webnovel

Chapter 72 (The Worked Hard)

Sesampainya di tempat Neko, dia menghela napas panjang sambil berjalan duluan.

Yechan yang melihatnya menjadi terdiam tapi ia memanggil. "Akai" Tatapnya.

"Hem.... Bicara saja di dalam" Neko masih berjalan duluan ke dalam, hingga ketika di dalam.

"Jadi, apa?" Dia menatap Yechan dengan wajah datarnya.

"Hehe.... Terima kasih kemarin yah..." Kata Yechan membuat Neko bingung, lalu Yechan mengambil suatu kertas ujian, diberikan nya pada Neko.

Rupanya itu kertas ujian matematika yang dia kerjakan tadi, nilai nya benar benar langsung banyak, yakni 80.

"Nilai itu cukup untuk ku" Kata Yechan.

Neko terdiam dan tersenyum kecil. "(Apa semudah ini mengajari orang....)"

"Oh Akai, kamu mau ikut aku keladang padi?" Yechan menatap.

"Untuk apa?" Neko langsung menatap dengan tatapan tajam.

"Kita coba traktor ku yang gede"

". . . Traktor?" Neko terdiam, dia lalu ingat soal traktor yang pernah membantunya menarik mobil dan yang mengendalikan traktor itu Yechan ketika mereka pertama kali bertemu.

"Maksudmu, traktor hitam dengan garis merah itu?"

"Ya, traktor itu di beri penutup agar tidak panas dan tidak kehujanan, ayo Akai..." Yechan memegang tangan Neko dan menariknya perlahan hingga mereka sampai di ladang sawah.

"Sepertinya di sini terlihat sangat panas" Tatap Neko pada ladang sawah yang sangat luas dan matahari yang begitu panas terik.

"Jangan khawatir Akai, sebentar lagi sore, kita bisa menikmati sore bersama, dan ketika kamu tidak suka panas kamu harus pakai topi biar tidak terbakar kulitmu atau wajahmu Akan merah dalam artian... Hehe..." Kata Yechan yang melepas topinya dan memberikannya pada Neko.

Neko terdiam ketika topi itu sampai di kepalanya. ". . . Kau tidak perlu melakukan itu, seharusnya aku tadi Membawa topi dari rumah" Tatap Neko dengan tajam.

"Tak apa pakai saja Punyaku, nah lihat, itu adalah traktorku" Yechan menunjuk sebuah traktor yang sudah ada di tengah-tengah sawah tersebut.

"Apa yang dilakukan traktor memang nya?" Tatap Neko.

"Traktorku berfungsi untuk memutar balikkan tanah agar bisa ditanami padi nanti, dengan begitu para petani akan mudah untuk menanamnya" Kata Yechan.

"Apa itu memang perlu dilakukan"

"Yaa tentu saja bagaimana jika sekarang kita naik"

"Apa itu bisa dilakukan untuk dua orang, aku pikir di Sana hanya ada satu bangku"

"Tidak kok nyatanya traktor bisa digunakan banyak orang ayo cepat" Yechan menarik pelan lengan Neko tapi Neko menahan tubuhnya sendiri membuat yechan terdiam bingung

"Ada apa Akai?" Tanya Yechan menatapnya.

"Apa kau tidak lihat itu adalah sawah?" Tatap Neko.

"Ah benar, kamu tidak memakai sepatu boot, kalau begitu bagaimana jika aku bawa sini" Yechan merentangkan tangan bermaksud untuk menggendong Neko di dadanya.

"Kau sudah sekian kali melakukan itu padaku dan Apakah itu tidak terlihat aneh Jika kamu berpikir seperti itu" Neko hanya diam menatap tajam.

"Hehe, aku melakukan ini untuk dalam artian yang sangat baik bukan dalam artian yang lain tentunya jadi ayo aku sudah siap ini" Kata Yechan menatap, dia gak menundukkan tubuhnya lalu Neko menghela nafas panjang dan pasrah lalu mendekat

Setelah itu nampak Yechan menggendong Neko di dada.

"Baiklah, kita akan ke traktor itu jadi pegangan dengan erat" Kata Yechan yang sangat penuh dengan ceria lalu dia turun ke sawah yang becek itu lalu berjalan ke tempat di mana traktor itu berada.

"Baiklah oke Ayo kita naik" Yechan meletakan Neko duluan Lalu naik duluan memanjat di traktor yang besar itu tapi tiba-tiba ia hampir terpeleset membuatnya terkejut. "Uh?"

"Ah Akai hati-hati" Yechan ikut terkejut dan menahan punggung Neko, Neko terdiam kaku. "Aku hampir saja jatuh ke Lumpur" Gumam nya dengan agak pucat.

Tak lama kemudian mereka terlihat dari atas traktor. Neko duduk di samping Yechan.

"Akai, bisa kau pegangan dengan yang lainnya atau kau bisa pegang aku juga" Kata Yechan dengan wajah yang merah.

Hal itu membuat Neko melirik tajam dan lebih memilih untuk memegang tiang traktor itu saja.

"Cepat jalankan saja" Tatapnya dengan sangat seram.

Traktor itu dinyalakan oleh Yechan dan dia menjalankannya di sekitar ladang itu, Neko agak terpaku dengan keadaannya

"Hahaha Akai santaikan saja dirimu, kita tidak akan jatuh atau apalah itu, traktor ini sangat kuat, di ladang ini" Kata Yechan yang menatap Neko.

"(Hanya karena Ini pertama kalinya aku naik benda yang tidak pernah aku lihat seumur hidupku dan aku menganggapnya hanyalah hal biasa yang sangat perlu tidak cocok untuk dicoba untukku)" Neko terdiam.

Hingga sorenya, mereka selesai melakukan nya. "Apa yang terjadi setelah traktor itu sudah digunakan?" Neko menatap.

"Sudah selesai? Haha, masih ada ladang lain nya yang harus aku gitukan... Hehe..."

". .   Jika satu ladang saja sudah menghabiskan waktu banyak, apa kau akan melakukan nya selama hari kosong mu?" Neko menatap.

"Tentu saja Akai, ini benar benar menyenangkan karena aku bisa membantu mereka, ketika kita bekerja sama dengan hal baik, dan juga bekerja keras untuk orang lain maupun diri kita, kita bisa membuat sebuah tujuan yang besar sama seperti tempat ini, kami menghasilkan banyak buah, sayuran dan nasi lalu di kirimkan ke kota" Kata Yechan.

"(Kerja sama dengan artian yang baik, dan bekerja keras untuk orang lain dan diri kita sendiri?)" Neko terdiam memikirkan kalimat itu.

"Oh, Akai, bagaimana jika kita melihat matahari tenggelam?" Yechan menunjuk matahari yang sebentar lagi petang akan tenggelam.

Neko terdiam dan mengangguk saja.

"Bagus, ayo aku ajak ke tempat bagus untuk melihat" Yechan menarik tangan Neko membuat Neko terdiam.

"(Ini sudah kesekian kalinya dia melakukan itu, dia memegang tangan ku dengan miliknya yang besar, aku tak tahu harus menilai nya apa tapi dia benar benar sudah membuat ku berpikir bahwa dia memang bekerja keras untuk mendekati ku, dengan cara yang biasa dia lakukan, bekerja keras membantu...)" Pikir Neko.

Hingga mereka sampai di sebuah bukit kecil yang memperlihatkan matahari yang akan tenggelam turun di gunung.

Suasana dan pemandangan yang begitu indah, dan di sini, Neko masih merasakan tangan nya di pegang Yechan, tapi ia tak peduli, ia ikut melihat matahari itu.

Lalu Yechan memegang erat tangan Neko dan menoleh membuat Neko ikut menatapnya. "Akai... Ketika kamu kembali ke kota nanti, jangan lupakan aku... Meskipun tak akan ada ramalan kita bertemu lagi, tapi aku harap aku bisa menjadi seseorang yang bertemu dengan mu di sana tak peduli aku jadi apa nantinya, aku hanya ingin bilang bahwa Terima kasih sudah menganggap ku sebagai orang yang cocok berada di samping mu dan membantu mu kapan saja" Kata Yechan membuat Neko terdiam.

Tapi mendadak Neko membuka mata lebar karena melihat Yechan menangis, dia lalu tersenyum kecil. "Pft... Kau sepertinya tidak bisa menyebut diri mu seorang lelaki" Tatap Neko.

Seketika Yechan baru sadar dia menangis. "Apa?!  Hah tidak, aku tidak menangis... Aku hanya... Aku hanya...." Ia tak bisa menahan air matanya.

Lalu Neko menghela napas panjang. "Kemarilah" Dia menatap, lalu Yechan terdiam dan menundukan badan nya, di saat itu juga Neko mengusap air mata di wajah Yechan membuat Yechan membuka mata lebar menatap itu, ia bahkan sampai berwajah merah.

"Aku memang tidak tahu kapan aku kembali ke kota, jika ada waktu lagi, kau mungkin bisa meminta ku datang kemari lagi, jika tak ada waktu, kau bisa menghubungi ku lewat ponsel"

"Benarkah? Kita bisa video call?"

"Yeah"

"Baiklah, ini baik baik saja... Um, ngomong ngomong boleh aku bertanya sesuatu padamu, Akai?" Yechan menatap.

Neko terdiam menunggu pertanyaan nya.

"Um, sebenarnya apa pekerjaan mu?"

". . . Bukankah sudah sangat jelas?"

"Lalu, aku juga bertanya tanya, um.... Kau sudah punya pekerjaan, tapi kenapa bisa umurmu yang 20 tahun ke atas bisa masuk ke kampus tanpa identitas mu?" Yechan menatap bingung.

Lalu Neko terdiam dan tersenyum kecil. "Seperti yang orang bilang, uang memang segalanya, tapi pengetahuan dapat menggantikan uang, aku memang tidak pintar dalam segala hal, tapi aku bisa mempelajari apa yang akan datang ketika suasana mulai mendukung antara uang dan pengetahuan, jika kau ingin tahu yang sebenarnya, umurku lebih dari 25 tahun, aku sudah lulus kuliah beberapa tahun yang lalu tapi karena ada tugas dari atasan, aku harus ada di kampus itu untuk sementara" Kata Neko.

"(. . . Um... Dia bilang misi dari atasan? Itu berarti pekerjaan Akai memang sangatlah besar....) jadi, kamu di kampus itu juga sebentar?"

"Yeah, dan kau tahu wanita matador dan gadis itu" Neko menatap.

"Siapa?"

"Yang sering berbicara dengan mu di kampus" Tatap Neko.

"Ah, Acheline dan Cgoka... (Apakah Acheline terlihat seperti matador?)" Yechan terdiam bingung.

"Mereka pastinya juga akan pergi dari kampus itu" Kata Neko.

"Awh.... Kenapa kalian itu punya cerita yang bagus banget.... Aku kan juga pengen... Bisa menjadi seseorang yang dapat menyamar..." Yechan menatap iri dengan tingkah seperti anak kecil.

Lalu Neko tertawa kecil. "Pft... Apa kau tahu, kau orang yang telah membuat ku bisa tertawa kecil begini... (Selama ini aku tertawa karena aku menikmati di atas kekejaman ku, sekarang hanya karena melihat wajah bocah ini... Rasanya saja sudah membuat pikiran ku agak tenang)"

"Hehe, itu berarti kita cocok, benar kan..."

"Hei, apa yang kita bahas sebelum nya?" Neko menatap.

"Hehe, ya Nuna... Jangan khawatir... Aku suka kamu sebagai adik mu hehe... Aku bekerja keras juga untuk ini" Kata Yechan. Hingga matahari terbenam dan menunjukan malam.

"Akai, bagaimana jika aku ke tempatmu, aku tak ada pekerjaan malam ini jadi bisakah aku tidur di tempat mu?" Yechan menatap.

". . . Bukankah kau kemarin tidur di tempat ku?"

"Eh.... Itu bukan tidur, tapi ketiduran, lagipula kamu benar benar tidak membangunkan ku" Yechan menatap kesal.

". . . Kau terlalu nyenyak untuk di bangunkan" Balas Neko lalu dia berjalan pergi.

Ketika mendengar kalimat itu, Yechan menjadi berwajah malu. "(Akai... Aku benar benar suka padanya... Astaga...)"