webnovel

Chapter 65 (The Worked Hard)

Esoknya, Choka membuka mata dengan perlahan dan menatap langit langit.

Di lehernya tampak ada penutup luka, mungkin itu menutupi lukanya karena di gigit Neko malam tadi.

"(Ugh, apa yang terjadi?)" Dia bangun duduk sambil memegang lehernya hingga ia sadar bahwa ia ada di kamar Neko.

"Hah, semalam.... Sebenarnya, apa yang terjadi... Kenapa Nuna seperti lepas kendali dan dia.... (Menggigit leherku, apakah itu semacam kebiasaan nya?)" Choka terdiam khawatir, ia melihat sekitar tak menemukan Neko di kamar itu hingga ia menemukan secarik kertas yang ada di meja dekat ranjang itu.

Ia mengambil kertas nya dan rupanya ada tulisan dari Neko.

== Aku ke kampus pagi ini, jika kau ingin membahas soal malam tadi, kau bisa meminta ku bertemu, juga minta maaf== kata pesan itu membuat Choka semakin khawatir.

"(Aku takut Nuna tak akan menerima sikap ku setelah hal yang sangat aneh tadi malam, apa kita harus bertukar rahasia.... Aku hanya harus memberitahu nya aku bisa melihat ukuran tekanan milik seseorang dan dia akan memberi tahu ku kenapa dia menggigit leher ku)" Pikir Choka.

Sementara itu, di kampus. Acheline berlatih dengan timnya, Dia rupanya adalah kapten tim terhebatnya. Semua lelaki meliriknya saat dia melompat untuk memukul bola.

"Hei, cepat lakukan, buat kalian berkeringat dan jangan sampai ada yang tergelincir!!!" Kata Acheline.

Hingga mereka menyelesaikan latihan mereka.

"Ini melelahkan" Kata mereka yang sudah selesai bermain. Dengan keringat dan napasnya, Acheline melihat sekitar sama sekali tak melihat Neko dan Choka.

"[Kemana mereka? Kenapa tidak datang? Biasanya Choka menemani aku di sini]...Semuanya, ambil mandi dan bubar" Teriak Acheline.

"Baik..." Mereka membalas.

Di ruang mandi. Acheline akan melepas bajunya sebelum mandi. Tapi tiba tiba Ia mendengar sesuatu dari balik sebuah kamar mandi. Ia mendekat perlahan dengan waspada. Saat sudah didekat sana tiba tiba pintu itu terbuka membuatnya terkejut dan rupanya itu Neko.

". . . " Neko terdiam menatap.

"Oh, Kau... Kupikir siapa" Kata Acheline. Neko menatap diam tapi Ia baru sadar bahwa mata Acheline berubah.

". . . Mata milikmu... Tidak merah"

"Oh... Ini...Aku belum memberitahumu, sebenarnya Aku selalu menggunakan lensa kontak berwarna merah, Aku melepasnya karena akan mandi..." Balas Acheline.

"Kau menganggap itu tampak enteng, lebih baik tidak perlu menggunakan lensa kontak merah lagi" Neko menatap kesal.

"Haha, kenapa, takut aku meniru mu, jangan khawatir, kita banyak perbedaan.... (Dan sebentar lagi... Aku tahu informasi nya...) Tapi sungguh, Aku benar benar heran dengan mata milikmu, apa itu sungguhan" Tatap Acheline.

".. . . Ya"

". . . Kau tampak banyak pikiran yah, memang benar dari awal kau terlihat banyak pikiran, Oh... Aku sudah tidak sabar ingin mandi sepertinya, bisa Kau menungguku"

"Kenapa Aku harus" Neko menatap dingin.

"Yeah, Aku hanya ingin berjalan bareng dan bertanya tanya soal Choka yang tidak kemari" Kata Acheline sambil membuka bajunya.

Neko terdiam memikirkan Choka. "[Jika dipikir pikir Aku terlalu lepas kendali] Apa Kau memang mengenal gadis itu?" Neko menatap. Tapi Ia terkejut karena melihat tubuh Acheline yang penuh dengan luka.

Bagaimana bisa wanita mahasiswi seperti Acheline sudah memiliki banyak bekas luka seperti terlalu banyak bertarung atau dia bisa bela diri, hanya ada satu jawaban.

Tak di sangka sangka, Acheline manatap dengan seringai padanya. "Oh, apa Kau sedang terkejut melihat sesuatu dari tubuhku" Tatapnya, dia berjalan mendekat. Dia tadi melepas bajunya sehingga sekarang hanya memakai bra sport dan celana setelan baju volynya tadi. Untuk ukuran wanita, dia seperti matador dalam artian Siberia, itu artinya pengawal yang pandai bertarung.

"[Bekas itu... Bekas pertarungan senjata, apakah selama ini benar.... Jika dia memang orang yang berhubungan dengan Cheong, pastinya dia banyak terluka sebagai pengawal... Seharusnya aku tahu, wanita sepertinya tidak wajar, tapi aku paling tidak sudah menemukan nya]" Neko terkaku mengira Acheline yang selama ini dia cari, tapi Ia menjadi mencoba tenang dan tersenyum kecil karena dia sudah mendapatkan jawaban nya, jadi di bawa tenang saja selagi Acheline tak tahu rencana nya.

"Tidak, Aku sama sekali tidak terkejut, sebaiknya Kau cepat atau Aku akan berubah pikiran dan malah meninggalkan mu" Kata Neko sambil berbalik dan berjalan pergi.

Acheline tersenyum kecil. "(Haha... Tadi tidak mau menunggu, tapi setelah melihat tubuh ku, apa kamu tertarik dengan tubuh kasar huh)"

Setelah selesai mengganti baju. Achelin berjalan bersama Neko melewati ruangan voly.

"Apa mandi di sini nyaman?" Tatap Neko.

"Oh, itu tergantung sih.... Jika habis berkeringat banyak, terus mandi, itu memang enak, tak peduli dimana kondisi dan tempat nya" Balas Acheline.

"Lalu, apa aku bisa tahu kenapa kau memiliki banyak luka di tubuh mu?" Neko berhenti berjalan membuat mereka saling menatap.

". . . Ini hanya berhubungan soal pekerjaan ku" Balas Acheline. Dia juga seperti menutupi sesuatu dari apapun.

Tak disangka dari kejauhan terlihat Choka dan Yechan.

Neko terpaku ketika melihat Choka yang rupanya juga ke kampus.

"Oh...Nuna?" Choka tampak melambai dengan wajah ramah.

"Oh Choka, Akhirnya Kau muncul..." Acheline berjalan mendekat tapi Ia menjadi terkejut karena leher Choka tertutup penutup luka. Neko terdiam tak mendekat, dia dari tadi di tempat ia berdiri. Tapi tiba tiba ada bola keras mengarah padanya. Bola voly itu akan mengenai kepala samping nya.

"Hah...Nuna!" Choka menjadi terkejut.

Acheline menoleh, "Heu...Awas" Ia berlari mendekat ke Neko dan memukul bola itu dari samping tapi itu membuat Ia jatuh akan menimpa Neko. Posisi yang dia lakukan, sama seperti Neko menyelamatkan Choka kemarin tapi dia yang jatuh menimpa Neko saat ini.

"[Gawat]" Acheline terkejut dan mereka jatuh. Karena sudah mengira jatuh menimpa Neko, dia memegang kepala belakang Neko agar tidak terbentur dan mereka jatuh.

Seketika semua orang yang ada di sana terkejut karena sesuatu yang sangat memang harus mengejutkan semua orang, yakni Acheline mencium Neko dengan tangan kanan nya yang melindungi kepala belakang Neko dan tangan kirinya yang melindungi punggung Neko dari benturan lantai keras. Mereka berdua sama sama memandang dekat dan Acheline menarik tubuhnya ka atas dengan terkejut.

"Nuna..." Choka mendekat.

"Oh.... Ini gawat bukan, Aku benar benar minta maaf" Kata Acheline yang mengusap bibir Neko dengan ibu jarinya.

"Mereka benar benar melakukanya- Perempuan...." Semuanya menjadi terdiam bergosip.

Neko terdiam dengan mata tak percaya. Dia lalu menggeleng dan mengusap bibirnya.

"Ah, maaf ya" Acheline menatap.

"Nuna, kamu baik baik saja?" Choka juga menatap.

". . . Aku..... Aku ingin pulang saja" Neko melewati mereka.

"Oh astaga, aku harus apa" Acheline memegang kepalanya dengan putus asa.

"Jangan khawatir Acheline, aku akan menyusulnya" Kata Yechan.

Tampak di parkir kampus. Yechan mengikuti Neko tapi tidak memanggil nama Neko.

Neko juga masih berjalan hingga ia menoleh ke belakang dan sadar Yechan mengikutinya. "Yechan, kita harus kembali pulang" Tatap Neko dengan serius tapi ia melihat Yechan terdiam, dia meremas baju nya sendiri menatap bawah seperti anak kecil yang mengambek.

"(Ada apa dengan nya?)" Neko terdiam masih bingung.

"Kamu.... (Bisa bisanya dia di cium oleh wanita.... Itu membuat hati ku agak sakit)" Yechan memegang dadanya dengan wajah kesal dan dari sana Neko tahu masalahnya.

Dia lalu menghela napas panjang. "Itu tidak aku anggap apa apa" Kata Neko, lalu dia berjalan kembali duluan membuat Yechan berpikir dengan perkataan itu. "(Apa maksud mu tidak kamu anggap apa apa, sudah jelas itu tertera sekali.... Kamu benar benar kejam Akai... Lihat saja, aku akan menunjukan dan Akai akan tahu bahwa aku suka padanya dan juga perasaan ku ketika kejadian tadi, meskipun itu kecelakaan saja, tapi tetap saja...)"

Malamnya, Neko tampak ada di meja sofanya menatap bukunya, dia memakai pakaian gaya dia sendiri dengan santai membaca buku.

Ia bahkan sama sekali tidak memikirkan soal hal tadi dan menganggap angin saja hingga ponselnya berbunyi pesan.

Tepatnya pesan dari Choka, ia mengambil ponselnya dan melihat pesan itu.

== Nuna, apa kamu yakin, kamu baik baik saja soal tadi? ==

Lalu Neko membalas mengetik. == Itu tadi dilakukan secara tidak sengaja, aku baik baik saja== balas nya lalu menutup ponselnya dan di saat itu juga pintu terketuk dan langsung masuk Yechan.

"Akai, ayo minum bersama ku!!" Dia langsung berteriak menunjukan sekantung penuh botol minuman alkohol.

Neko terdiam menatap itu hingga Yechan mendekat meletakan banyak Alkohol dan gelas di meja sofa dan dia duduk di bawah sofa menuangkan gelas pada Neko.

"Ayo minum" Dia memberikan gelasnya, Neko terdiam, dia lalu menerima nya. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kau datang kemari dan langsung memberikan minuman alkohol di sini?"

"Hehe, ayo nikmati malam ini" Balas Yechan, dia memberikan cemilan di meja juga.

Neko terdiam, dia lalu menghela napas panjang. "Baiklah, terserah" Dia menutup bukunya dan turun di sofa mulai meminum gelasnya dan mereka memakan cemilan.

Hingga tak lama kemudian, di sini yang mabuk malah Yechan. "Ahahaha.... Sepertinya aku sudah mabuk" Dia tertawa sendiri.

Neko hanya bisa menghela napas panjang.

"(Hanya alkohol biasa)" Dia meletakan gelasnya tapi di saat itu juga Yechan sadar.

"(Hm.... Akai benar benar tahan pada alkohol, dia tidak mabuk sama sekali, apa ini karena dia selalu minum? Seperti nya tidak, wajahnya tidak menunjukan bahwa dia sering minum, mungkin dia memang kuat.... Oh iya, aku kemari juga ingin tanya sesuatu padanya, tapi aku mungkin harus melakukan sesuatu agar aku tidak terlihat penasaran terus bertanya hal yang dari dulu aku simpan) Um.... Akai.... Maukah kau bermain sesuatu dengan ku" Yechan mengambil botol alkohol yang sudah kosong itu dan meletakan nya di meja depan mereka.

"Ini permainan kejujuran, putar botol ini, jika ujung botol ini mengarah di salah satu dari kita maka yang tidak kena arahnya harus bertanya fakta dan kita yang kena arahnya harus menjawab dengan jujur" Kata Yechan.

". . . Baiklah" Neko hanya setuju setuju saja.

"Bagaimana jika kamu mulai duluan" Tatap Yechan.

Lalu Neko memegang botol itu dan memutarnya, tapi siapa sangka, ujung arahnya malah mengarah padanya sehingga dia dikenai pertanyaan dari Yechan.

"Baiklah, jadi, apa yang mau kau tanya?" Neko menatap, dia masih menggunakan wajah Datar.

"Um... (Ini kesempatan ku?) Apa kamu pernah mencium seseorang sebelumnya?" Tanya Yechan.

"(Itukah yang membuat mu melakukan permainan ini dan hanya ingin bertanya itu....). . .