webnovel

Chapter 53 (The Worked Hard)

"Akai... Aku harus pergi sebentar" Tatap Yechan yang menatap Neko ada di sofa menatap ponselnya.

"Bagaimana dengan barang barang mu? Semua sudah masuk?"

"Ya, aku harap tidak mengganggu yah, aku pergi dulu" Yechan berjalan pergi dari tempat Neko membuat Neko terdiam meletakan ponselnya.

"Ha.... Aku masih pusing..." Ia menatap langit langit. Lalu memegang perutnya. "(Aku lapar.....)"

Tapi tiba tiba ada yang menekan bel villa nya membuat nya terdiam. "(Siapa itu?)" Ia bingung, lalu berdiri dan berjalan ke pintu perlahan agar lukanya tidak sakit, lalu membuka pintu dan melihat bahwa itu seorang pria pengantar paket.

"Permisi, apa ini villa baru yang bertempat di tempat ini?" Tatapnya.

". . . Yeah" Neko membalas dengan datar.

"Lalu, apa anda nona.. A-akai?"

"Yeah..."

"Ah, bagus, ini untuk anda" Pria itu memberikan kotak putih seukuran kotak pertolongan pertama.

Neko terdiam tidak menerimanya membuat pria itu bingung harus menjelaskan. "E.... Di sini tertulis, itu dari seseorang yang bernama Kim" Tatapnya.

"Kim?" Neko terdiam bingung, ia lalu menerima kotak itu dan membukanya, ia terpaku membuka mata karena isinya beberapa kantung darah yang tampak lezat untuknya.

"Apakah paket nya sudah sesuai? Tidak ada kerusakan?" Pria itu menatap.

Lalu Neko menutup kotak itu. "Yeah...." Neko membalas.

"Baiklah, saya permisi" Dia berjalan pergi.

Neko menatap kotak itu lalu menutup pintu dan masuk ke dalam.

Dia memasukan kantung darah itu di lemari es nya, lalu membuang kotaknya.

Untuk memastikan, dia mengecek ponselnya dan rupanya ada pesan masuk dari Kim.

== Nona Akai, sebenarnya aku mengirimkan sesuatu untuk anda, semoga anda suka dan beritahu aku jika barangnya sudah sampai pada anda==

Neko terdiam dan tersenyum kecil. "Kau tahu bagaimana aku di buat gila...."

Setelah itu, Yechan kembali. "Akai, aku kembali" Ia mencari Neko dan rupanya Neko tertidur di sofa, dia berbaring di sana dan anehnya, ada gelas bekas minuman merah yang berbekas di sana.

Yechan terdiam bingung, ia lalu mendekat ke Neko dan tersenyum kecil. Neko tampak menawan ketika dia tidur pulas di sofa.

Tapi mendadak, Neko membuka mata membuat Yechan terkejut dan langsung mengalihkan pandangan.

Neko bangun duduk memegang kepalanya. "Ugh... Kau di sini?" Ia menatap.

"Ya... Oh, benar, apa kamu punya makanan?" Yechan berjalan ke dapur.

"Hm... Entahlah.... Aku belum ke dapur...." Balas Neko dengan suara agak lemah, lalu ia membuka mata lebar ketika melihat bekas gelas kaca yang ada di meja depan nya, ia langsung mengambilnya dan melihat Yechan yang berjalan ke dapur.

"(Ini bekas darah yang aku minum, apa Dia tadi melihatnya?)" Neko terdiam agak cemas.

Yechan melihat sekitar. "Tak ada makanan di sini..." Ia lalu membuka pintu lemari es membuat Neko terpaku. "(Sudahlah.... Aku pasrah)"

Yechan melihat jantung darah di lemari es. Di saat itu juga Yechan terkejut. "Astaga.... Kenapa tak ada makanan, di sini hanya ada air mineral?" Ia malah tekejut karena lemari es itu tak ada makanan.

Hal itu membuat Neko terdiam bingung.

"Apa ini?" Yechan akhirnya melihat kantung darah itu. "Apa ini darah, Akai?"

"E... Yeah, itu darah... Itu hanya...."

"Kenapa kamu menyimpan darah?" Yechan menatap dengan wajah polosnya.

Neko terdiam sebentar berpikir harus menjawab apa.

"Sebenarnya... Aku anemia..." Kata Neko seketika wajah Yechan tambah bingung.

". . . (Anemia.... Jika anemia harusnya minum obat saja.... Kenapa darah?)"

"Aku harus menyalurkan darah itu ke tubuh ku setiap satu minggu sekali, kurang lebihnya seperti itu" Kata Neko.

Yechan masih terdiam bingung. Tapi untungnya ada yang menyelamatkan situasi itu yakni perut Yechan yang keroncongan membuat suasana semakin diam.

Seketika dia malu menutup perutnya. "Ah... Hehe... Ehem.... Apa kamu mau ikut?" Yechan menatap.

Kali ini Neko yang terdiam bingung. Lalu Yechan mengambil jaket kemarin, jaket hitam miliknya lalu memakaikan nya pada Neko.

"Baiklah, ayo Akai.." Tatapnya dengan ramah sementara Neko masih terdiam.

--

"Ini yang kau bilang aku harus ikut" Neko menatap suram. Rupanya mereka ada di supermarket besar di sana.

"Hehe... Lapar harus membeli bahan bahan bukan" Kata Yechan sambil mendorong keranjang supermarket dan mengambil beberapa bahan bahan makanan.

Neko menghela napas panjang dan melihat sekitar, ia lalu menemukan sesuatu di tempat buah, ia melihat apel. Hal itu membuat matanya terus melihat ke apel itu tapi tiba tiba ia terkejut sedikit merasakan ada yang menabraknya kecil di bawah, ia melihat rupanya seorang gadis yang memeluk kaki Neko.

". . . (Ada apa ini?)" Neko bingung, lalu gadis itu menengadah dengan menangis, di sana Neko tahu bahwa itu adalah gadis yang ia tolong waktu itu.

"Kakak, kakak sudah baik baik saja?" Dia menatap.

Neko terdiam, dia baru sadar dan mengenal gadis itu. "Yeah.... Aku... Baik baik saja..." Ia membalas dengan ragu dan bingung kenapa gadis itu datang sendiri.

Lalu ibu dari gadis itu datang. "Hei, kamu, hampir saja ibu mengira kamu hilang" Tatapnya ke bawah, tapi ia terkejut melihat sepasang paha putih yang imut, semakin ke atas, rupanya dia melihat tubuh Neko yang memakai jaket hitam yang besar itu membuat celana levis pendek Neko tenggelam termakan jaket itu.

Ibu gadis itu terdiam dan baru sadar itu Neko. "Oh astaga... Anda Nona Akai itu... Aku benar benar berterima kasih pada mu telah menyelamatkan putri ku, dia memang agak nakal..." Tatapnya.

Neko terdiam dan mengangguk. "Ini baik baik saja" Balasnya lalu ia menoleh ke gadis itu yang terdiam, Neko menatapnya dengan tatapan datar dari tadi dan mengatakan sesuatu. "Kau masih bisa kuat?" Tatapnya.

". . . Um.... Ya..." Gadis itu membalas dengan senang. Lalu Yechan datang memanggil Neko. "Akai... " Ia lalu melihat mereka. Mereka mengobrol sebentar dan kemudian Neko dan Yechan pamit pergi.

Mereka ke tempat kasir, sebelumnya Neko memanggil Yechan. "Yechan...."

"Ya?" Yechan menoleh sebelum masuk ke kasir.

"Gunakan ini" Neko memberikan kartu pembayaran. Siapa sangka, itu adalah kartu hitam.

"Hah, itu tidak perlu" Yechan menggeleng panik.

"Gunakan saja..." Neko memaksa, lalu Yechan menerima nya. "Akai..."

Tapi ada beberapa orang melihat. "Hei... Apa itu pacar nya? Kenapa yang membayari malah pacarnya?" Mereka menyindir Yechan membuat Yechan terkejut dan terendahkan.

Tapi Neko melirik mereka membuat mereka sendiri terkejut juga. Lalu kembali menoleh ke Yechan.

"Gunakan saja" Kata dia, lalu dia berjalan pergi meninggalkan Yechan, hal itu membuat Yechan masih terdiam di sana menatap Neko berjalan pergi.

Setelah itu, Yechan membawa kardus belanja tadi dan melihat Neko sudah menunggu di luar mobil, dia berdiri sambil menatap ponselnya, lalu Yechan mendekat dengan wajah tidak nyaman.

Neko menoleh padanya dan membukakan pintu untuk barang itu masuk.

"Um, Akai...." Yechan menatap, dia memberikan kartu Neko lagi. "Terima kasih, lain kali aku akan menggantinya" Tatap Yechan.

Neko terdiam sebentar. "Bawa saja itu" Kata dia membuat Yechan semakin terkejut.

"Tapi... Tapi... Tapi...."

"Yechan..." Neko memanggil membuat Yechan terdiam.

"Aku memiliki orang sama seperti mu, mereka siap melayani ku, mereka siap melakukan apapun untuk ku dan aku memberikan mereka bayaran yang seimbang, jadi aku menganggap mu seperti mereka, aku tak bisa menganggap mu sebagai orang baik tanpa pamrih... Jangan khawatir, kau bisa bersama ku, tapi kau juga tak boleh menolak pemberian ku termasuk hal ini" Kata Neko, meskipun dia mengatakan kalimat kalimat seperti itu, wajahnya juga tetap begitu datar.

Yechan terdiam agak kecewa. "(Jadi.... Dia hanya menganggap ku orang yang sebatas melayani nya... Tapi aku ingin di anggap lebih dari itu....)"

--

Sesampainya di rumah, Neko duduk di sofa membaca bukunya. Ia membaca dengan santai sementara Yechan berada di dapur memasak, dia tampak menikmati memasaknya hingga ia memanggil Neko.

"Akai, makanan sudah siap"

Lalu Neko menutup bukunya dan meletakan nya di meja sofa dan berjalan ke dapur.

". . . " Neko terdiam melihat semua makanan yang terlihat enak di meja makan dan yang membuatnya tentu saja Yechan.

"Mari makan Akai, aku sudah membuatkanya ~v~"

". . . [Aku tidak tahu dia punya bakat seperti ini]" Neko duduk dengan wajah datarnya. Dia tadi sudah melepas jaket Yechan jadi dia hanya memakai baju pendek nya.

Lalu Yechan terlihat mengambil satu sendok dan menyuapinya.

"Apa yang Kau lakukan?" Neko menatap tajam.

"Bilang ah~, ini enak loh" Yechan menatap senang.

Neko menghela napas lalu memakanya. Di saat itu juga Yechan berwajah merah menatap nya, pemandangan melihat Neko membuka mulutnya dengan mata tertutup, karena dia terlalu diam menatap pemandangan nyaman itu.

Neko menoleh padanya dengan agak kesal. "(Dia tidak memutar sendoknya, aku susah memakan semuanya)" Neko memegang tangan Yechan dan mendorong pelan untuk sendok itu masuk ke mulut Neko.

Dan rasanya juga sangat enak. Ia mengunyah nya dengan nyaman. Yechan terkejut ketika tangan nya di pegang Neko tadi.

"Bagaimana? Apakah itu enak?" Yechan menatap bersemangat.

"Yeah.... Ini enak" Kata Neko membuat Yechan semakin senang.

"Bagaimana caramu memasak sebanyak ini, ini seperti makanan yang di sajikan di rumah makan" Tatap Neko.

". . . Um... Hehe... Wajar saja jika aku harus bisa memasak..."

"Kalau begitu, kau harus mengajariku" Kata Neko membuat Yechan terpaku.

"Apa kamu tidak bisa memasak?"

". . . Jika di bilang begitu juga tidak, hanya saja aku sudah lama tidak pernah memasak, dan pastinya akan beda dari yang kau buat..."

"Ah begitu, aku akan mengajarkan mu, jangan khawatir, aku pastikan kamu bisa memasak, dan aku yakin, pasangan mu pasti senang dengan mu" Kata Yechan, Neko yang mendengar itu menjadi terdiam.

"Pasangan? Kau berpikir aku punya pasangan?"

"(Astaga.... Kenapa aku harus mengatakan itu tadi!!) E... Sebenarnya aku ingin bertanya pada mu dari dulu..."

". . . Apa yang kau pikirkan?" Neko menatap, dia menyangga kepalanya dengan tangan nya membuat pemandangan Yechan melihat itu sebagai pemandangan yang begitu menawan.

"E... Em... (Jantung ku....)" Yechan canggung dan jantung nya kembali berdegup kencang, dia bahkan menelan ludah dengan ragu.

Hal itu membuat Neko terdiam. "(Sepertinya aku terlalu memojoknya)"