webnovel

Chapter 56 (The Worked Hard)

"(Ini masih dalam masalah arytmia ku, kenapa ini begitu aneh....)" Yechan bahkan masih memikirkan arytmianya di ladang setelah dia memberikan mawar putih tadi pada Neko. Karena dia langsung ke ladang membantu orang tuanya.

Dia bahkan masih berlutut diam saja di tengah ladang menatap tanah di depan nya sambil memikirkan penyakit yang dianggap nya serius itu.

"(Apakah ini benar benar akan membuat ku trauma...)" Ia terdiam.

Hingga seseorang berjalan dari belakang. "Hei, Chan... Ada apa, Kau sakit atau yang lain?" Tatapnya sambil mengusap pipinya dari keringat dengan sapu handuk itu.

Yechan menoleh ketika di panggil. "Ini... Baik baik saja"

"Aku tidak berpikir begitu, sepertinya Kau ada pikiran aneh" Ayah nya menatap curiga.

"Hng... Aku hanya ingin suatu saran"

"Hm saran, hahaha... Katakan saja pada profesor Aron ini, soal wanita? Baju? Atau apapun itu tanya saja...." Kata Ayahnya.

Di saat itu juga Yechan teringat. "(Oh benar, Aron adalah seorang profesor, dia dulu merupakan dosen di salah satu kampus pertanian, sekarang sudah keluar karena lebih menikmati pekerjaan di ladang.... Dia profesor, pasti tahu segala hal)" Rupanya ayah Yechan dulunya adalah seorang profesor.

"Katakan saja nak, apa yang kau rasakan?" Tatap Aron, ayahnya.

"Um... Sebenarnya.... Jantung ku selalu berdegup tidak beraturan, dan itu hanya pada saat berkaitan dengan Akai, ketika melihat wajahnya begitu dekat, wajah ku panas... Dan juga, memikirkan nya pun jantung ku berdebar sangat kencang, rasanya sakit.... Entah apa itu rasanya..." Kata Yechan.

"Oh, jadi kau merasakan sesuatu saat bertemu dengan nona cantik itu?"

"He em.." Yechan mengangguk cepat.

"Hahha, lalu kamu menganggap itu apa?"

"Dokter bilang itu adalah Arytmia bahkan dia juga mengatakan aku trauma pada sesuatu..."

"Hemm... Memang benar arytmia didefinisikan secara hal yang begitu, tapi Nak, ini bukan seperti yang kau pikirkan dan dokter pikirkan" Tatap Ayahnya.

"Eh, lalu apa?"

"Apa kau tidak mengerti ini, itu bukan arytmia tapi CINTA" Kata Ayahnya

"Cinta, [Ah, Aku mengerti]...HAH...CINTA...!!" Yechan mendadak terkejut. Dia terkejut tidak karuan mendengar dan baru menyadari itu.

"Itu benar, itu adalah cinta, kamu suka pada orang itu"

"Tapi... Akai..." Yechan terdiam mengingat sikap Neko yang sama sekali tidak Lovely.

"Ketika kamu melihat nya dan jantung mu berpadam langsung menjadi gugup... Dan jika mereka mengatakan itu bukan penyakit apa pun, maka hanya ada satu jawaban. Kamu suka pada dia! Itu seperti itu ketika aku bertemu dengan kekasihku juga, ibu mu itu, itu saat di new york hahaha aku suka mengingat kisah itu..." Kata Aron dengan bercerita panjang lebar. Tapi Yechan masih terdiam ragu.

"(Aku benar benar ragu aku suka pada Akai)"

"Hm... Hm, putraku sedang mengejar cinta, sebaiknya Kau dekati Dia" Tatap ayahnya.

"E...Tapi Aku ini tidak pandai mendekati gadis seperti akai"

"Jangan khawatir, ayahmu ini bisa mendapatkan ibumu bukan" Ayahnya mengedip satu mata.

"Apa ini artinya Aku, memang suka pada Akai?"

"Tentu saja begitu, Dia gadis yang cantik juga mungkin akan sangat beruntung mendapatkanya" Ayahnya menatap dengan semangat.

"Hei, apa dia sudah punya pacar?" Tatap ayahnya.

"Eh.... A.. Aku tidak tahu, aku sudah bertanya pada dia tapi.... Dia hanya membalas dengan pertanyaan aneh..."

"Hahha... Apa?! Benarkah begitu?" Ayah nya langsung berubah ekspresi.

"Kenapa?" Yechan juga ikut panik.

"Ehem.... Ti-tidak, lanjutkan saja nak.... Kau harus mendapatkan hati gadis itu, jangan langsung bilang kau suka padanya, buat dia nyaman padamu dulu" Kata Ayahnya.

"Nyaman padaku? Bagaimana caranya?"

"Selama ini kau mendekatinya dengan cara apa?"

"Um.... Aku hanya membantu nya... Dan aku berharap dia menganggap ku seorang yang peduli dan penolong di saat dia butuh bantuan ku, dari awal kita bertemu, kami bertemu juga karena pertolongan dari ku" Kata Yechan.

"Ya, itu yang harus dilakukan, jangan khawatir... Lakukan saja nak"

Lalu ada ibu Yechan. "Sayang, ini untuk di bawa nanti" Dia membawa tempah dengan banyak nasi beras.

"Oh, siap sayang" Aron menerimanya tapi ia melihat ada botol alkohol beras. Botol makgeolli atau bisa di sebut korean rice wine.

"Hei, Chan.... Mau mabuk" Dia langsung menoleh pada putranya dan istrinya yang mendengar itu menjadi terkejut.

--

"Akai, aku kemari!!" Yechan masuk ke tempat Neko di hari yang sudah sore.

Neko berjalan mendekat dan terdiam kaku, langsung menatap dengan tatapan kesal. "Ada apa dengan aroma ini, kau mabuk?" Ia melirik.

"Ahaha, satu botol tidak akan membuat mabuk, aku minum 3 botol tadi, ini...." Yechan memberikan satu plastik besar banyak sekali botol alkohol beras.

"Alkohol beras?" Neko terdiam.

"Ya, kamu pernah minum alkohol sebelum nya?"

". . . Hm..." Neko menggeleng pelan.

"Haha kalau begitu kamu harus mencoba rasa ini, ayo" Yechan menarik pelan Neko masuk ke dalam.

Tak lama kemudian, mereka ada di meja makan yang sama dengan banyaknya botol alkohol beras itu di meja depan mereka dan ada mawar putih pemberian Yechan tadi yang masih ada di sana.

"Jadi, bagaimana dengan bunga itu, kamu menyukai nya Akai?" Yechan menatap.

". . . Aku tidak akan bilang begitu... Tapi, Terima kasih" Neko membalas, seketika Yechan berwajah merah.

Neko menatap bingung. "Ada apa?" Neko menatap bingung karena Yechan terdiam kaku dengan wajah yang merah. "(Astaga... Jantung ku berdebar lagi....)"

Neko bingung, tapi ia lalu meminum gelas alkohol yang di tuangkan Yechan tadi, gelas kaca itu besar dan saat satu tegukan masuk, dia menutup mulutnya.

"Ah, Akai, apa kamu baik baik saja, kamu tidak menyukai nya?" Yechan menatap panik.

"Rasanya begitu aneh...."

"Ah, itu karena kau pertama kali mencobanya, aku yakin kau akan terbiasa" Kata Yechan.

Lalu Neko kembali meminumnya seteguk lagi dan menatap ke Yechan. "Kau minum 3 botol kan?" Tatapnya.

"Huh, um, iya?"

"Apakah rasanya memang sekuat itu?" Neko menatap gelas itu dan langsung meminum, tak hanya itu, dia menghabiskan gelasnya membuat Yechan terpaku dengan membuka mulutnya.

Lalu Neko meletakan gelas itu dan dia menatap ke Yechan lagi, dia menatap Yechan yang berwajah merah melihat ke Neko.

"Kau baik baik saja?" Neko menatap.

"Ah... Aku baik baik saja, kau harus minum lagi" Yechan memberikan satu gelas penuh lagi"

Lalu Neko kembali meminumnya.

Tak lama kemudian, Neko terdiam menyangga kepalanya. "Ugh... Aku terlalu banyak minum"

"Haha apa yang kamu katakan, kamu baru minum 2 gelas" Kata Yechan.

Tapi ia terdiam melihat wajah Neko. "(Meskipun Akai mabuk, dia terlihat.... Dengan wajah yang tenang, aku sama sekali tak melihat garis mabuk di wajahnya, dia tetap terlihat menawan) Akai apa aku boleh bertanya sesuatu?" Yechan menatap.

"Hm.." Neko membalas dengan menatap bawah tapi masih menyangga kepalanya.

"(Dia benar benar sangat lucu ketika mabuk begitu....) Um... Apa kamu berpacaran dengan orang lain sekarang?" Tatap Yechan.

Neko terdiam sebentar dan langsung membalas. "Tidak, aku suka perempuan"

Seketika Yechan yang mendengar itu menjadi terkejut kaku, ia terpatung di sana.

Dan Neko yang melihat itu menjadi terdiam bingung melihat Yechan terpaku. "Hei...." Dia mendekat dan mengayunkan tangan nya tapi Yechan terpaku.

Lalu Neko sadar dengan perkataan nya. ". . . Aku suka perempuan karena aku membutuhkan sesuatu dari mereka, bukan berarti aku suka dalam artian yang begitu dalam.... (Sebenarnya aku suka karena menggigit leher perempuan, itu karena leher perempuan tidak sekeras kulit lelaki)" Kata Neko.

Lalu Yechan tersadar mendengar itu. "Um... Apa maksud mu... Jadi, apakah itu alasan nya banyak nya wanita memandangi mu dengan tidak wajar" Dia menatap agak kecewa.

". . . Bagaimana caraku menjelaskan nya padaku, sebelumnya kenapa? Kau suka aku?" Neko menatap.

Seketika Yechan kembali terpaku. "(Astaga.... Apa... Apa yang harus aku bicarakan.... Aku.... Aku.... Ini tidak mungkin benar, aku harus pergi)" Yechan langsung berdiri.

". . . Kemana kau akan pergi?" Neko menatap bingung.

"Aku.... Aku harus pergi!!" Dia langsung membalas dan mendadak berlari pergi dari sana membuat Neko terdiam masih bingung.

"(Ha.... Aku bersalah mengatakan itu tadi... Sebenarnya ini tidak seperti yang dia pikirkan.... Aku memang melakukan nya dengan wanita karena aku harus membutuhkan darah, bukan dipandang dari segi seksual, tapi aku bermaksud mengatakan nya dari segi kebutuhan ku pada darah)" Pikir Neko dengan menghela napas panjang.

Tapi ada pesan masuk dari Yechan di ponsel Neko membuat Neko membuka pesan itu.

== Akai apa Kau suka pada sesuatu?== Kata pesan itu.

Neko terdiam bingung dan membalas pesan itu. ==Sesuatu?==

===. . . Ya, seperti makanan atau buah..==

==Permen, Aku suka itu==

"Permen?" == Ah, baik, maaf soal tadi aku pergi begitu saja ==

Neko terdiam, dia lalu tersenyum kecil dan menutup ponselnya. "Payah...." Dia masih tersenyum kecil tapi ia menoleh ke mawar putih di depan nya, lalu mengambil satu tangkai dan mencium aroma mawar itu.

"Aroma nya lebih nyaman dari mawar merah...." Gumam nya.

Mendadak ia teringat pada Matthew. "(. . . Jika di pikir pikir.... Dia sama sekali tidak mencari ku...)" Ia menatap kembali ponselnya dan menemukan kontak nama Jun.

Lalu ia menghubungi pengawalnya itu.

Sementara itu di distrik, Hyun terlihat tertidur dengan pulas di kursi penjagaan. Dia tidur dengan kursi yang berleha leha hanya di sangga oleh kakinya, tapi tiba tiba sebuah ponsel yang ada di meja depan nya berbunyi keras membuat nya terkejut bangun dan di saat itu juga dia terjatuh kebelakang. "Akh, sial...." Dia memegang kepalanya.

Jun masuk ke ruangan itu, dan melihat rekan nya jatuh begitu. "Apa yang sedang kau lakukan?"

"Ugh.... Leherku, ponsel mu berbunyi, ini dari.... Boss!!" Hyun terkejut melihat nama kontak itu, seketika Jun langsung mengambilnya dan menerima nya.

"Ya Boss, ada apa?"

". . . Bagaimana soal Matthew, apa kalian menemukan nya?" Tanya Neko dengan ekspresi dingin sambil melihat ke langit langit.

"Kami minta maaf Boss, tapi lelaki itu tidak kami temukan sama sekali bahkan manajer kafe itu bilang, dia belum datang semenjak anda datang ke vila" Balas Jun.

Membuat Neko terdiam. Dia terdiam sebentar.

"(Aku di sini sudah ada 7 hari.... Apakah dia memang menghilang selama itu?)"