihkanya" Pei Lei membungkuk dan mengambil gelas kopi itu.

"Aku adalah orang yang menjatuhkan nya, aku minta maaf" Kata Neko menatap nya, lalu Pei Lei menengadah menatap, siapa sangka, Neko membungkuk untuk menatap dekat padanya.

Seketika Pei Lei terdiam dengan wajah agak terpesona. "Um... Ini baik baik saja, aku akan membelikan mu kopi lagi" Tatapnya.

". . . Kau orang yang membelikanku minuman itu?" Neko menatap. Seketika Pei Lei terkesan dengan wajah Neko. "[Dia benar benar cantik, ini bahkan sangat dekat, seperti kecanggungan saja] Jangan khawatir Aku akan membelikan yang baru lagi, jika butuh aku, panggil saja aku" Kata Pei Lei sambil berjalan pergi keluar.

Roiyan terdiam menatap Neko. Dia menatap dari bawah sampai atas, Neko tak menyadari karena dia sedang melihat arah lain.

"(Dia memakai celana panjang dan... Kemeja hitam yang dimasukan ke dalam celana nya, kerah yang terlalu tinggi tak memperlihatkan bahwa dia bukan perempuan yang menunjukan tubuhnya) Luna, dimana jas yang seharusnya kamu pakai?" Roiyan menatap bingung.

". . . Aku tak memilikinya, aku belum membelinya" Kata Neko.

". . . Kalau begitu gunakan milik ku, aku akan mengambilnya di kantor ku" Roiyan akan berjalan pergi tapi Neko mengatakan sesuatu. "Tidak perlu terlalu peduli, aku hanya ingin ada di sini dan tenang tanpa mempedulikan apapun termasuk sebuah penampilan" Kata Neko dengan nada datar membuat Roiyan terdiam mendengar itu.

"Jadi kamu di sini hanya untuk memancing banyak orang melihat penampilan mu?" Tatap Roiyan.

"Tidak ada, Aku hanya masuk kemari untuk pekerjaan saja, jadi Aku akan mulai bekerja disini" Neko membalas sambil berjalan keluar.

Namun Roiyan menahan tangan nya membuatnya berhenti dan menjadi meliriknya.

"Aku ingin tahu, Kenapa Kau ingin bekerja sebagai manajer disini?" Roiyan menatap serius.

Di saat itu juga Neko menarik tangan nya membuat nya lepas dari pegangan Roiyan tadi.

"Apa masalah mu, apa kau sengaja untuk memancing kemarahan ku!! Kupikir kau akan mengobrol soal pekerjaan di sini, tapi kenapa pandangan mata milik mu justru tidak nyaman, jangan berpikir bahwa aku bisa seperti ini juga, kau bertanya kenapa aku ada di sini? Apa itu masalah untukmu?" Neko kembali membalas.

"(Dia.... Apa dia kesal padaku, kenapa dia berani sekali... Tapi kenapa, teriakan kemarahan itu sama seperti Amai, namun aku tak pernah melihat Amai marah begitu... Entahlah, firasat ku ini sebenarnya nyata atau tidak menganggap nya Amai) Maafkan aku, Ini hanya aneh, kenapa Kau tidak sekalian bekerja di kantor museum... Kau tahukan tempat ini milik bos yang sama"

"Ho, Kupikir bos yang berbeda, Rupanya sama... Kapan Aku bisa bertemu dengan eksekutif itu huh?" Neko melirik. Roiyan terdiam lalu menghela napas panjang.

". . . Dia mengurus bisnis lain di tempat berbeda, selagi dia pergi, dia menyerahkan gedung departemen kekuasaan museum ini padaku, aku yang mengurus semuanya, mungkin manajer seperti mu tidak layak bertemu dengan nya, ini hanya sebatas kalimat yang selalu di ucapkan, aku tidak bermaksud menyindir" Kata Roiyan.

"(Jadi begitu...) Aku tahu itu, kedepan nya... Datang saja saat aku butuh bantuan soal pekerjaan, jangan datang di saat yang aneh lagi" Kata Neko dengan tatapan dingin lalu berjalan pergi membuat Roiyan benar benar terdiam, dia kembali menghela napas panjang. "(Aku hampir membuat perempuan berpikir aneh padaku hanya karena aku ingin menganggap nya sebagai Amai, aku benar benar merindukan Amai Akai)" Ia mengingat wajah Neko. Padahal yang tadi itu jelas Neko, hanya saja penampilan Neko agak berubah.

Saat Neko keluar dari kantor tadi, ada pria menghampiri. "Selamat pagi, kau manajer baru itu kan, Akai, Aku Xun Zhoa, biarkan Aku membantumu melihat semuanya disini. Kau bisa bertanya padaku soal apapun disini, aku bisa membantu mu"

". . . Kalau begitu, Aku hanya bertanya dimana tempat istirahat karyawan"

". . . Hanya ada area merokok disini, mungkin kita bisa mengobrol disana" Xun membalas.

Neko terdiam sebentar. "(Ruangan merokok? Apakah ruangan istirahat karyawan tidak ada, apa jangan jangan karyawan makan bekal mereka tetap di meja mereka, benar benar sistem yang buruk)" Neko menghela napas panjang lalu mengangguk setuju pada pria yang bernama Xun itu.

Lalu mereka ke area merokok. Xun sudah menyalakan rokoknya. Lalu menoleh ke Neko yang terdiam di tempatnya. Mereka berdiri bersampingan.

"Apa kau tidak merokok?" Xun menatap.

"Aku perempuan, tentunya tidak" Neko membalas sambil mengeluarkan permen yang Ia bawa lalu memakanya.

"(Kupikir dia merokok, rupanya dia memprioritaskan kesahatan huh, apalagi rokok tak Pantas untuk wanita, dia lebih memilih permen rupanya) Pantas saja wajahmu terlihat manis, Kau memakan permen merah yang terlihat begitu manis" Xun menatap.

"Oh benar, kau manajer kan, aku juga ingin menjadi manajer, bagaimana jika kau menjadikan ku kandidat mu, aku bisa menjadi asisten mu untuk mempercayai ku" Tambah Xun sambil memegang tangan Neko. Neko yang merasa itu segera menarik tanganya pelan.

"Aku masih memikirkan masalah asisten dengan hati hati"

"Luna, aku tidak akan mengecewakanmu jika kau ingin menjadikan ku kandidat mu" Xun menatap sambil kembali memegang tangan Neko.

Neko terdiam. "(Aku kemari untuk mengambil makhluk buas yang seharusnya aku kurung, makhluk buas yang berpikir seenak nya dan menjadikan semuanya budak kebisnisan, aku akan melihat sistem caramu memperlakukan karyawan di sini)" Pikir Neko, dia memikirkan Beum, dari awal dia datang karena ingin mengurung makhluk buas seperti Beum.

Lalu ia menoleh ke tangan nya yang di pegang oleh Xun. "(Ha... Ini benar benar sungguh sangat mengganggu....)"

Tapi, Pei Lei yang melihat mereka dari luar, dia kebetulan berjalan dan melihat di ruangan merokok melihat mereka berdua hanya ada di ruangan itu, di saat dia melihat mereka atau bisa dikatakan di saat Xun mencoba dekat dengan Neko Pei Lei merasa kecewa dan tersaingi.

"(Kamu benar benar memiliki cara lain untuk menarik perhatian orang baru... Seharus nya kau juga memberiku sebuah)" Seketika dia masuk dan langsung mengatakan sesuatu. "Luna, Aku membawakanmu kopi yang kujanjikan" Ia datang membawa gelas cup kopi, sepertinya pengganti kopi yang tadi jatuh.

"Kau benar benar membawanya lagi" Neko tersenyum kecil dan itu membuat nya melepas tangan Xun itu dan karena hal itu juga membuat Xun kesal.

"Aku mengerti bahwa gaji intern tidak tertinggi. Mendapatkan promosi dari intern menjadi karyawan asisten juga tidak mudah. Menjadi paralegal untuk pengacara peringkat top adalah jenis pembuatan dan revisi dalam artikel yang akan di buat, jadi aku mengerti kenapa kau sangat ingin berbuat baik padaku" Kata Neko menatap Pei Lei yang seketika tak percaya mendengar perkataan itu.

Dia antara senang dan yang lain nya seperti itu.

"(Jadi... Itulah yang dia pikirkan tentangku. Bahwa aku seperti anjing yang berjuang untuk potongan daging, aku hanya satu dari banyak)"