webnovel

Chapter 49 (The Worked Hard)

Sementara itu Neko mempercepat laju mobilnya di jalanan aspal.

"(Jika aku tidak salah, dia pasti mencoba kabur di halte dan akan naik bus ke kota, sebegitu ingin nya dia bertemu ayah nya)" Neko terdiam serius.

Tapi siapa sangka, ponsel nya berbunyi dari holder yang ia letakan di samping kemudi. Ia melihat bahwa itu dari Cheong, seketika Neko terkejut. "Kenapa dia menghubungi ku?" Dia menjadi ragu hingga mengangkatnya.

Awalnya suasana diam dan Neko masih mengemudi.

"Amai?" Cheong memanggil tapi Neko terdiam tak menjawab.

"Amai?" Cheong kembali memanggil.

"Katakan saja padaku, ada apa, aku sedang tidak ada waktu" Neko langsung membalas.

". . . Apa kau ada di kampus Jiang?"

Seketika Neko terkejut meremas kemudi.

"(Sialan... Dia sudah tahu, jangan jangan orang yang berhubungan dengan nya itu telah melihat ku tapi aku tidak melihatnya) Tidak sama sekali" Neko membalas dengan berbohong.

". . . Kalau begitu bisa aku bahas hal lain"

"Apa yang mau kau bahas?"

"Soal, orang yang menulis buku tetesan"

". . . (Apa dia mencoba mengatakan soal Ayah ku?)"

"Aku menemukan informasi soal dia, hanya sedikit" Kata Cheong, seketika Neko menghentikan mobilnya dengan cepat dan langsung berteriak. "Cepat katakan padaku!"

Tapi siapa sangka, ponselnya dimatikan oleh Cheong, Neko terdiam tak percaya, pupilnya bergerak tak menentu, ia menggigit bibirnya dan aura kemarahan maupun dendam muncul bersamaan. "(Sialan!! Aku tidak akan memaafkan mu!!)" Ia langsung menginjak gas,  tapi siapa sangka, dia melihat ada sesuatu di halte bus yang akan dia lewati.

Tepatnya gadis yang di cari bersama dengan anjingnya, Dongsik duduk di halte bus itu.

"Itu!" Ia langsung memperlambat laju mobilnya dan rupanya memang benar dia melihat gadis yang hilang duduk di pos penjagaan bersama Dongsik anjing Neko.

Neko menghentikan mobilnya tepat di depan halte dan siapa sangka, gadis itu melihat Neko dari dalam, Dia langsung terkejut ketika melihat mobil berhenti di depan halte bus itu.

Lalu turun Neko berjalan mendekat, dengan tatapan tajam dan jalan yang terburu buru. "Kau harus pulang" Ia menatap dingin sambil mengulur tangan.

"Woof... Woof" Dongsik langsung berdiri menggerakan ekornya, ia seperti senang melihat Neko yang mendekat. Belum juga dekat, gadis itu menggendong Dongsik dan berlari ke dalam hutan semak semak.

"[Gadis ini...]" Neko menatap kesal dan menyusulnya. Lalu Dia ingat kata kata Yechan ketika dia harus tersenyum untuk mendekat pada anak anak. "(Cih persetanan)"

Neko terpaksa harus mengejarnya di hutan luas itu dan tanpa jangkauan manusia sekalipun. Dia masih berjalan, tidak berlari, justru gadis itu berlari sambil melihat jalan yang mana. Hingga ia langsung berlari ke semak semak membuat pandangan Neko kehilangan nya.

"(Dimana?) Mari pulang Aku akan mengantarmu" Neko mencarinya di semak semak lebat itu. Tapi gadis itu tak kunjung muncul.

Gadis itu rupanya memang bersembunyi di semak semak bersama Dongsik. "Aku pikir jika kita di sini, dia tidak akan tahu" Gumam nya.

Neko tampak melihat sekitar, dan ia juga melirik dengan mata merahnya, seketika dia menoleh ke semak semak itu membuat gadis tersebut ketakutan.

"(Sebenarnya, aku sudah tahu dia dimana.... Tapi sebaiknya, aku tidak buru buru) Keluarlah, aku akan bersikap baik" Kata Neko, dia pura pura tidak melihatnya membuat gadis itu menghela napas panjang.

Namun Dongsik melompat dari gendongan gadis itu dan langsung berlari keluar dari semak semak. "Hei..."

"Woof, woof" Dongsik berlari ke Neko membuat Neko menoleh padanya, ia siaga membuka kedua lengan nya dan di saat itu juga, Dongsik melompat memeluk Neko.

"Kembali" Gadis itu berlari mengejar tapi ia berhenti ketika melihat Neko tepat didepanya menggendong Dongsik, dia terdiam dan akan berbalik pergi.

Neko harus mencari cara agar gadis itu berhenti lari darinya, yang terpenting adalah Neko tidak bisa memaksa.

"Aku dihubungi ayahmu" Kata Neko, seketika gadis itu berhenti dan menoleh perlahan, dia terdiam menatap mata Neko.

"Kau tidak berbohong bukan"

". . . Aku tidak berbohong... (Kenapa aku merasa di depan ada angin kencang, seperti tak ada tanah sama sekali...)" Neko berjalan mencoba mengikutinya pelan pelan. Ia juga merasakan dengan insting nya bahwa di depan ada jurang.

"Aku masih belum percaya" Gadis itu mundur perlahan lahan.

"Kemarilah, Dia bilang ingin melihatmu" Neko menurunkan Dongsik dan mengulur tangan.

". . . " Gadis itu masih takut dan masih terus mundur ketika waspada Neko berjalan mendekat perlahan.

"Ayolah, dalam hal ini, apa aku perlu bersikap seperti anak anak, aku tentunya harus sabar menghadapi mu" Neko menatap tajam, dia antara kesal dan tidak sabaran.

Hal itu membuat gadis itu semakin takut dan Neko sadar dengan apa yang dia katakan, dia lalu terdiam menurunkan uluran tangan nya.

"(Aku pikir.... Aku tidak pantas untuk memahami isi hati dari anak kecil.... Aku terlalu banyak berpikir bahwa aku sendiri juga sama sepertinya..) Aku tidak bermaksud bersikap begitu" Kata Neko membuat gadis itu terdiam.

Tapi siapa sangka, Tiba tiba gadis tersebut terpojok di jurang setinggi 4 meter. "Hah..." Dia kehilangan keseimbangan. Kaki satunya sudah tidak ada pijakan mundur.

"[Astaga..]" Neko terkejut berlari ke arahnya. Belum tentu Dia bisa sampai memegang tangan Gadis itu.

Tapi rupanya, keberuntungan datang. Dia menarik lengan gadis itu dan menariknya agar tidak jatuh.

Seharusnya Neko langsung menarik Tapi ia sendiri terpaku ketika merasakan sesuatu di jiwanya. "(Sialan... Kenapa di saat saat ini... Aku ingin darah, ini mengganggu pikiran ku...)" Neko menajamkan taringnya, kesadaran nya berkurang dan di saat itu juga, bukan nya menyelamatkan gadis itu, Tapi mereka berdua malah terjatuh.

"Ah..." Gadis itu berteriak mereka sama sama jatuh.

Dongsik yang ada di sana menatap bawah. "Woof!! Woof!" Dia panik tak tahu harus apa.

Gadis itu menutup mata ketakutan, tapi Dia membuka matanya dan rupanya Neko memegang nya dengan mereka bergelantungan.

Satu tangan Neko menahan beban berat gadis itu dan satu tangan nya lagi mencoba kuat memegang akar pohon itu.

"(Sialan.... Ini tidak akan bertahan lama)" Neko mencoba bertahan dan gadis itu yang melihatnya juga terkesan.

"Naiklah ke atas" Neko menatap. Gadis itu lalu mengangguk dan memanjat tubuh Neko. Tapi tiba tiba serpihan kayu tajam jatuh dari atas, entah dari mana itu muncul tapi pastinya itu tadi ikut jatuh tapi lama dan jatuhnya sekarang. Dengan cepat, serpihan itu menggores besar lengan Neko yang menahan akar. "Ugh..." Ia terkejut dan tak sengaja melepaskan akar itu.

"(Sial...)" Dia tak percaya dengan apa yang ia lakukan, Alhasil mereka benar benar jatuh.

"Ahh!!!" Gadis itu kembali berteriak, seketika terdengar suara keras jatuh.

Untungnya gadis itu bisa bangun. "Uh..." Ia memegang kepalanya namun Ia terkejut karena Neko yang membuat jatuhnya tidak sakit. Lebih tepatnya gadis itu jatuh di tubuh Neko.

Jadi ketika jatuh, Neko menarik gadis itu mendekat padanya dan memeluknya, dia menjadikan tubuhnya sendiri sebagai perlindungan jatuh gadis itu dan alhasil, dia yang terluka sangat banyak.

"Ah... Apa Kau baik baik saja?" Dia panik. Neko mencoba membangunkan tubuhnya dengan duduk. "[Ha... Sial, Ini sangat sakit]" Neko memasang wajah sakit. Dia duduk memegang lengan kirinya, sekarang hanya bisa bersandar di dinding tanah jurang itu.

"Apa Kau baik baik saja?" Gadis itu menatap.

"Bagaimana denganmu sendiri?" Neko melirik.

"Aku, baik baik saja"

"Woof, wooof" Dongsik menggongong dari atas.

"Anjing itu" Gadis itu menengada. "Hei, carilah bantuan" Teriaknya pada Dongsik yang kembali menggonggong. "Woof!!" Lalu berjalan pergi dari tempatnya.

Gadis itu terdiam, kemudian Dia terpikirkan untuk memanjat, ia mencoba memanjat tapi terperosot lagi. "Ha... Aku tidak bisa..." Ia menyerah, lalu menoleh ke Neko yang menjadi terdiam menunduk. Neko tak ada suara dan hanya menunduk.

"Hei... Kau baik baik saja, jangan mati Aku mohon" Dia mendadak menangis. Neko melirik padanya dan terdiam lemas. "[Ha... Apa yang harus kulakukan sekarang, tubuhku sangat sakit]" Neko menatap, dia lalu teringat pada Yechan.

Lalu ia tersenyum kecil membuat gadis itu terkaku melihat itu.

Lalu Neko mengusap pelan kepala gadis itu sambil mengatakan. "Ini baik baik saja..." Tatapnya.

Seketika gadis itu melihat wajah dengan senyum kecil milik Neko, dia seperti terdiam dengan terpukau. Tapi ia menelan ludah dan memasang wajah agak serius, dia memegang tangan Neko membuat Neko terdiam menatap itu.

"Um... Aku... Aku suka senyum mu itu, jadi... Jadi... Aku mohon... Pasanglah wajah itu terus" Tatapnya.

Neko terdiam, dia tersenyum kecil dengan menutup mata. "Ini tidak seperti itu adalah permintaan terakhir untuk mu, padahal yang sakaratul itu aku..."

"Hah, jangan bilang begitu"

"Mau bagaimana lagi... " Neko melirik lengan nya, lengan nya yang tergores dari atas hingga bawah itu benar benar terbuka dan darahnya terus mengalir, ia juga terlihat pucat.

"Apa bantuan akan segera datang?" Gadis itu menatap.

Tapi Neko terdiam. "(Mustahil....) Bagaimana jika kita membahas hal lain saja" Tatap Neko.

"Um... Kalian begitu, apa kamu beneran di hubungi ayahku kan?" Tanya gadis itu. Tapi Neko terdiam sebentar dan membalas perkataanya.

". . . Maafkan Aku"

Seketika Gadis itu langsung menangis. "Kenapa kau berbohong padaku... Huhuuu..."

"[Aku tidak tahu harus berbicara apa lagi, rusukku rasanya sakit setelah Dia mendarat di tubuhku]" Neko agak menahan sakit di bagian rusuknya. Sepertinya karena gadis itu jatuh di tubuhnya.

"Kenapa kau berbohong padaku huhu..." Gadis itu masih menangis.

". . . Aku sia sia mengatakan kebohongan itu tadi karena kau tidak percaya padaku" Kata Neko. Seketika gadis itu menjadi terdiam.

"Langkahmu benar benar salah, seharusnya kau mempercayai kebohongan seseorang untuk dirimu dan orang orang, sekarang kau tadi tidak percaya padaku dan malah membuat kita berakhir di sini" Neko menambah. Gadis itu tambah diam, dia menjadi belajar sesuatu.

"Aku.... Aku benar benar minta maaf..." Dia menatap menyesal.

Lalu Neko terdiam dan menghela napas panjang sambil melihat keatas. "(Bersikap sama seperti lelaki baik itu, sangat susah)"